Serial 8 : Cari Teman Lain

0 0 0
                                    

#NAD_30HM2023
#Hari_Ke_8
#NomerAbsen_083

-----------------------------------

Sepulang sekolah, Cikal dan Bungsu datang ke rumah sudah tidak ada siapapun. Teh Tika belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Nini berada di sawah untuk panen. Jadi, keduanya harus mandiri dengan mengganti baju sendiri. Dan bila mau main bisa titip kunci pada tetangga.

“Sepedahan ah!”

“Kita samperin Ujang sama Ipul di lapang. Lalu kita ke rumahnya Ice dan Neneng.”
Cikal dan Bungsu menggoes sepeda, dengan laju yang cepat. Sampai berlomba-lomba untuk mendapatkan kemenangan. Tak pernah memperdulikan kehati-hatian saat mengendarai.

“Balapan lagi yuk!” ucap Cikal menantang teman-temannya kebut-kebutan. “Siapa yang duluan sampai ke rumah Ice harus dibonceng.”

“Oke siap, Bungsu pasti menang lagi.”

“Kalian ngga pernah lihat aku main sepeda ya. Nih, aku buktikan melaju secepat kilat,” ucap Ipul sambil berlaga menjadi pemenangnya.

“Kita buktikan aja. Siapa yang tercepat!” celetuk Ujang.

Pertandingan dimulai dari lapangan. Semuanya bersiap dengan rapih digaris awal. Layaknya seorang atlet pesepeda sungguhan. Memulai aba-aba dengan hitungan sendiri dalam hati.

Di pertengahan jalan, Ipul melaju dengan cepat sampai lawannya tertinggal. Tiba-tiba ia melihat ke belakang, sudah semakin jauh. Kasihan sekali ia menabrak pohon sampai terjungkal. Lututnya dan tumitnya luka dan berdarah. Ipul menangis kencang sekali akibat kesakitan. Lalu mamahnya Ipul melihat kejadian itu dan membawanya langsung ke rumah.

“Kasihan sekali, Ipul. Sudah jatuh malah dijewer sama mamahnya,” celetuk Ujang.

“Ayo, lanjutkan balapannya!”

“Ngga ah, takut jatuh dan tak terkendali sama kayak Ipul. Sepedahan biasa aja.”

Mereka mengendarai penuh kewaspadaan. Setelah sampai di rumah. Ice tidak ada di rumah. Kata mamahnya ia pergi bersama bibinya ke pasar bersama Neneng juga. Ujang pun dipanggil oleh bapaknya, sebab akan pergi ke supermarket bersama keluarganya.

“Lah, semuanya pada pulang!” celetuk Cikal merasa kesal.

“Kita temui Aki sama Nini aja ke sawah.”

Saat tak ada teman bermain. Cikal dan Bungsu menjumpai Aki Ruslan sebagai teman mainnya. Keduanya dididik dengan penuh perhatian.

“Sudah beres, Aki panennya?”

“Belum, tinggal menandur lagi. Aki istirahat dulu, sebab cuacanya terlalu panas.”

“Ruslan mau kopi? Saya seduhin ya,” ucap Nini dengan mengambil barang bekalannya dalam kantong plastik. Aki Ruslan dan Nini adalah teman sebaya. Selalu akrab dan saling perhatian.

“Emang ini sawah siapa? Luas banget.”

“Ini sawah Aki lah. Iya luas, supaya beras yang dihasilkan banyak.”

“Nini ngebantuin Aki Ruslan ngurus sawah. Nanti kebagian berasnya ngga?”

Aki Ruslan menertawai pada Bungsu yang sudah tidak canggung lagi. “Iya, Aki kasih berasnya dan upahnya juga. Kan Nini mu sudah kerja keras.”

Nini pun tertawa saat sedang menyiapkan makanan untuk para petani juga. Semuanya beristirahat sejenak dengan mengobrol ria. Terutama Cikal dan Bungsu yang ikut nimbrung dengan mereka. Keduanya, malah memiliki teman baru ketika kawan-kawan sepermainan ada urusan lain.

“Nini, Cikal mau seduhin kopi juga?”

“Anak kecil jangan minum kopi. Nih, Nini seduhin susu aja ya. Kebetulan ada nyelip di kresek.”

“Memang kenapa anak kecil ngga boleh minum kopi? Kok orang dewasa bisa terus-terusan minum kopi.”

“Sebab Aki kalau tidak minum kopi kepalanya pusing,” ucap Aki Ruslan sambil menyeruput kopi panasnya.

“Oh gitu, Nini Cikal sama Bungsu pulang ya. Kasihan Teh Tika pasti sudah pulang, sendirian di rumah.”

Cikal dan Bungsu berpamitan kepada semuanya untuk pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cikal & BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang