11

20 0 0
                                    

"Sial!" Nevan melempar ponselnya pada meja kerjanya kemudian melangkah menuju balkon. Nevan mengeluarkan sebungkus rokok yang berada di kantong celananya kemudian duduk di kursi. Matanya memandang gedung-gedung tinggi yang berada di sekitar perusahaan keluarganya seraya menghisap rokok yang sudah di nyalakannya. Sebelumnya, Nevan tak pernah merokok. Akan tetapi semenjak adiknya menghilang dan wanita yang dicintainya berkhianat, ia mulai merokok dan semakin menjadi saat dirinya merenggut kehormatan Nara. Bahkan sehari ia bisa menghabiskan rokok sebanyak sepuluh batang. Tapi itu benar-benar membuatnya sedikit tenang daripada meminum alkohol.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Lirih Nevan saat pria itu sudah menghabiskan tiga batang rokok.

"Kakak merokok?!" Suara itu membuat Nevan terkejut. Dengan cepat lelaki itu menoleh ke belakang. "Kayana, kau disini?" Nevan segera bangkit dan menghampiri adiknya yang berada di pintu balkon.

"Sejak kapan kakak merokok?" Bukannya menjawab, Kay malah kembali bertanya. Nevan menghela napas kemudian menuntun adiknya menuju sofa. "Sejak kau menghilang dan..." Nevan tak melanjutkan perkataannya. Kini Kay yang menghela napas.

"Berhenti merokok kakak. Itu nggak baik untuk kesehatan." Nevan hannya mengangguk, ia tak yakin bisa berhenti.

"Ah ya, ada apa kau kemari? Apa ada masalah? Dan bukankah seharusnya kau berada di kampus saat ini?" tanya Nevan berusaha mengganti pembahasan tentang rokok. "Kay izin tidak masuk hari ini, karena ingin mencari keberadaan orang yang menyelamatkan Kay." Nevan terdiam karena terkejut mendengar jawaban sang adik. Ia lupa jika sang adik masih memikirkan penyelamatnya. Bagaimana jika sudah bertemu dengan mereka, adiknya tahu jika Nara hamil dan itu karena ulah dirinya?

"Kay khawatir dengan mereka, apalagi kabar beberapa bulan yang lalu jika kak Nara sempat sakit dan kandungannya lemah." Nevan kembali terkejut. "Ha..mil?"

Jadi Kay sudah tahu Nara hamil? Batin Nevan.

"Iya. Aku sedih sekali saat tahu kak Nara hamil karena pemerkosaan. Aku jadi teringat dengan Jelita, tapi beruntungnya Jelita karena tahu siapa yang menghamilinua dan Alano juga bertanggung jawab dengan menikahi Jelita. Tapi kak Nara tidak seberuntung Jelita. Dia sama sekali nggak tahu siapa yang menghamilinya. Pria yang merenggut kehormatan kak Nara benar-benar lelaki nggak bertanggung jawab." Nevan mengalihkan pandangan pada jendela besar di ruangannya. Dia merasa tersindir dengan ucapan adiknya. Benarkah dia tak bertanggung jawab hanya karena tak menikahi wanita itu? Tapi kan dirinya akan bertanggung jawab atas anak yang di kandung wanita itu meskipun tak menikah dengan ibu anaknya.

"Maka dari itu, aku disini ingin meminta bantuan kakak." Nevan kembali menoleh pada adiknya.

"Bantuan apa?" Perasaannya tak enak, apakah Kay akan meminta bantuan untuk mencari keberadaan penyela--

"Bantu Kay mencari keberadaan mereka kak. Kay mohon..." Nevan memejamkan matanya saat melihat tatapan Kay yang sudah tentu tak bisa ia tolak permintaannya. Pria itu menghela napasnya.

"Baiklah." Kay tampak senang. "Tapi..."

"Tapi apa?" Nevan mengambil kedua tangan Kay. "Berjanjilah pada kakak untuk tidak marah, jika kakak melakukan kesalahan fatal." Meskipun bingung kenapa kakaknya berkata seperti itu, Kay tetap mengangguk.

"Kay berjanji, tapi kakak pun harus menjelaskan apa yang terjadi agar Kay mengerti kenapa kakak melakukan kesalahan itu." Nevan mengangguk dan tersenyum.

" Nevan mengangguk dan tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAST LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang