10

14 0 0
                                    

Nara sedang bersantai di teras rumah Riri sambil mengelus perutnya yang besar. Usia kandungannya kini sudah menginjak tujuh bulan dan dia sudah tak sabar menunggu kelahiran anaknya. Sebenarnya saat ini wanita itu bosan karena keempat penghuni lainnya tak berada di rumah. Mereka sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Saat menikmati langit pagi yang tampak cerah, Nara di kejutkan dengan suara klakson mobil. Wanita hamil itu dengan pelan bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu pagar.

"Narasya." Seorang pria dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya keluar dari mobil dan tersenyum melihat Nara. Wanita hamil itu terdiam saat melihat pria itu.

"Ah, aku lupa tidak mengenalkan diri." Pria itu berjalan mendekat masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. "Nama ku Dika. Kemarin malam aku kesini bersama dengan keluarga Xavier." Ya. Pria itu Dika. Nara tiba-tiba mundur selangkah saat mendengar nama Xavier.

"Tolong jangan takut. Aku tak akan menyakiti mu." ujar Dika saat melihat raut ketakutan Nara. "Aku kesini ingin mengajakmu ke Dokter untuk memeriksa kandungan mu. Sebelumnya aku sudah di beri izin oleh adik mu." Jelas Dika.

"Arnesh? Aku tidak percaya." Nara menggelengkan kepalanya. Dika menghela napasnya kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan room chat nya dengan Arnesh.

"Lihat. Adikmu mengizinkan ku. Dia juga akan menyusul ke rumah sakit nanti." Nara melihat layar ponsel itu. "Jadi, bisa kau bersiap? Aku akan menunggu disini." Nara terdiam sejenak kemudian menatap tajam Dika.

"Tidak. Lebih baik kau pergi." Nara bersiap untuk menutup kembali pintu pagar tetapi terhenti saat mendengar suara ponsel miliknya. Wanita itu masih menatap tajam Dika kemudian mengangkat panggilan itu tanpa melihat layarnya.

"Halo kak. Apakah ada kak Dika disana? Aku tadi memberinya izin untuk mengantarkan kakak ke rumah sakit. Kakak berangkat dengannya saja, nanti aku menyusul." Nara ingin menjawab tidak tapi...

"Jangan pergi sendiri. Kakak bersama dengannya saja. Aku janji setelah pesanan bunga tidak terlalu banyak aku akan menyusul." Panggilan pun berakhir.

"Bagaimana?" Dika tersenyum melihat raut wajah Nara yang kesal. "Sana bersiap, aku akan menunggu disini." Nara menghembuskan napas kesal kemudian berbalik dan melangkah menuju ke dalam rumah untuk bersiap-siap.

Beberapa menit kemudian Nara keluar dengan badan yang di balut dengan dress selutut berwarna krem dan ya tidak lupa gadis itu mengenakan masker.

"Kenapa tidak di tutup saja dengan make up dari pada memakai masker?" tanya Dika saat mereka kini berada di dalam mobil.

"Apa kau terganggu dengan aku yang mengenakan masker? Jika ya, aku bisa ke rumah sakit sendiri." Balas Nara yang tidak jadi mengenakan seat belt karena ucapan Dika.

"Bukan begitu, aku hanya bertanya." ujar Dika dengan sabar menghadapi ibu hamil itu. "Baiklah tidak usah di jawab. Sekarang pakai seat belt mu." Dika pun menjalankan mobilnya saat Nara sudah selesai mengenakan seat belt nya.

" Dika pun menjalankan mobilnya saat Nara sudah selesai mengenakan seat belt nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LAST LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang