Chapter 10

926 33 0
                                    

"AWAAAS!"
Seketika mereka menoleh ke sumber suara. Dilihatnya seorang gadis berambut coklat sebahu tengah terduduk dihamparan pasir putih. Mereka mendekati gadis yang tengah terduduk tadi. Mencoba memberikan bantuan.
Mata Shaloom seketika melebar.
"Elsa!" Gumamnya pelan. Tapi mampu didengar oleh Erga.
"Sha..Shaloom." ucap gadis itu tak kalah terkejut. Ina yang berdiri disamping Shaloom menatapnya khawatir. Karna terlihat jelas perubahan wajah Shaloom.
"Lo gak papa kan Sha?" Bisik Ina memastikan. Shaloom mengangguk pelan. Tapi, matanya tidak bisa berbohong. Masih ada segurat kepedihan dimata Shaloom saat menatap Elsa. Seketika memory saat itu kembali berputar dikepala Shaloom. Elsa yang merasa ditatap seperti itu hanya menunduk -menyembunyikan wajahnya.
"Sini gue bantu." Ucap Arga seraya membantu Elsa berdiri.
"Aku kan udah bilang hati-hati Sa." Umpat seorang laki-laki yang berperawakan sama dengan Arga dan Erga. Mengambil alih Elsa dari Arga. Kali ini Erga menatap Shaloom khawatir. Dia melingkarkan tangannya dipundak Elsa. Dan mengusapnya lembut. Mencoba membuat Shaloom tenang.
"Maka.. Shaloom!" Ucap laki-laki tadi tak kalah terkejut. Dia baru tersadar dengan orang-orang dihadapannya. Ina dan Shaloom. Teman sekelasnya.
"Loh kalian udah saling kenal?" Tanya Arga. Ina mengangguk.
"Hai gue Arga." Ucap Arga seraya memperkenalkan diri.
"Gue Bevan. Dan ini Elsa." Balas Bevan.
Shaloom semakin bergetar mendengar nama itu. Dia mengepalkan tangannya. Menahan sesak yang kembali menghantam dadanya. Tidak ingin semuanya menjadi buruk lagi.
Erga berinisiatif untuk membawa Shaloom pergi -setidaknya untuk saat ini.
"Eh gue duluan ya. Yuk Sha." Ucap Erga seraya mengajak Shaloom pergi. Bevan hanya menatap punggung Erga dan Shaloom yang semakin menjauh. Sedangkan Elsa masih menundukkan wajahnya.
"Shaloom kenapa si Na?" Bisik Arga pada Ina. Ina hanya diam. Tak menggubris pertanyaan Arga.
"Lo..Lo gak papa Sa?" Tanya Ina ragu. Elsa mengangguk.
"Oh yaudah kita duluan ya. Yuk kak."

_____

Shaloom menatap luas ke cakrawala. Disampinngnya, Erga mencoba menenangkannya.
"Kamu gak papa Sha?" Shaloom hanya diam.
"Kenapa gue harus ketemu mereka disini Ga." Erga mengusap bahu Shaloom lembut. Air matanya tak bisa dibendung lagi.
"Kenapa hati aku masih sakit ngeliat mereka. Kenapa aku harus nangisin mereka. Harusnya aku udah lupain mereka. Harusnya aku--" Erga menarik Shaloom kedalam pelukannya. Membenamkan wajah Shaloom didada bidangnya. Membuat Shaloom semakin terisak.
"Aku benci sama diri aku Ga." Ucap Shaloom. Erga mengusap lembut kepala Shaloom.
"Kamu gak perlu nyalahin diri kamu ataupun orang lain Sha. Sekarang mending kamu tenangin diri kamu biar pikiran kamu jernih."

*Shaloom POV*

Gue gak nyangka akan seperti ini jadinya. Rasa sakit itu kembali muncul dihati gue. Saat gue lihat dua orang yang dulu jadi bagian dihidup gue. Ada apa dengan gue? Kenapa kenangan bersama Bevan mengusik pikiran dan hati gue lagi. Gue udah coba kunci kenangan itu. Tapi hari ini, seolah kenangan itu mendobrak keluar dari dalam pikiran gue. Membuat kenangan itu berputar bergantian dipikiran gue seperti sebuah film. Hati gue gak bisa bohong. Hati gue masih sakit ngeliat mereka. Walaupun disekolah gue selalu bersikap biasa kalo ketemu mereka. Ah gak, gue selalu menghindar lebih tepatnya. Harusnya tadi gue juga menghindar saat tau itu Elsa. Karna pasti ada Bevan juga disana. Harusnya gue gak perlu datengin Elsa.

ARRRRRRRGGGGHHHH

Gue gak boleh gini. Ada seseorang yang kini pasti hatinya terluka karna sikap gue. Gue emang bodoh! Sadar Shaloom. Ada Erga yang selalu ada buat lo. Ada Erga yang selalu jaga lo. Ada Erga yang bisa nutup luka dihati lo. Sekarang bukan saatnya lo buat jatuh lagi Sha. Lo harus lupain memory tentang Bevan dan Elsa.

*Erga POV*

Apa Shaloom masih sayang sama Bevan? Ah, gak mungkin. Tapi, matanya nunjukin kepedihan serta kerinduan saat Shaloom ngeliat Bevan. Dan saat itu hati gue mendadak nyeri. Gue gak nyangka perasaan lo ke Bevan begitu dalam Sha. Gue pikir gue udah berhasil gantiin posisi Bevan dihati lo. Tapi gue salah. Walaupun lo bilang ke gue lo udah lupain semuanya. Tapi, mata lo gak bisa bohong Sha.
Apa gue harus mundur? Gak! Gue gak boleh mundur. Hati gue udah terlanjur jatuh cinta sama Shaloom. Gue gak boleh ragu sama Shaloom. Gue harus percaya sama dia. Ada segurat ketulusan dimata Shaloom saat dia nerima gue dan bilang I Love you ke gue. Bevan cuma masa lalu Shaloom. Dan gue adalah masa sekarang dan masa depan Shaloom.

