part.7

4 3 2
                                    

"Kenapa?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang pemuda berkemeja hitam.

"Kenapa, kita gak bisa bersatu." Pemuda itu menatap wajah gadis di sampingnya, berwajah cantik. dengan rambut di kepang dua dengan tali pita di ujung nya, di tambah dengan dress putih di bawah lutut.

Mata gadis itu mendelik saat mendengar pertanyaan itu. "Heh, Udin. Lo gak liat penampilan gue? Gue abis pulang dari gereja, sedangkan Lo abis jum'at tan."

Pemuda itu menunduk, menatap sarung yang ia kenakan. "Jangan di perjelas dong, serasa jauh banget."

"Emang jauh! Tapi mau di gimanain lagi. Walaupun kita pacaran ya percuma." Gadis itu menatap sekitar. Memperhatikan kawasan taman, enggan menatap pemuda di samping nya.

"Kenapa gue harus kenal lo, kalo ujung-ujungnya kaya gini."

"Ya kita tetangga, gimana ngga kenal. Dasar Udin!"

"Tega banget sih Lo! dari tadi nyebut nama bapak gue Mulu. Naksir Lo!" Kesal pemuda itu, dari tadi di diamkan malah ngelunjak ni cewek untuk sayang. Kalo gak udah di jual di pasar.

"Gue suka nya sama. Anvaran astara anak dari bapak Udin astara, yang sayang nya beda agama," ucap gadis itu dengan kalimat akhir yang di pelankan.

~Mencintai mu memang menyakitkan
Tapi lebih menyakitkan jika memiliki mu,
Jika kamu saja anak Tuhan~

______

Kesialan di rasakan oleh renjana. Di karenakan dia telat di hari Senin, sungguh rasa nya ingin berteriak.

Hancur sudah predikat sebagai murid teladan dan rajin. Tapi karena renjana murid kesayangan dia di perbolehkan langsung masuk kelas, tidak adil? Itulah fakta nya.

Saat ini kelas sepi karena masih melaksanakan upacara, dan renjana di kelas seorang diri. Membaca materi yang akan di pelajari nanti.

Saat Sabtu kemarin renjana sedikit berbahagia. Hukuman Minggu lalu dari Alan sedikit bermanfaat bagi renjana, soal yang di berikan oleh Alan ternyata keluar saat ujian harian. Dan dia mendapat nilai yang sempurna.

Karna itulah Alan bersikap baik terhadap nya, kebaikan Alan tergantung bagaimana nilai renjana. Jika sempurna maka renjana akan menjadi anak perempuan yang paling beruntung, dan sebaliknya jika nilai nya turun dia seperti manusia yang tak di hargai.

Satu persatu penghuni kelas masuk. Rata-rata siswi membawa minuman dan satu bungkus roti, itu sudah biasa di kelas ini setiap selesai upacara. siswa-siswi akan membawa roti yang di beli nya, selain waktu yang terbatas mereka juga akan memakan sambil belajar.

Saling menjatuhkan itu sudah biasa, berlomba untuk menjadi nomor satu. Bonus nya kalian akan mendapat perlakuan khusus, seperti renjana contohnya.

"Pagi semua."

Sapa seorang guru. Sontak saja murid di kelas langsung berhenti menyantap makanan mereka, menutup kembali buka yang sempat mereka baca.

"Kalian gak lupa kan? kalo hari ini ujian fisika. Tapi kenapa masih belajar, waktu yang saya berikan kurang?" Tanya guru itu dengan lembut. Tapi mereka tau arti dari nada lembut tersebut, sebuah sindiran.

Seorang siswi berdiri dari tempat duduknya, menatap guru perempuan itu dengan berani.

"Mohon maaf jika ucapan saya tidak sopan, tapi waktu yang ibu berikan sangat lah tidak tepat. Dimana ibu memberi Taukan informasi tersebut pukul satu dini hari, dan kami harus mengatur kembali waktu belajar dan waktu tidur."

"Pertanyaan saya hanya satu, kesibukan apa yang membuat ibu memberi informasi telat tersebut," lanjut siswi tersebut.

Guru yang sering di panggil dengan 'buk ratih' tersebut menatap murid tersebut dengan tajam. Berani sekali!

"Halah itu alasan kamu saja, contoh renjana mau belajar atau tidak pun dia akan mendapatkan nilai yang sempurna."

Renjana yang sedari tadi hanya diam. Langsung menatap guru itu dengan kesal ia tidak suka di bawa-bawa dalam masalah yang tidak penting.

"Setiap murid memiliki porsi masing-masing, sama saja seperti renjana. dia memang pandai dalam fisika tapi dia bodoh di matematika," timpal seorang pemuda yang sedari tadi diam. Jengah dengan keadaan seperti ini di mana murid pintar lah yang selalu mendapat kan perlakuan khusus, membuat teman kelas nya saling menjatuhkan.

Renjana menatap pemuda itu dengan alis terangkat, pemuda yang terkenal pendiam itu berbicara? Dan apa tadi bodoh? berani sekali pemuda itu! dia tidak bodoh hanya kurang pandai di pelajaran itu.

Memang semua orang memiliki porsi masing-masing. Jangan menekan orang itu untuk bisa di bidang apapun. Mereka akan pandai di bidang yang mereka sukai.

"Terserah kalian jika tidak mau ujian kalian bisa keluar! Saya tidak suka bertele-tele. Jika masih ingin ikut kelas saya, kalian maju Ambil kertas ujiannya." Dan yah semua murid maju untuk ikut ujian tersebut. Mereka tidak mungkin melewatkan ujian ini karna nilai lah taruhannya.

Senyum sinis terbit dari guru tersebut, benar apa yang sering di bicarakan oleh guru lain. kelas ini gila nilai mereka bisa melakukan apa saja, entah dengan jalur kerja keras mereka atau kerja keras orang dalam.

Selama Tania pindah kelas. Renjana lah yang selalu mendapat nilai sempurna, pindah kelas nya Tania sedikit campur tangan alan. Jika keluarga Adipati ingin bermain curang, alan bisa lebih dari itu.

Hanya saja Alan malas untuk menyogok kepala sekolah supaya nilai renjana selalu di atas, dia percaya jika Putri nya itu mampu. Lagi pula dia senang saat renjana berbuat kesalahan, dengan senang hati alan akan menghukum Putri yang manis itu.

________

Saat ini renjana tengah berjalan menuju kantin tentunya seorang diri.

Tatapan sinis, ke tidak sukaan, renjana dapat kan dari murid yang berlalu lalang terutama teman kelasnya.

Jika teman kelas nya. Mereka masih marah saat di banding kan dengan nya, tapi jika murid lain selain tidak suka dengan kepintaran nya mereka juga tidak suka ia memiliki hubungan khusus dengan alzagara. Si Bad boy.

Tapi renjana tidak peduli. Mau mereka membencinya ia tidak ambil pusing itu hak mereka. bagi nya lebih banyak orang membenci nya, dia akan semakin terkenal. mereka pasti membicarakan nya, bukan kah ucapan yang keluar lebih cepat menyebar.

Yang ia peduli kan adalah perut nya yang harus segera di isi.

TBC.

Garajana [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang