"siapa Jimin?" N yang ada di belakangnya hanya mengalihkan pandangannya kearah lain begitu di tanya hal seperti itu dari J, manusia tanpa ekspresi dan empati yang sangat ia hindari untuk berinteraksi"emosi seharusnya tak dimiliki oleh para abjad kan N?"
"tapi empati adalah sifat dasar manusia J"
"jika kau mengutamakan empati, dirimu bisa saja menggantikan posisi V dan kau bisa juga mati disana jika aku tak membunuh kanibal tadi"
"kanibal yang kau bunuh adalah keluarganya V" gadis bersuari cokelat panjang itu menghentikan langkahnya didepan pintu yang bertuliskan ruang pimpinan "dia kakak tirinya, yang juga menjadi taruna seperti kita di gedung lain. dia sudah hilang sejak 2 tahun yang lalu J, dan V baru menemuinya hari ini sebagai seorang manusia yang bertemu kakaknya seoarang kanibal."
"mau kau menjelaskan sebaik dan seerat apa hubungan keduanya itu tak berarti apapun bagiku N. aku tak memiliki keluarga itu yang perlu kau ingat" N mendesah, menurutnya percuma menjelaksan pada manusia seperti J yang ada dia yang akan tertekan karena merasa bersalah
setelah tadi J mengetuk pintu kedunya masuk kedalam ruangan
>>>
"hey aku bertanya-tanya kenapa tadi kau tak lari?" gadis bersurai pirang itu bicara ketika mulutnya penuh dengan sesuap mie instan yang menjadi menu favoritnya.
baik R dan V tak berniat membersihkan diri terlebih dulu keduanya bahkan. bukan! bukan keduanya, hanya R yang ingin makan sedangkan V ingin sendiri yang membuat keduanya kini duduk berhadapan dikantin yang sepi sebab jam malam yang diterapkan dalam asrama
"kau terlihat sedih, apa kanibal itu orang yang kau kenal?" V yang duduk didepan gadis itu hanya diam memakan makanannya tanpa berbicara sepatah katapun. darah yang ada dikeningnya sudah berhenti lantaran ia menyekanya asal-asalan sebelum memasuki asrama, meski darah itu tak lagi mengalir namun lukanya masih terbuka yang memungkinkan infeksi jika dia tak segera dirawat.
melihat ekspresi V yang masih diam dengan kepala tertunduk menyembunyikan wajahnya R mulai membuka suaranya "hmm aku juga membunuh ayahku" kepala V yang tadi tertunduk sedih menyembunyikan mata merah dan air matanya segera terangkat menatap R yang mengaduk-aduk mienya "sebelum dia menjadi kanibal, yang artinya aku membunuh ayahku ketika dia masihlah seorang manusia. bahkan ayah memaksaku agar aku membunuhnya" gadis itu menatap V dengan datar dan wajah tenangnya yang tak menunjukan ekspresi sedih atau terluka sedikitpun.
"kau membunuh ayahmu sendiri?" bisik V menatap tak percaya pada R yang masih makan dengan santainya
"bertahan hidup itu sulit" ujar R sembari menunjuk V dengan garpu plastiknya "aku bukanya mau adu nasib, aku tahu hal itu sulit karena itu aku mengatakanya. tak apa untuk menangis, begini-begini kita juga manusia yang bisa terluka hatinya" R mengangkat cup mienya meminum sisa air yang ada disana dan meneguknya hingga tak tersisa. tubuhnya beranjak berdiri dengan mata menatap V yang kembali menundukan kepalanya
"meski aku suka J aku akan sedikit tidak suka padanya untuk kali ini. aku akan pergi. jadi menangislah tak apa, tak akan ada yang mendengarmu kali ini. aku akan mematikan lampunya jadi tak akan ada yang melihatmu juga" begitu R pergi meninggalkan kantin punggung laki-laki itu mulai bergetar dengan hebatnya. bahkan tangannya yang mencengkram sendok makan sampai memerah karena saking eratnya dia mengenggam sendok itu hingga mampu melukai tangannya sendiri
suara decitan pintu yang tertutup pelan menjadi awal untuk dirinya mengeluarkan suara isak tangisnya yang begitu keras ia tahan sedari tadi.
bersama sepi, sendiri digelapnya malam. laki-laki itu terisak keras tanpa menyembunyikan suara dan air matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/344954325-288-k864499.jpg)