_____

"Mungkin lo harus selesain ini semua Sha. Lo gak bisa terus-terusan menghindar. Lo harus ngomong sama mereka." Ucap Ina lembut. Shaloom menghela napas panjang.
"Lo bener Na. Harusnya gue gak menghindar dan nyelesain itu dari dulu. Tapi gue terlalu egois." Mata Shaloom menerawang entah kemana. Ina mengusap lembut punggung Shaloom.
"Tadi sore gue sempet ngobrol sama Elsa." Shaloom menatap Ina nanar.

"Lo sama siapa Sa?" Tanya Ina basa basi. Memecah keheningan diantara mereka. Mereka duduk didepan bungalo tempat Elsa tinggal -disamping Bungalo milik Erga dan keluarganya. Elsa menatap Ina datar.
"Sama keluarga gue dan .. Bevan." Hening. Suasana menjadi canggung kembali. Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan. Sampai akhirnya Ina memutuskan untuk kembali ke Bungalonya.
"Na." Ina menghentikan langkahnya. Dahinya mengernyit.
"Apa Shaloom masi ngebenci gue Na. Apa dia belum maafin gue." Ucap Elsa parau. Bibirnya bergetar menahan air mata yang sedari tadi dia bendung. Hingga akhirnya pertahanannya runtuh. Dia tidak bisa lagi menahannya. Ina kembali duduk disamping Elsa dan mengusap punggungnya -mencoba membuat Elsa sedikit tenang.
"Sejujurnya gue ngerasa bersalah banget sama Shaloom. Gue udah hianatin persahabatan kita. Gue udah ngerebut kebahagiaan dia. Tapi, gue juga pengen bahagia Na. Gue juga pengen jemput kebahagiaan gue. Tanpa menyakiti siapapun. Apa gue gak pantes buat bahagia Na?" Ina masih diam menyimak apa yang akan dikatakan Elsa selanjutnya.
"Sebenernya gue dan Bevan udah punya hubungan sejak 4 tahun lalu. Sebelum gue kenal lo dan Shaloom. Tapi, karna waktu itu nyokap sakit. Bokap gue ngajak kita pindah ke singapore karna peralatan medis disini masih belum lengkap. Dan saat itu nyokap harus dapat penanganan medis secepatnya. Gue gak sempet pamit ke Bevan. Gue ninggalin Bevan gitu aja. Tanpa kabar apapun. Gue tau Bevan pasti marah. Tapi gue janji sama diri gue. Kalau nyokap sembuh. Gue bakal balik ke Indonesia dan minta maaf ke Bevan. Tapi tuhan berkehendak lain. Nyokap gue gak bisa diselametin. Gue sangat terpuruk Na. Sampai akhirnya gue mutusin buat balik ke Indonesia. Walaupun bokap gue ngelarang. Tapi gue tetep mau balik ke Indonesia. Karna gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang kedua kalinya. Tapi, gue telat. Bevan saat itu udah punya pacar. Hati gue sakit Na. Terlebih pacar Bevan itu Shaloom. Orang yang udah gue anggap sahabat. Awalnya gue mikir, lebih baik gue balik lagi ke Singapore dan lupain Bevan. Tapi, hati gue nolak. Tujuan gue dateng ke Indonesia buat ngejemput kebahagiaan gue -Bevan. Gue gak pernah mikir akan ada orang yang tersakiti gara-gara gue. Karna yang ada dipikiran gue saat itu cuma gimana caranya buat ngambil milik gue lagi. Dan dari situlah gue gak pernah nyerah gitu aja. Walaupun awalnya Bevan marah banget sama gue. Tapi gue coba jelasin semuanya. Dan dia ngerti gimana keadaan gue saat itu. Gue yakin masih ada harapan buat gue milikin hati Bevan lagi. Sampai akhirnya perasaan Bevan ke gue balik lagi kaya dulu. Bevan bilang kalo dia masih sayang sama gue. Gue bahagia. Tapi, disisi lain gue udah ngelukain hati sahabat gue sendiri Na. Gue gak nyangka Shaloom akan sesakit ini. Gue pi. Gue tau ini semua gara-gara keegoisan gue." Ina tak menutup mulutnya tak menyangka dengan apa yang Elsa katakan. Baru kali ini Elsa menceritakan semuanya. Bahkan Shaloom pun tidak mengetahuinya. Karna Shaloom tidak pernah memberikan Elsa kesempatan untuk menjelaskan semuanya.
"Gue pengen perbaikin semuanya Na. Gue gak mau hidup dengan rasa bersalah gini." Ina tidak tau lagi harus mengatakan apa.
"Lo pasti bisa perbaikin semuanya Sa. Mungkin ini waktunya. Tuhan pasti punya rencana, mempertemuin kita disatu tempat ini. Tuhan pengen, kita perbaiki hubungan persahabatan kita kaya dulu lagi." Elsa mengangguk. Terlihat senyuman dibibir Elsa walaupun air mata kini telah membasahi pipinya. Ina langsung memeluk erat tubuh Elsa seraya membisikkan sesuatu.
"Sorry, dulu gue jauhin lo."

"Mending lo selesain secepatnya Sha. Ngomong sama dia. Gue pengen kita kaya dulu lagi." Shaloom mengernyit menatap punggung Ina yang kini masuk kedalam bungalo. Tidak mengerti apa yang Ina bicarakan.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang