2: Apa-apaan Ini?

15 3 0
                                    


Setibanya di rumah kontrakannya, Raya melempar tas selempang yang semula dikenakannya ke sembarang arah, lalu merebahkan diri diatas kasur empuknya.

Ck! Bagaimana bisa umpan yang dilemparkannya pada Fandy malah disantap oleh Keenan? Apa sebenarnya yang lelaki itu inginkan setelah hampir dua tahun menghilang tanpa kejelasan?

Menikah dengannya? Seminggu dari sekarang? Apa-apaan ini?

Raya benar-benar tidak menyangka lelaki itu bisa mengambil langkah untuk menikahinya hanya demi menyelamatkan reputasi keluarga. Apa sebenarnya tujuan lelaki itu? Dari mana dia bisa tahu banyak tentang Raya? Bahkan tentang Fandy yang kemungkinan besar adalah Ayah kandung Raya!

"Arghhh!" wanita berparas ayu itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Ini benar-benar melenceng dari rencana.

Raya pikir tragedi dua puluh tahun yang lalu akan terulang kembali persis seperti yang diceritakan Tante Meira. Namun, ternyata tidak. Kehadiran Keenan menghancurkan semuanya.

Bahkan sejak pergi tanpa alasan kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, lelaki itu masih saja berhasil mengusik hidupnya.

Keenan Winata, seandainya saja dia bukan adik kandung dari wanita kejam bernama Wanda, mungkin pernikahan ini akan cukup membuat Raya bahagia dengan memiliki figur seorang Suami sekaligus Ayah dihidupnya.

Sayangnya, Raya bahkan tidak tahu skenario apa yang tengah lelaki itu rangkai dalam pernikahan mereka nanti.

••••

Raya menatap pantulan dirinya didepan cermin. Entah ini anugerah atau kutukan, memiliki wajah cantik dengan tubuh proposional dan kulit sebening porselen. Dengan modal inilah Raya bisa menggaet tiga lelaki mapan berdompet tebal diusia yang bahkan baru menginjak dua puluh tahun ini. Tak ada cela, begitu cantik, mulus tanpa noda, padahal ia sangat jarang melakukan perawatan.

Padahal, jika bisa memilih, Raya ingin terlahir biasa saja. Wajah cantik dan tubuh indah terkadang cukup membebani. Tak jarang ia mendapat tatapan liar para lelaki yang seolah menelanjanginya. Padahal Raya terbilang wanita yang selalu berpakaian sopan.

Kehormatan wanita itu pertama kali hilang diusia tujuh belas tahun, oleh lelaki yang pertama memeliharanya. Raya terpaksa melakukan itu karena Tante Meira sudah tidak mampu lagi membiayai kebutuhan sang kakak alias Ibu Raya di rumah sakit jiwa.

Saat itu, Raya yang sudah putus asa pun membawa Ibunya tinggal dirumah kontrakan kecil dipinggiran kota. Namun, karena kondisi kejiwaan sang Ibu yang terkadang sangat sulit dikendalikan, Ibunya pun hilang saat ia tinggal berkerja paruh waktu. Raya benar-benar kelabakan seharian mencari Ibunya yang tak kunjung ditemukan, sampai dua hari kemudian ia menemukan sang Ibu tengah menjadi tontonan saat mandi di sungai tanpa sehelai benang pun.

Hatinya benar-benar sakit. Hancur rasanya. Seperti ditusuk ribuan belati katika melihat wanita yang begitu ia cintai ditertawakan dan dipermalukan didepan umum tanpa dia sadari.

Ketika kesabaran wanita muda itu tandas, disitulah semua kebenaran akhirnya ia ketahui. Hal apa yang membuat Ibunya begitu terguncang hingga ada diposisi sekarang. Tante Meira, satu-satunya kerabat yang tersisa sekaligus saksi hidup dari Ibu Raya menceritakan semua yang terjadi dua puluh tahun yang lalu.

Saat kebahagiaan dirampas oleh keserakahan dan nafsu biadab. Kedudukannya sebagai ratu digulingkan, semua miliknya direbut paksa, lalu ia dibuang tanpa perasaan. Talak dijatuhkan, perceraian disahkan. Semua orang menutup mata saat wanita malang itu meraung-raung didepan gerbang, mengabarkan tentang janin yang tumbuh didalam rahimnya. Fitnah keji dilontarkan, teriakan menghina mengudara, dan wanita itu pun berakhir gila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BREATHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang