BAB 01 - DIFFERENT

2.2K 131 7
                                    

Hai, welcome to my new story🥳

Semoga suka, jangan lupa vote dan komen yaaa

20 vote aku langsung update bab 2nya besok!🥳

Happy Reading

"Suit... suit..." suara siulan mengiringi langkah Violetta selama dia masuk sekolah. Tak hanya siulan, beberapa kalimat pujian pun terdengar di telinganya.

"Itu beneran Violetta?"

"Gilak! Cantik banget sekarang!"

"Bener-bener berubah 180 derajat."

"Gak kayak Violetta cupu yang kita kenal."

Bisikan-bisikan yang keluar dari mulut teman-temannya itu membuat Violetta mengangkat sudut bibirnya. Tersenyum sinis. Dalam hati ia berkata. "Cupu?" Violetta mendengus keras. Tidak ada lagi Violetta yang cupu, jerawatan, atau apapun itu. Yang ada sekarang hanyalah Violetta yang cantik, bersinar, dan sempurna. Oh, tentu semua pun akan setuju jika Violetta yang sekarang lambang kesempurnaan bagi perempuan.

Wajah putih bersih, tidak ada satupun noda yang berani hinggap di wajah cantiknya. Hidung mancung bak perosotan, mata sipit yang diberi eyeliner semakin menambah tingkat ketegasan dan kesinisan wajahnya. Tubuhnya yang ramping dibalut dengan seragam sekolah yang pas. Tidak kebesaran dan juga tidak terlalu ketat.

Pesona yang dimiliki Violetta tidaklah main-main karen aterbukti mampu membuat kaum Adam tertarik untuk menolehkan kepala demi melihatnya.

Langkah Vio membawanya ke ruang kelas barunya. Kelas 12 IPA 1. Ya! Sekarang Vio kelas 12. Liburan semester kemarin dia habiskan untuk gila-gilaan melakukan perawatan, gym, dan diet agar terbentuk Violetta yang sekarang. Sudah cukup dari dulu, ia dipandang rendah, lemah, dan cupu oleh semua orang, tak terkecuali laki-laki yang disukainya.

"Vioooo!" teriakan itu menyambutnya ketika dia baru saja memasuki kelas.

"OMG! Ini beneran Lo Vi? You look so gorgeous," puji perempuan yang bernama Jenny, sahabat Vio satu-satunya.

"Thanks Jen. Tapi seharusnya Lo gak usah kaget gini Jen. Keliatan banget kalo Lo pura-pura kaget. Kita selama ini video call-an. Remember?" ujar Violetta terdengar sarkas.

Jenny yang mendengarnya sontak tertawa. "Tapi Vi, liat Lo secara langsung gini beda banget. Demi Tuhan! Gue gak boong," ucap Jenny sambil menunjukkan dua jemarinya membentuk V.

"Yeah, whatever. Seseneng Lo aja deh Jen."

Jenny kemudian membawa Violetta untuk duduk bersamanya. Mereka duduk di barisan paling kanan, baris dua yang dekat dengan jendela. Vio sendiri memilih untuk duduk di sebelah jendela persis.

"By the way Vi, Lo berubah gini bener-bener bukan mau narik perhatian si Ivan kan?" tanya Jenny yang membuat Violetta jengah. Come on, ini pertanyaan sama yang sudah kesekian kalinya Jenny tanyakan.

"Oh my God Jen. Harus berapa kali gue bilang biar Lo percaya, kalo gue tuh berubah bukan gara-gara Ivan. Mending sekarang, pasang telinga Lo baik-baik. Dengerin apa yang gue ucapin. Gue sama sekali gak tertarik lagi sama Ivan. Udah cukup kebodohan gue selama dua tahun ini ngejar-ngejar dia kayak orang bego," ucap Violetta dengan satu tarikan napas. "Ngerti?"

Jenny berdecak, pertanda kalah. "Iya-iya ngerti. Lagian wajar dong kalo gue ngerasa ragu. Secara Lo kan udah mati-matian deketin Ivan selama ini. Masa iya perasaan Lo dua tahun ini langsung ilang gitu aja si," ucap Jenna mengeluarkan unek-uneknya.

"Huh, pokoknya gue itu berubah demi diri gue sendiri biar orang-orang gak ngeremehin dan nindas gue lagi. Dan, masalah Ivan, gue udah gak suka sama cowok sok dingin itu. Mending gue cari yang lain. Cowok banyak yang mau kok sama gue sekarang," ucap Violetta sombong sambil mengibaskan rambutnya.

IVANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang