5. an Invitation

2.2K 191 36
                                    

Jadwal anaknya tidak kalah padat dengan ayahnya. Bahkan sampai hari sabtupun Anastasya masih ada satu kegiatan yaitu les ballet. Persis didepan tempat lesnya ada coffeeshop yang lumayan ramai. Jadi Sakura putuskan untuk duduk dan minum kopi.

Sasuke masih tidur saat dirinya berangkat. Kini ia mulai tahu kebiasaan suaminya. Yaitu bangun agak siang saat akhir pekan. Sakura masih belum berani membangunkannya, jadi ia hanya menyiapkan satu piring roti panggang dengan selai nanas untuk suaminya tidak lupa susu.

Mungkin saja susunya sudah dingin karena sudah setengah jam Sakura tinggali. Ia membawa buku catatan dan tab untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia butuh suasana yang seperti ini. Kemarin ia tidak sempat membuat jadwal suaminya karena pulang cepat. Sengaja sekali ia membawanya sembari menunggu anak perempuannya.

Tidak boleh ada orangtua murid yang berada didalam selama kelas berlangsung. Peraturan tersebut adalah peraturan tertulis. Karena kalau ditunggu anak-anak pasti akan manja dan malas belajar. Dengan tidak adanya orangtua mereka akan mandiri dan bisa mengekspresikan diri.

Minuman pesanannya datang, ia suka Ice Americano tidak lupa memesan croffle dengan susu coklat kesukaannya. Suasana pagi ini ramai, Sakura saja hampir tidak kebagian tempat. Hanya tersisa satu meja saat ia datang. Ia duduk ditengah-tengah dan menjadi pusat perhatian semua orang.

Rambut panjangnya tergerai, ia memakai wedges juga dress kotak-kotak yang membuatnya sangat mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rambut panjangnya tergerai, ia memakai wedges juga dress kotak-kotak yang membuatnya sangat mencolok. Para laki-laki yang duduk berdekatan dengannya tidak cukup menatapnya sekali.

Saat sedang fokus ia mendengar suara ribut-ribut. Ia mendongak dan melihat ada seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi.

Walau tidak terlalu jelas ia bisa mendengar apa isi percakapannya. Rupanya wanita itu tidak dilayani karena kedai kopi ini sudah penuh. Dimejanya masih ada dua kursi lagi, ia bisa berbagi dengan wanita paruh baya tersebut.


" Maaf Nyonya, tapi kedainya sudah penuh " Kata salah satu pegawai yang bersitegang dengannya.

Sakura mendekat, daripada berdebat lebih baik ia memberi solusi agar wanita itu bisa duduk dan minum dengan tenang. Wanita paruh baya itu tampak kaget saat Sakura menyentuh bahunya

" Nyonya bisa duduk dimejaku, masih tersisa dua kursi lagi. Tolong berikan buku menunya " Pegawai itu takjub dan mengangguk sambil mengangsurkan buku menu.

Wanita yang tidak lain bernama Marie Henry itu memandang Sakura dengan takjub. Wanita yang rela berbagi meja dengannya itu sangatlah cantik, baik dan anggun.

Dimejanya ada beberapa buku catatan juga tab. Sepertinya sangat sibuk sampai fokusnya teralihkan padanya. Anaknya tiba-tiba butuh pergi ke toilet dan meninggalkan Marie untuk memesan kopi. Ternyata kedainya penuh, untung saja ada wanita cantik dihadapannya ini.


" Siapa namamu sayang? " Tanyanya penasaran.

Siapa tahu wanita cantik ini mau ia jadikan menantu. Anaknya keterlaluan, semua wanita ditolak. Sebenarnya tipe wanita seperti apa yang anaknya itu inginkan.

Wanita dihadapannya ini sudah sangat sempurna. Cantik, anggun, tidak lupa tubuhnya yang menjulang tinggi. Syukur-syukur wanita ini belum punya kekasih.

" Sakura Haruno, Nyonya. Maaf tapi mejaku sedikit berantakan " Katanya sambil menggeser barangnya dan merapihkannya kedalam tas.

Sepertinya Sakura akan mengerjakannya dirumah, tidak enak kalau ada orang dihadapannya tapi dirinya malah sibuk mengerjakan pekerjaan.

" Tante saja, kenalkan aku Marie Henry. Sebenarnya aku menunggu anakku yang sedang pergi ke toilet " Anaknya? Kenapa tidak menemani ibunya lebih dulu? Padahal hampir terlibat pertengkaran tadi.

