Genta!!" teriak Zahra. "Mau kemana lo?"
"Ke kantin, laper!" jawab Genta tanpa menoleh.
Nyatanya, Genta tidak pergi ke kantin seperti yang di katakannya pada Zahra. Tetapi, justru pergi mencari kemana Kak Kaif mengajak Adora.
Setelah sekian abad mencari, akhirnya Genta menemukan mereka berdua di sebuah taman sekolah, tepat di bawah pohon. Tampak Kak Kaif dan Adora sedang duduk bersebelahan di kursi panjang dan ada sedikit jarak di tengah-tengah mereka.
Dengan langkah pelan Genta berjalan mendekati pohon yang sedikit jauh beberapa meter dari mereka. Genta bersembunyi di balik pohon guna menguping apa yang Kak Kaif bicarakan pada Adora.
"Tuh cowok kenapa lembek banget sih, kalau ngomong! Kan jadinya, gue nggak dengar dia ngomong apa!" gerutu Genta seraya mengedarkan pandangan mencari ide agar mendengar lebih jelas pembicaraan Adora dengan Kakak kelas yang menurut Genta sok keren.
Sedangkan di sisi lain,
Saat ini, Kaif sedang duduk di samping Adora dengan tubuh yang meyerong menatap Adora dengan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Sementara Adora, duduk tertunduk malu.
"Adora?" panggil Kaif yang hanya mendapat gumaman dari Adora tanpa membalas tatapannya. "Kakak mau meminta izin?"
Adora sedikit terkejut, "Izin apa, Kak?"
"Kakak ingin lebih sering bertemu dengan kamu dan kita lebih banyak mengobrol," kata Kaif. "Jujur, Kakak ingin lebih akrab dengan kamu. Boleh?"
Adora hanya diam karena jantungnya berdetak begitu kencang. Jujur ini sangat mendadak untuknya, tetapi membuatnya merasa senang dan heran secara bersamaan.
"Kakak anggap kamu mengizinkannya."
Kedua sudut bibir Kaif tertarik ke atas lagi, ketika tahu Adora sedang tersenyum malu.
"Apa boleh, jika Kakak, berkunjung ke rumah kamu?"
Gubrak
Kaif dan Adora sama-sama terlonjak dan langsung berdiri memutar tubuhnya menghadap ke belakang.
Adora dan Kaif, menatap heran seorang lelaki yang tak kalah tampan dari Kaif sedang bangkit berdiri dan menyapu dedaunan kering yang menempel pada seragamnya.
"Lo ketua tim basket yang terkenal kasar itu, kan?" tanya Kak Kaif menatap seseorang yang memandang ke arahnya dengan wajah yang memerah padam, bahkan memperlihatkan dengan jelas urat di lehernya sedang menegang.
"Genta?" panggil Adora. "Kamu ngapain di sini?"
Genta sungguh merasa tengsin. Sakitnya tidak seberapa, tetapi malunya yang membuat harga dirinya terkoyak.
Genta memejamkan matanya sejenak sembari menghembuskan nafas panjangnya.
"Emm ... itu ... ya nggak apa-apa, kan ini tempat umum," kelit Genta.
Melihat Adora tersenyum tipis dengan wajah menunduk, membuat Genta begitu salah tingkah dengan brutal. Genta langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Tadi kenapa sih, harus ada ulat segala!! Mana ulatnya ijo dan gemoy lagi. Kan jadinya gue jatuh? Malu banget lah!!" omel Genta bermonolog.
Kepergian Genta tak berpengaruh pada siapa pun di sana, tetapi senyuman Adora tak kunjung pudar kala mengingat tingkah Genta yang ada-ada saja.
"Bagaimana, Adora? Boleh, Kakak main ke rumah kamu?"
Detak jantung Adora bermaraton dengan brutalnya, perutnya seperti di penuhi dengan kupu-kupu yang beterbangan menggelitik.
"Maaf, Kak. Bukannya ngelarang Kakak main ke rumah," tutur Adora. "Tapi, aku sendiri nggak pernah di datangi laki-laki ke rumah kecuali teman sekelasku yang hendak kerja kelompok. Itu juga rame-rame."
