Terkadang hidup memang tidak adil, moon godness memberikan kebebasan bagi para alpha untuk dapat memengaruhi heat omega ketika mereka sedang memasuki jadwal rut— tetapi para omega tak diberi kebebasan untuk dapat memancing rut alpha ketika mereka heat
Hal inilah yang menyebabkan semakin meningkatnya angka kematian terhadap omega yang tidak memiliki daya tahan tubuh maksimal, tubuh mereka dipaksa untuk melayani rut alpha sedangkan saat itu bukanlah masanya mereka untuk mendapatkan heat. Omega hanya menjadi tempat pelampiasan dan sasaran empuk alpha mereka yang tidak paham makna dari hubungan yang mereka punya
Hal itu pula yang mendorong Doyoung untuk mengangkat masalah ini sebagai judul penelitian skripsinya, nantinya ia akan menetapkan "Penelitian Remaja Omega yang Rentan Bertemu dengan Mate Sebelum Matangnya Usia dan Pola Pikir"
Doyoung berencana menemukan lokasi survei yang cocok untuk segera menyelesaikan skripsinya tetapi ternyata hal itu bukanlah hal yang mudah untuk ia lakukan, tentu Doyoung membutuhkan bantuan teman-temannya yang lain
"Aku saranin kamu pergi ke kota xx, di sana ada kasus pembunuhan omega yang pelakunya belum tertangkap karena diindikasi adalah anak pejabat."
Mendengar pernyataan temannya barusan Doyoung seakan tak bisa percaya. "Hah? serius.."
"Iya.. coba kamu datang aja langsung, siapa tahu di sana banyak masalah lain yang bisa kamu angkat.
Laptop yang tadinya Doyoung nyalakan kini sudah tersimpan rapih di dalam tas dan omega manis itu langsung bergegas kembali pulang ke apartemennya. Jihoon adalah salah satu teman Alpha yang Doyoung percayai sebagai orang yang cerdas dalam mengulik informasi, sekarang giliran Doyoung untuk membuktikan apakah kasus yang terjadi di kota xx itu benar atau tidak keberadaannya
Doyoung juga ingin membuktikan apakah luka yang ia dapatkan selama ini ada hubungannya dengan beberapa insiden yang terjadi di kota xx, jujur saja Doyoung tidak kuat menahankan derita itu sendirian
Kota xx, 28 Juni 20xx
"Haru, aku takut.."
Omega laki-laki dengan paras cantik itu berusaha menahan pergerakan sang alpha, niat mereka untuk sekedar bermain ternyata sudah bukan lagi untuk bermain. Pikiran alpha muda itu sudah tertutup oleh kabut nafsu dan kini ia ingin mencoba untuk mengendalikan omega yang ada di hadapannya
"Ga apa-apa, kita ini mate."
Lagi-lagi Haruto mengatakan hal yang sama, alpha muda itu mengatakan sesuatu yang dirinya sendiri saja tidak mengerti apa maksudnya
Mereka berdua hanyalah sepasang remaja sembilan belas tahun yang tak pernah menyimak pelajaran tambahan yang membahas seputar secondery gender. Ditambah minimnya himbauan para pemerintah terhadap keamanan penduduk turut mempengaruhi kebodohan yang keduanya miliki
Sedikit hal yang Haruto tahu dirinya adalah seorang alpha dan alpha dapat bertindak sesuka hatinya, alpha dapat mengendalikan omega dan membuat mereka menjadi mate sesuka hatinya
Tanpa disadari Haruto sudah mempercayai paham yang salah itu saat ia masih duduk di sekolah menengah pertama, Haruto yang merupakan satu-satunya alpha superior merasa bahwa tak seorangpun bisa menentang keinginannya
"Tapi Haru.. lukamu sepertinya sangat parah."
Ketika omega itu hendak menyentuh luka pada leher Haruto, alpha itu sudah lebih dulu menyentakkan tangannya dan membuat omega itu terdiam ketakutan
Haruto tidak suka apabila ada orang lain yang lancang memperhatikan lukanya, hanya Haruto yang boleh menyadarinya dan sampai kapanpun Haruto tak akan mengatakan hal itu pada kedua orang tuanya
"Tahan suaramu kalau kau tidak mau ada yang melihat." Haruto berbisik di telinga omeganya dan berusaha mengarahkan miliknya masuk ke dalam lubang sang omega
Kakinya gemetar, Jeongwoo takut jika yang mereka lakukan saat ini adalah hal yang salah karena sejatinya saat ini Jeongwoo diam hanya karena takut pada feromon yang Haruto kuarkan
Jeongwoo tak pernah percaya dengan apa yang Haruto maksudkan tentang keduanya adalah sepasang mate, Jeongwoo mengetahui hal itu karena Haruto terkenal dengan sifatnya yang bejat dan suka berganti-ganti pasangan
Ahk!
Satu sentakan kuat dan Jeongwoo merasakan milik Haruto dalam dirinya, tangan alpha itu terangkat untuk menekan kepala Jeongwoo ke tempat tidur dan mengangkat pinggulnya agar semakin memperdalam milik Haruto yang telah memasuki dirinya
Haruto tahu saat ini Jeongwoo tersiksa, Doyoung pun sama. Haruto memejamkan matanya, lagi-lagi ia kembali memikirkan seseorang yang dirinya sendiri saja tidak kenal dan membuat kepalanya terasa sakit mendadak
"Arghh.. kepalaku."
Jeongwoo melihat ke arah Haruto yang tengah memegangi kepalanya, perlahan ia berusaha melepaskan diri dan membantu Haruto untuk berbaring
Sebagai teman tentunya Jeongwoo tidak sampai hati untuk meninggalkan Haruto sendirian dalam keadaan yang tidak memungkinkan, lagi pula saat ini lubang Jeongwoo cukup terasa berdenyut
"Haruto.. mungkin ini ada hubungannya dengan luka di pundakmu."
Bukan salahnya Jeongwoo, luka pada leher Haruto memang sudah menjalar hingga ke pundak. Apabila Haruto tetap menghindari takdirnya maka luka itu akan menjalar hingga ke sekujur tubuh dan perlahan-lahan membuatnya mati tersiksa.
"Diam! pergi dari rumahku!"
"Haruto.."
to be continued..