" Maaf Tante kalau mejaku berantakan. Setidaknya Tante bisa duduk dan menikmati kopinya " Marie mengangguk, Sakura sangatlah sopan. Ia harus meminta nomer ponselnya.

" Mam, katanya ada keributan. Loh! Sakura? " Kagetnya mendapati Sakura duduk bersama ibunya. Ia sedikit ketar-ketir dan terburu-buru keluar dari toilet karena mendengar ada yang bertengkar.

Sakura menoleh dan mendapati Albert. Betapa sempitnya dunia ini? Ternyata Marie adalah ibunya Albert, pantas saja wajahnya familiar.

" Albert, apa kabar? " Tanyanya sambil bangun dari duduknya dan menjabat tangannya.

" Kalian saling kenal rupanya? " Keduanya mengangguk dengan wajah malu.

" Sakura ini adalah sekretaris CEO Uchiha Group. Beberapa hari yang lalu kami berkenalan. Kamu sedang apa disini Ra? " Tanya Albert. Padahal akhir pekan tapi masih saja sibuk.

" Merekap jadwal, aku juga sedang menunggu anak Tuan Uchiha. Tempat lesnya persis bersebrangan dengan kedai ini " Albert menjadi sangat kagum dengan Sakura. Wanita cantik itu benar-benar pekerja keras. Hari liburnya bahkan dipakai untuk mengurus anak dari Sasuke.

" Kalau kalian saling kenal bolehkan kalau Mama mengundang Sakura saat anniversary nanti? " Albert tentu saja mengangguk. Ia akan senang kalau Sakura datang.

" Tanyakan pada Sakura, apakah Sakura mau datang? " Tentunya ia butuh persetujuan dari orang yang bersangkutan bukan?

" Harus mau ya sayang. Hari ini kan kamu menolong Tante. Acaranya minggu malam pukul tujuh di Ballroom Grand Hyatt " Sakura pada akhirnya mengangguk. Tidak enak menolak ajakan orang baik. Lagipula hanya datang ke sebuah pesta pasti Sasuke mengizinkannya.

" Sakura usahakan datang ya Tante. Apa ada dresscode tertentu? " Marie menggeleng dengan cepat.

" Kenakan gaun yang membuat kamu nyaman. Albert bisa menjemputmu nanti " Apapun yang dikenakan pasti terlihat cantik menurut wanita paruh baya itu.

" Tidak perlu, biar aku datang sendiri Tante. Albert kan Tuan rumah, bukankah begitu? " Marie mengangguk, setelah pesanan datang ia pamit ke toilet. Bisa ia lihat kalau anaknya menyukai Sakura.



Saat berjalan kearah toilet pun ia masih memandang keduanya dengan senyuman. Anaknya menyukainya, namun Sakura terlihat sangat pasif dan terus menunduk. Mungkin masih terlalu dini,  namun tidak ada yang salah dengan pendekatan terlebih dahulu.

Sakura juga terlihat sangat baik, wajah cantiknya benar-benar membuatnya takjub. Suaminya pasti senang dengan kabar ini. Diam-diam ia memotret keduanya dan mengirimkannya kepada suaminya.

" Kamu tidak membalas pesanku semalam? " Tanya Albert. Semalam Sakura ketiduran,  ia sudah mengantuk setelah membacakan dongeng untuk anaknya.

" Oh maaf, semalam aku tidur cepat karena kepalaku sedikit pusing " Ia memang lelah. Apalagi kemarin Sakura ikut pergi bersama Sasuke meninjau proyek baru.

Albert tampak sangat khawatir dan bertanya apakah Sakura sudah minum obat. Sakura mengatakan hanya butuh tidur untuk meredakan nyeri dikepalanya.

" Kapan-kapan mainlah kerumahku " Ajakan Albert membuat Sakura sadar kalau pria itu sudah cukup jauh.

Haruskah ia mengatakannya kepada Sasuke untuk segera mengumumkan pernikahan mereka. Sakura takut semuanya terlambat dan menjadi masalah dikemudian hari.

" Albert, aku.. "

" Hanya main Sakura, Mamaku sepertinya menyukaimu " Wajahnya penuh permohonan. Sakura pun tidak bisa mengatakan tidak. Pada akhirnya ia hanya menunduk dan terdiam. Ia bingung harus bagaimana?

Disatu sisi Sasuke tidak mau pernikahan mereka diumbar. Namun disisi lain ada seorang pria yang terang-terangan mendekatinya.




..to be continue..

My Wife (Sasuke x Sakura) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang