Serial 5 : Rujakan

0 1 0
                                        

#NAD_30HM2023
#Hari_Ke_5
#NomerAbsen_083

-------------------------------

Cantika Putri, itu lah nama lengkapnya. Masih bersekolah di SMPN setempat. Anak pertama yang diharuskan mengurusi rumah tangga, sepeninggal kedua orang tua. Sekaligus mengurusi Nini. Makanya, Teh Tika selepas pulang, langsung berbenah rumah. Paling jengkel, harus membereskan mainan yang berserakan kepunyaan adik-adiknya. Pasti selalu saja ditinggal keluar, sudah tahu jam Teh Tika pulang.

Teh Tika ngadem di beranda teras. Selepas pekerjaan rumah telah selesai. Dengan membaca buku TereLiye yang berjudul ‘Hafalan Salat Delisa'. Ia telah menamatkan baca beberapa kali, tanpa bosan. Apalagi filmya yang telah populer, diputarkan pada saat masa liburan panjang. Ia pernah berpikir kok pintarnya punya adik seperti Delisa yang rajin salat. Dibandingkan Cikal dan Bungsu yang susah diajak salat.

“Pulang cepat tumben. Ngga sampai subuh aja sekalian!”

“Ih Teh Tika, emang berani ngusir kita!” jawab Cikal.

“Siapa takut?"

“Berani-beraninya bisa ngelawan, hah. Besok awas aja Teteh ambil jatah jajan kalian.”

“Jangan ah, Teh.”

“Iya makanya kalau punya mainan diberesin dong. Jangan nyusahin terus. Teteh juga capek dari sekolah.”

“Iya, Bungsu juga capek. Mau minum air dingin!” celetuk Bungsu.

“Sudah ngapain kalian, pada capek gitu!”

“Capek dengerin Teteh ngomel. Padahal Cikal dan Bungsu itu anak baik.”

Merasa tak terima dengan ocehan adik-adiknya. Teh Tika mengejar sampai keliling rumah. Cuman hanya ingin cubitan kecil saja, dikira ingin dihajar. Beberapa kali putaran, semuanya lesu. Cikal dan Bungsu ambil air dingin dari kulkas, yang tadi keinginannya tertunda.

“Cikal... Bungsu. Tolong liatin mangga di lemari. Sudah matang atau belum?”

“Buat apa gitu, Teh?” tanya balik Cikal.

“Mau mangga, Teh,” ucap Bungsu.

“Ambil sini aja, kalau belum matang mau dibuat rujak.”

“Yeah, rujakan! Makan rujak,” ucap Cikal dan Bungsu.

“Oh boleh, tapi belikan dulu jambu air ke warungnya Mang Diman.”

“Ngga mau, capek. Di luar panas.”

“Ya sudah, Teteh aja yang bikin buat sendiri. Kalian ngga ada jatah.”

“Teteh! Bilangin ke Nini, Teteh pelit. Cikal pastiin Teteh ngga dapat uang jajan.”

“Bodo amat, Nini lagi di sawah,” ejek Teh Tika.

Cikal dan Bungsu menyerah. Harus menuruti permintaan Teh Tika dulu, baru dapat jatah. Ia bergerak cepat dengan berlari untuk pergi ke warung. Supaya benar-benar aman mangga-nya tidak dilahap habis oleh Teh Tika.

“Terima kasih. Gitu dong nurut jadi orang teh. Jangan nyusahin terus.”

“Iya.. Iya.”

Teh Tika mulai mengulek bumbu rujakannya. Setelah buah-buahan telah dipotong. Ia sangat suka sekali pedas, sedangkan adik-adiknya tidak. Cikal dan Bungsu sedang menonton televisi. Tidak sama sekali membantu. Saking kesalnya, ia menaruh tiga cabai merah pada rujakan untuk mengerjainya.

“Yeah, rujaknya sudah jadi,” seru Bungsu.

“Ini yang buat kita ngga pedas kan!”

“Ngga, sudah dipisahin kok tadi.”

Teh Tika memperhatikan adik-adiknya makan dulu, sebelum dirinya. Untuk melihat ekspresi jeritannya. Supaya senang tak terkira mengerjainya yang cukup kelewatan.

“Pedas!!” teriak Bungsu.

“Minum, mau minum!” ujar Cikal sambil bergegas ke dapur. “Teh Tika nambahin cabe ya! Ngga terima kalau Teteh akan kalah.”

Cikal dan Bungsu terus menerus minum. Ketika rasa pedasnya hilang, malah di makan lagi rujaknya. Terkadang hanya buahnya saja, atau ditambah dengan bumbunya meski hanya sedikit dan terasa nikmat. Teh Tika pun menikmati, di siang hari ini memang cocok untuk rujakan.

“Aduh sakit perut,” ucap Bungsu bergegas ke kamar mandi.

Cikal dan Teh Tika merasa heran, Bungsu sudah dua kali masuk ke kamar mandi. Tiba-tiba Cikal pun kentut, membuat Teh Tika tutup hidung. Ada drama keduanya saling berebut kamar mandi. Saking merintihnya sakit perut tak tertahan.

“Nini, perut Cikal sakit!” ucapnya mengadu pada Nini yang baru saja bekerja di sawah. Ia pun heran.

“Terakhir memang makan apa? Kok bisa dua-duanya sakit barengan.”

“Makan rujak dari Teh Tika, Ni.”

“Pedas ngga?”

Cikal dan Bungsu mengangguk. Dalam hati Teh Tika sudah bersalah membuat adik-adiknya kesakitan. Akibat dari ingin mengerjainya saja.

“Tika, adik-adikmu ini belum makan nasi dari pagi tadi. Seharusnya kamu lebih perhatian lagi untuk makan. Ini malah ngerujak. Sana beliin obat untuk Cikal dan Bungsu. Nini tugasin harus ngerawat mereka sampai sembuh.”

Cikal & BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang