10.Arumi

557 86 8
                                        

•••

Malam ini adalah jadwal penerbanga Alaska ke Filipina. Barang-barang nya sudah siap, tinggal menunggu Rama; bodyguard kepercayaan nya untuk datang menjemput.

Alaska sengaja memesan penerbangan dimalam hari agar tak menemui Arumi. Tampang baik wanita itu pasti akan membuatnya merasa muak.

Ia membenci Arumi. Arumi dihidupnya hanyalah pembawa sial.

Akan ia pastikan wanita itu hancur ditangannya. Hancur, sehancur-hancur nya sampai menjadi kepingan debu. Camkan baik-baik itu.

•••

" Tuan muda, melakukan penerbangan ke Filipina untuk urusan bisnis, nyonya. " jawab salah satu pelayan yang menggunakan pakaian khususnya, yang berwarna lilac senada dengan pelayan lainnya.

" O—oh.. "

Mengapa setelah tempo hari, baru Arumi mengetahui hal itu? Miris.

Tidak tahukah Alaska, bahwa beberapa hari ini ia dilanda rasa cemas dan khawatir?

Mengapa dan mengapa? pertanyaan terselip dalam benaknya.

Sesusah itukah untuk berpamitan dengannya? atau tidak.., setidaknya kabari ia melalui sebuah pesan.

Menghembuskan nafas gusar. Mata Arumi mulai berkaca-kaca karena ingin menangis, wajah memerah, dada terasa sesak, dan tubuh terasa lemah.

Arumi kecewa pada Alaska.

•••

Disini lah Arumi berada. Suatu tempat yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak telantar, tempat pelayanan pengganti fisik, mental, dan sosial pada anak asuh. Panti asuhan. Tempat dimana dulunya ia dibesarkan. Tempat yang juga menyimpan rasa; bahagia, sedih, marah, serta sukacita maupun suka serta duka.

Masih sama seperti dulu, suasananya yang positif, tenang, damai sekaligus dikelilingi oleh orang-orang baik.

Kebersamaan, serta kenangan yang dilalui tercetak jelas dalam memorinya di tempat ini. Teman-teman yang sudah dia anggap sebagai saudara, dan pengasuh yang dijadikan sebagai orangtua.

Walaupun tak sepenuhnya sempurna. Setidaknya, hari-harinya saat itu penuh warna.

Kebahagiaan tak bisa dibeli dengan emas, kan?

5 tahun lalu, adalah awal dimana Arumi memutuskan untuk hidup sendiri.

Bersamaan dengan dia mengetahui, keberadaan orang tuanya-yang ternyata sudah tewas akibat pembunuhan yang disengaja oleh rekan bisnis ayahnya sendiri.

Arumi syok, sedih, marah, dan tak percaya pada saat itu. Namun, mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa merubah takdir yang sudah tuhan gariskan untuknya.

" Eh nduk, nyari opo tohh? " wanita berparuh baya menghampiri Arumi yang berdiri sambil terbengong.

Lamunannya seketika buyar. " E—h.. anu, ibuk ini buk Nur, kan? " tanya Arumi ragu.

" Iya benar, kamu nyari saya tohh. " lantas Arumi mengangguk cepat.

ARUMI [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang