"Aku menemukanmu sesuai janjiku"
"Maaf aku tidak mengenalmu"
"Kau mengenalku tentu saja"
"Bisa hentikan omong kosongmu dan pergi dari hadapanku selagi aku masih bicara baik-baik?"
Raja melirik tangan Jong Suk yang sudah mengepal memegang pedang disampingnya dengan penuh amarah.
"Apa kau baik-baik saja?" Raja menyentuh tangan Jong Suk yang menggenggam pedang lembut.
---Jong Suk POV---
Aku jelas mengenal pria ini. Naluri membawa ingatan dua minggu lalu kembali dengan sangat jelas.Wajah tenangnya terlalu tenang dan tidak menunjukkan emosi apapun hingga membuatku sedikit bergidik ngeri dengan aura dominan orang ini.
Bzrtt
Tanganku seperti tersetrum ketika tangan besar dan pria itu menyentuh lembut permukaan tanganku seakan mengerti kemarahan yang sedang berusaha aku tahan. Entah karena tangannya yang dingin bersentuhan dengan kulit hangatku atau apa yang jelas aku harus berusaha tenang saat ini.
"Maaf aku meninggalkanmu saat itu"
"Tuan bisa berhenti bicara omong kos-"
"Aku benar-benar minta maaf Jong Suk ah"
Bagaimana? Bagaimana dia bisa tahu namaku?
"Kau mungkin terkejut, tapi aku berusaha cukup keras mencarimu"
Aku tidak bisa berkata-kata.
"Jadi bisakah kau berhenti pura-pura tidak mengenaliku sekarang?"
Sialan.
"Apa yang ingin kau katakan Tuan?"
Entah hanya perasaanku saja, tapi aku melihat sekilas binar bahagia fi wajahnya ketika aku menanggapi ucapannya.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Aku selalu baik seperti yang kau lihat"
"Maksudku apa malam itu kau kesakitan setelah aku memasukimu?"
"Ekhem maaf tuan-tuan ini makanan kalian" bibi pemilik kedai buru-buru meninggalkan kami
Blush
Sial, kenapa dia bisa bicara blak-blakan dan waktunya tidak tepat sekali.
"Jong Suk-ah?"
"Diam. Bisakah kau tidak bicara blak-blakan seperti itu di tempat umum?"
"Kalau begitu apakah boleh saat hanya kita berdua?"
"Terserah."
"Baiklah aku akan membahasnya di jalan pulang bersamamu nanti"
"Siapa yang kau bilang akan pulang bersama?!"
"Ayo cepat makan makananmu tidak enak jika sudah dingin" dia langsung memakan makanannya dengan lahap. Dasar orang gila
***
Setelah selesai makan ternyata dia membayar makananku juga. Aku tidak peduli sejujurnya.
"Pergi dan jangan ikuti aku."
"Hem" dia acuh tak acuh dengan ucapanku, sungguh menjengkelkan.
Aku terus berjalan. Tidak ada percakapan, dia hanya diam. Kami masuk ke jalanan yang semakin sunyi.
"Kubilang berhenti mengikuti Tuan."
Dia menahan tanganku.