kemeja berlengan yang lusuh serta celana jeans panjangnya yang kotor penuh lumpur, sekujur tubuhnya kotor dan berkeringat layaknya orang tak pernah mandi. Meski begitu rambut cokelat gelapnya tetap terurai dengan indahnya tak lepek ataupun acak-acakan bahkan wajah kecilnya tetap terlihat cantik meski kotor dibeberapa sisi dengan luka lecet atau lebam kecil
matanya yang kecil berbentuk kucing dengan pancaran cokelat terang menatap jauh kedalam kegelapan lorong yang ada didepannya, langkahnya tak getar sama sekali bahkan nafasnya berderu dengan nyamanya layaknya seorang yang tengah jalan santai. tatapanya tajam nan waspada terhadap sekitarnya hingga beberapa suara kecil yang mencapain ideranya membuat dia menoleh cepat memeriksa dari mana suara itu berasal.
"AAAAAAA!" mendengar teriakan keras itu membuatnya dengan tergesa berlari keasal suara
diujung lorong dapat gadis itu lihat sesosok manusia yang terlihat menggerang kesakitan. mata orang didepan sana hitam tanpa pupil mata dengan urat-urat disekujur tubuhnya yang juga berwarna hitam pekat. mendekati tubuh sosok itu gadis tadi dengan segera menendang tubuh sosok itu hingga terpental kebelakang. melihatnya lengah untuk sejenak gadsi itu meraih belati yang ada dipinggangnya mengayuhkanya kesamping
sring
crekk
"aqkkhhhh!"
orang didepan berteriak keras dengan luka melintang dimatanya. gadis itu meletakan moncong pistol dikepala orang didepanya sebelum menarik pelatuknya.
Dor
"J TOLONG!" gadis itu melanjutkan langkahnya dan memepercepat langkahnya untuk mencapai tujuannya hingga ketika dia berbelok diujung lorong, dia melihat salah seorang gadis yang tengah berdiri diatas meja kotor dengan kaki gemetar serta raut wajah ketakutannya
gadis yang dipanggil J tadi mendesah lelah "ada apa?" tanyanya melihat temannya yang hanya gemetar ketakutan diatas meja sembari menatap kearah lantai
"i-itu dibawah sana" tunjuknya pada sekor tikus yang mecicit mencoba mengeluarkan ekornya dari timbunan bangunan
"serius R? kau berteriak hanya karena tikus?"
"hanya karena? ya nenekku mati karena keracunan dan kau tahu keracunan itu karena sepesies sepertinya!" gadis itu berteriak tak terima sembari menatap sengit kearah tikus. kondisi gadis bersurai pirang itu sama seperti temanya yang kotor dan berkeringat beberapa luka kecil juga ada diarea wajah bahkan ada garis melintang dilehernya bekas luka yang ditinggalakan seseorang yang mencoba menggorok lehernya.
cit....cit....ci
DOR!
si pirang mendesah lega melihat darah yang berceceran dilantai "kau penyelamatku J!" seru si gadis berniat memeluknya yang tentu segera didorong kasar oleh gadis lain
"itu hanya tikus R" cibirnya menatap leher temannya sebelum berlutut mengambil syal yang jatuh dilantai dan memberikannya pada orang yang dia panggil R "ayo kita harus segera membereskan lantai ini dan kembali ke asrama"
R meraih syal yang disondorkan temannya itu, meski dia tersenyum untuk mengucapkan rasa terima kasihnya J tetap setia dengan wajah datar tanpa ekspresinya bahkan matanya gelap tak dapat ditembus oleh mata rusa milik R untuk membaca pikirannya
"kau benar, ahhh aku sudah lapar!" gadis itu mengalungkan syal dilehernya menutup luka melintang yang ada disana "tapi aku masih benar-benar penasaran, kitakan masih taruna kenapa sudah disuruh untuk melakukan misi bunuh diri seperti ini. ya meski aku beruntung satu tim denganmu, kalau tidak mungkin aku sudah mati dimakan kemarin-kemarin. lebih hebatnya lagi kita sudah memuncaki lantai 6 dalam seminggu ini bukannya kita harus bangga? tak ada taruna lain yang seperti kita loh J"