"Kalau gitu, Kakak bawa kedua orang tua Kakak sekalian," papar Kaif dengan wajah serius.
Adora terkekeh, "Ngapain pakai bawa Orang tua segala."
"Untuk Ta'aruf sama kamu," jawab Kaif yang tentunya dalam hati.
Terdengar bel masuk setelah istirahat berbunyi, seluruh siswa dan siswi yang masih berada di luar kelas langsung berlari berhamburan menuju kelas masing-masing.
"Udah bel, Kak. Aku masuk dulu ya," pamit Adora yang kini sudah berdiri hendak melangkah pergi.
"Ta-tapi, Ra?" panggil Kaif yang hampir saja memegang pergelangan tangan Adora karena Adora melangkah pergi begitu saja.
Sesampainya di kelas, Adora yang sudah ada di bangkunya seolah sedang di introgasi oleh Polwan Zahrania Shalsabila.
"Serius?" tanya Zahra memastikan lagi, "dia beneran ngomong gitu?"
Adora mengangguk sembari tersenyum malu, "Aduh ... malu, Ra,"
"Terus, lo jawab apa?" tanya Zahra lagi.
Adora yang semula duduk menyerong, kini merubah posisinya menghadap ke depan karena Guru pengajar sudah datang.
"Ya gue takut lah, Ra," lirik Adora. "Lo tau sendiri, gue nggak pernah bawa teman cowok ke rumah kecuali kerja kelompok,"
Zahra menutup mulutnya yang hampir tertawa brutal, "Sayang banget, padahal yang main orang yang lo suka," kata Zahra. "Terus, dia jawab apa setelah lo bilang kayak gitu?"
"Dia bawa Orang tuanya," jawab Adora.
Walaupun sepanjang pelajaran mereka berdua berbicara, tetapi mereka tetap paham apa yang di sampaikan oleh Gurunya.
Kemudian Guru pengajar menyuruh mereka mengerjakan soal yang ada di buku Lembar Kerja Siswa atau yang biasa di kenal LKS.
Ponsel Zahra yang ada di sakunya terasa bergetar, dengan hati-hati dan tengok sekeliling termasuk Guru pengajar selayaknya orang mau nyebrang. Zahra memastikan dulu apakah aman atau tidak untuknya membaca pesan.
"Kampret!" desis Zahra. "Ngapain cowok kepo DM gue,"
Adora hanya menoleh padanya sekilas, kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi.
Dengan bibir umik-umik, Zahra saling bertukar pesan lewat DM instastorenya dengan ... Genta si cowok kepo kata Zahra.
Genta.Abimanyu:
Ra, lo tau nggak, Adora sama Kaif pas di taman ngomongin apa?
Zahrania.Shalsabila:
Kepo banget jadi cowok! Apa urusannya sama lo?
Eh tunggu! Lo tau dari mana kalau mereka ngobrol di taman?
Genta.Ab:
Ayolah, Ra. Mereka ngomongin apa?
Zahra._sba:
Jawab dulu, lo tau dari mana mereka ngobrol di taman? Hayoo ...
Genta_Ab:
Gue nggak sengaja lihat pas mau ke kantin.
Lama banget sih! Mereka ngobrolin apa?
Zahra_sba:
He! Lo pikir gue anak baru di sini? Kantin sama taman jalurnya beda ya, Genteng!
Mau informasi? Bayar.
Genta.Ab:
Ini cewek, mata duitan banget.
Iya nanti gue bayar.
Zahra_sba:
Kak Kaif mau ke rumah Adora.
Genta.Ab:
Ngapain coba ke rumahnya? Nggak jelas tuh cowok.
Ganteng juga, masih gantengan Gue.
Zahra_sba:
WONG EDAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinding Pembatas
Teen FictionSay No To Plagiat!! Genta Abimanyu, seorang Kapten Tim Basket SMA Karya Bhakti yang terkenal dengan nada tinggi setiap kali berbicara dan berhadapan dengan seluruh gadis yang ingin mendekatinya. Bahkan tak segan untuk membentak dan mempermalukan set...