"Aku akan keluar malam ini"
"Baik Yang Mulia"tunduk Kepala Kasim.
Malam ini langit sangat terang berhiaskan bintang-bintang yang berkelipan dengan indah. Jalanan gang tepat pintu keluar rahasia dari lingkungan istana sangat sunyi. Bahkan suara jangkrik dan binatang-binatang malam pun dapat terdengar jelas. Bangunan-bangunan di sekitar banyak yang kosong sehingga mendukung kesunyian itu.
Berbanding terbalik dengan suasana ramai pusat kota yang hanya melewati beberapa blok bangunan. Mungkin karena malam ini akan diadakan festival kembang api, suasana sekitar jadi lebih ramai dari biasanya. Hanya tawa canda yang bisa didengar di seluruh penjuru jalan.
Kakinya melangkah menuju rumah bordir terbesar setelah selesai berkeliling. Tentu saja suasana disini tidak jauh beda dengan suasana di luar. Hanya saja lebih menonjol suara cekikikan para gisaeng dan pria-pria yang haus akan nafsu bergelora. Ia menuju salah satu meja kecil kosong di tengah keramaian.
"Apa yang ingin Anda pesan tuan?" seorang pria yang belum terlalu tua menghampiri mejanya.
"Berikan aku satu botol arak dulu"
"Apakah Anda ingin ditemani seseorang?" tanyanya hati-hati.
Sebuah pertanyaan yang umum ditanyakan pada setiap pria yang datang karena biasanya menginginkan wanita penghibur. Dia tidak tertarik dengan pertanyaan murahan itu, matanya berkeliling ke sekitar dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
---Raja POV---
Aku tidak terlalu peduli dengan tawaran pelayan tadi, tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku. Kenapa disaat bahagia seperti ini bisa ada pria yang mabuk sendirian dan mengasingkan diri di tengah keramaian tempat ini."Tidak, antarkan saja ke meja disana nanti" aku menunjuk tempat pria itu.
"Baik Tuan" pria itu langsung pergi.
Aku melangkah mendekati pria tadi. Dari perawakannya sepertinya umur kami tidak jauh berbeda. Badannya cukup bagus dan ada pedang di samping tubuhnya. Sepertinya orang ini ahli bela diri/mungkin pengawal keluarga kaya. Tapi kenapa seorang ahli sepertinya bisa selengah ini.
"Permisi bolehkah aku duduk disini, semua tempat sudah penuh"
Ia mendongak. Matanya yang sudah cukup teler sedikit melontarkan tatapan curiga.
"Silahkan saja Tuan"
Sudah ada 6 botol arak kosong di meja itu.
"Ahjusii, tolong beri aku satu botol lagi"
"Yaa, tunggu sebentar" teriak pria yang berjaga di sekitar.
"Kulihat kau sudah menghabiskan 6 botol arak, sepertinya kau punya cukup banyak uang Tuan?"
"Hehh..."anehnya senyumnya cukup masam.
"Hanya ini cara yang aku tau untuk menghabiskan hasil kerjaku"
Tidak ada lagi percakapan diantara kami, pria itu masih fokus menghabiskan arak di botol keenamnya.
"Mau aku tuangkan?"
"Aku tak akan menolak"
Ia menuangkan arak itu ke gelasku dan meneguk habis sisanya.
"Hanya ini satu-satunya cara yang bisa membuatku melupakan seluruh rasa bersalahku hehe" wajahnya memerah karena efek alkohol. Tangannya mencengkram erat pedang di sampingnya.
Botol arak kami tiba bersamaan.
"Dalam hidup kadang banyak hal yang harus kita lakukan untuk bertahan hidup dan melindungi yang berharga bagi kita meski kadang harus mengorbankan hal yang lebih besar"