Chapter 17

246 10 0
                                    

Happy Reading.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*

Jam menunjukkan pukul 17.30, namun Aiza tak juga keluar dari kamarnya sejak masalah tadi. Agas yang masih stay di apartemen Aiza pun semakin khawatir, apalagi wanita hamil itu baru makan beberapa suap masakannya.

"Aiz, saya minta maaf. Tolong buka pintunya." Agas kembali mencoba mengetuk pintu kamar Aiza. Sejak tadi memang ia terus mengetuk pintu kamar itu, agar Aiza mau keluar dan setidaknya makan beberapa suap kembali. Tapi sampai saat ini hasilnya masih nihil.

"Aiz, kalau kamu ngga mau buka, saya yang akan masuk." ujar Agas. Pria itu pun bersiap memegang pintu kamar Aiza, dan setelahnya pria itu menatap tubuh yang tengah tertidur diatas ranjang. Kakinya tanpa ragu masuk kedalam kamar yang tak terlalu besar itu, mendekat pada tubuh yang masih terlelap dengan nyaman diranjang.

Tangan Agas yang hendak mengusap puncuk kepala Aiza menggantung saat melihat wanita itu menggeliat.
Agas juga semakin was-was saat mata Aiza mengerjap, namun pria itu menghembuskan nafas lega ketika Aiza kembali terlelap. Entah dorongan dari mana, Agas merendahkan tubuhnya, kemudian mengecup kening Aiza lama.

"Maaf membuat mu khawatir." Agas kembali menarik diri, dan berlalu dari kamar Aiza.

*

*

Ani menatap anaknya yang baru saja pulang, wanita itu pun langsung menyambut dengan senyuman putranya yang kini mendekat.
"Sore Mah." Agas mencium punggung tangan Ani.

"Sore sayang, baru pulang?"
Agas mengangguk.

"Jadi terbang nemuin Amel?" Agas terdiam sejenak mendengar ucapan ibunya itu. Ia bahkan hampir lupa rencananya itu, padahal sejak beberapa hari yang lalu ia sudah mengurus semuanya.

"Jadi, Mah. Besok penerbangannya pagi." ujar Agas.
Ani pun mengangguk.

"Ya udah mandi sana, udah sore juga."
Agas mengangguk lalu pergi meninggalkan ibunya menuju kamar.

Agas mengambil ponselnya dan memandang sejenak foto Amel yang ada di ponselnya. Tak ada pesan satupun dari wanita itu setelah kemarin sempat bertukar kabar. Meskipun ia tahu wanitanya itu sedang sibuk-sibuknya apalagi saat ini mendekati perlombaan. Namun kadang ia juga ingin mendengar suara wanitanya, suara yang selama ini selalu ia rindukan.

Agas menghela nafas pelan, sabar Agas, besok juga ia bisa bertemu kekasihnya sehingga bisa melepas rindu. Apalagi ia juga mencoba mendukung karir kekasihnya dengan ikut bekerjasama dengan pihak perusahaan yang menangani kekasihnya di Australia.
Agas bangkit, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk segera mandi.

Agas saat ini tengah makan malam bersama dengan kedua orang tuanya.
"Jadi ketemu Amel, Agas?" Fathul memecah keheningan dimeja makan. Agas mengangguk.

"Jadi Pah, besok penerbangannya pagi." Terang Agas.

"Bagaimana dengan proyek taman mu? Lancar?"

"Lancar Pah, pembangunan rencananya akan dilakukan setelah pulang dari Aus." ujar Agas.

Ready For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang