Gadis berambut gelombang sebahu itu sedari tadi berputar-putar dari rak buku satu ke rak buku lainnya. Padahal ia sudah sering kesini, sangat sering malah. Namun tetap saja, saat sampai di sini dirinya selalu bingung ingin membaca buku yang mana. Padahal diperjalan menuju kesini tadi, ia sudah membuat list daftar bacaannya.
"Kak! Udah nemu buku nya?" Tanya anak perempuan berusia 12 tahun seraya menarik ujung baju gadis itu.
"Bingung aku cil!" Jawab nya seraya mengambil satu persatu buku yang menurutnya menarik.
"Kebiasaan banget deh Kak Mica! List nya tadi mana?" Anak perempuan itu mengadahkan tangannya.
"List nya gak sesuai. Aku mau cari yang lain" Gadis itu kemudian berjalan menuju rak buku sebelah membuat anak perempuan itu berdecak malas.
"Yaudah! Aku tunggu disana ya!" Ucap anak perempuan itu sedikit keras.
Gadis yang dipanggil Mica itu hanya mengangguk tanpa mengalihkan padangan nya dari jejeran buku yang terususun rapih di depannya.
Pilihan nya jatuh pada buku novel dengan cover berwarna pink soft. Cover nya yang lucu membuat ia tertarik untuk mengambil buku itu. Di dalam list daftar bacaannya tadi, ia sudah menulis beberapa genre buku yang akan ia baca. Tapi sepertinya, satu buku dengan genre romance ini saja yang akan ia baca dahulu.
"Cil!" Panggil nya pelan pada anak perempuan tadi yang sekarang sedang serius membaca buku cerpen.
Anak perempuan itu menoleh malas, lalu menghampiri gadis itu.
"Kak! Bisa nggak jangan panggil aku cil, cil! Nama aku itu Mavina! Bukan bocil!" Protes anak perempuan itu dengan suara tertahan, takut menganggu pengunjung lain.
Gadis bernama Mica itu terkekeh kecil, lalu mengusap pelan rambut anak perempuan bernama Mavina tersebut.
"Maaf, maaf! Habisnya lebih imut kalau di panggil bocil!" Ledek nya membuat Mavina cemberut.
"Jadi? Kak Mica udah nemu buku yang mau di pinjam?" Tanya Mavina lagi.
Mica yang bernama lengkap Mysha Allena itu mengangguk seraya mengangkat tangan kanan yang memegang buku ke hadapan Mavina.
"Yaudah, ayok kak kita tanda tangan dulu" Ajak Mavina sembari menarik pelan tangan Kakak nya.
"Pagi Bu Anne!" Sapa Mavina dan Mysha girang pada petugas perpustakaan itu yang sebenarnya adalah tetangga mereka.
Bu Anne tersenyum ramah, "Pagi juga Vi, Sha"
Mavina dan Mysha menyerahkan buku yang mereka akan pinjam pada Bu Anne untuk di data terlebih dahulu.
"Tumben Sha cuman pinjam satu buku?" Tanya Bu Anne.
Mysha tersenyum kikuk, "Lagi pengen baca yang itu dulu Bu"
"Nanti juga Kak Mica balik lagi Bu Anne. Kebiasaan dia tuh kalau udah sampe sini bingung mau pinjam buku yang mana" Beber Mavina dengan melirik-lirik Mysha puas.
Mysha hanya menanggapi dengan senyum paksa nya sedangkan Bu Anne terkekeh.
"Ini sudah Ibu isikan kartu pinjam buku nya. Waktu pengembalian nya 1 minggu ya, seperti biasa" Bu Anne tersenyum memberikan buku itu pada Mavina dan Mysha.
"Okey, terima kasih Bu Anne!" Ujar Mavina senang dengan memeluk buku cerpen pinjamannya itu.
"Terima kasih ya Bu. Kalau begitu, kami pamit" Mysha menunduk sopan kemudian berjalan keluar perpustakaan di ikuti Mavina yang berjalan kegirangan.
Mereka berdua sudah ada didalam mobil yang Mysha kendarai. Sudah 3 tahun berlalu sejak terakhir kali dirinya berkunjung ke perpustakaan kota ini. Sejak suatu kejadian yang membuat nya terpukul itu, Mysha merasa enggan untuk datang lagi ke sini.
Namun kali ini, demi menuruti kemauan adiknya-Mavina yang baru saja sembuh dari tipes, Mysha dengan berat hati menemani adik satu-satu nya itu berkunjung ke perpustakaan kota.
Tidak pernah ada lagi yang menanyakan 'kenapa jarang ke perpus lagi?' Saat mereka tahu alasan yang sebenarnya.
Mereka tahu Mysha sangat terpukul. Mereka tahu Mysha sangat sedih. Dan tentu, Mereka tahu bahwa Mysha, enggan untuk membahas itu, lagi.
Mavina melirik kakak nya yang hanya diam menatap lurus kedepan. Ngelamun lagi kan. Batin Mavina.
"Kak Mica!" Panggil Mavina seraya mengguncang pelan lengan Mysha.
Mysha tersentak, lalu menoleh dengan alis terangkat seakan bertanya 'apa?'
"Udah 5 menit mobil nya nggak jalan-jalan" Mavina bersedekap dada menatap Mysha.
Mysha mengedarkan pandangan nya. Aish! Ternyata cukup lama ia melamun sehingga membuat adik cerewet nya itu kesal.
Mysha menyengir kuda, lalu menyalakan mesin mobil nya. Sedetik kemudian, mobil yang Mysha kendarai perlahan melaju meninggalkan perpustakaan kota.
Sepanjang perjalan kedua kakak beradik itu, Mavina terus berceloteh menceritakan teman-teman nya di sekolah. Katanya, Mavina sebal kenapa ada saja orang yang tidak suka membaca, padahal kan membaca itu kegiatan yang sangat menyenangkan dan bermanfaat.
Sebagai kakak yang baik, Mysha hanya menanggapi dengan deheman cerita adik nya itu. Sesekali ia terkekeh kecil saat Mavina memasang wajah kesal saat menceritakan bagian yang menurut nya menyebalkan. Mysha cukup terhibur dengan tingkah Mavina, karena dengan begini dirinya bisa dengan cepat melupakan kenangan lama yang tadi sempat ia ingat.
"Ngeselin gasih kak? Masa si Andi bilang aku kayak nenek nya gara-gara baca buku tentang masakan!" Mavina mengepalkan tangan nya pertanda ia kesal.
Mysha tertawa, "Kamu kan emang kayak nenek-nenek!" Ledek Mysha yang di hadiahi pukulan kecil di lengan nya oleh Mavina.
<♡>
Cerita baru dari aku!
Aku harap banyak yang suka~See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
L for Library & L for Love
Teen Fiction♡ Follow akun aku dulu boleh kan >< ♡ Kritik dan saran sangat diperlukan ♡ Enjoy aja baca nya ya! ♡ Murni karangan sendiri. Maaf bila ada kesamaan tokoh ataupun alur dalam cerita ini. Menceritakan tentang sebuah pertemuan yang sangat tidak di sengaj...