Meraih tasnya yang sudah berat, Flo lalu memakainya. Dia menatapi bundanya, dan membenarkan bagian poni bundanya yang berantakan, "Bunda jangan khawatir, aku kan cuma ke tempat Markus."
Anggrek mengangguk pelan, "Bunda berusaha untuk tidak khawatir, tapi tetap saja Flo. Ini pertama kalinya, kamu akan pergi jauh dari sini"
"Bunda, tenang ya, aku ini sudah besar. Sudah seharusnya aku bisa jaga diri aku sendiri. Dan di momen ini, momen yang pas buat, aku tunjukkin ke diri aku. Kalo aku juga bisa. Bisa berdiri di kaki sendiri," Flo tersenyum, "Jadi bunda harus semangatin aku. Kalo bunda malah khawatir, nanti aku bakalan terus manja ke bunda. Bunda mau aku jadi anak yang manja. Enggak kan?"
Anggrek sedikit terkekeh, mendengar ocehan anaknya. Walau umur Flo sudah menginjak delapan belas tahun. Bagi dirinya dia tetap anak lugu yang dia temui delapan tahun lalu.
"Iya Flo. Baik mulai sekarang bunda akan coba ya, bunda akan sekuat mungkin untuk tidak khawatir. Walau sejujurnya kamu tahu kan, kalau hal itu tidak mungkin bagi bunda"
"Nah gitu dong"
Markus datang ke hadapan mereka berdua, "Gimana Flo? Udah siap?"
"Udah"
"Yaudah tante, aku sama Flo pergi dulu ya"
"Iya kalian berdua hati-hati ya ... "
Anggrek akhirnya membiarkan mereka berdua pergi.Markus dan Flo berjalan ke arah belakang panti. Saat hampir sampai, mereka malah melihat Pak Rama yang tengah duduk sembari menanti senja.
"Kalian mau kemana?" tanya Pak Rama memandangi mereka kompak memakai tas ransel yang penuh.
Markus, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Mau pergi dulu pak, titip ibu sama semua yang di panti ya"
Pak Rama hanya mengangguk.
Flo tersenyum sembari, melambai tangan ke Pak Rama. Tanpa adanya sepatah kata.
Saat jarak agak jauh Pak Rama berucap dengan suara agak lantang, "Nyatanya semua yang hilang, akan mulai kembali" Ujar Pak Rama, menghentikkan langkah mereka berdua. Baik Flo dan Markus, keduanya menoleh ke arah Pak Rama, "Berikan saya jawaban atas teka-teki tadi" lanjut Pak Rama.
Flo menghela napas lega, "Setelah pulang, saya pastikan akan jawab teka -teki dari Pak Rama. Sekarang saya pergi dulu" Teriak Flo di ikuti lambaian tangan ke Pak Rama.
Mereka pun sudah di belakang panti, tapi mengapa tidak ada siapapun. Bahkan Flo, mulai berjongkok, memandangi rumput, barangkali ada kumbang, yang hampir membuat dia pingsan dua kali.
"Apa gue telat ya kus?" tanyanya heran.
"Entah," Markus menengok ke sebelah kiri, mencoba mencari keberadaan sosok lelaki tadi siang, "Gue coba kesana ya, kali aja kan dia hinggap di pohon" ujarnya yang tak lama berjalan ke arah itu.
Dengan begitu, Flo pun mencoba juga untuk mencari, lelaki yang membuat hidupnya seribet ini. Di benak Flo, dia berharap Gecko tersadar, bahwa bukan Flo lah yang dia cari.
'Gue harap dia sadar'
Angin kencang datang, merusak sanggul rambut Flo. Poninya di buat penuh dengan daun yang bertebrangan. Dengan wajah malas, Flo membersihkan rambutnya, dan seakan sudah paham, apa yang akan terjadi selanjutnya. Gecko datang, dan kali ini tak sendiri, karena dia bersama Kuma,"Saya tahu, kamu pasti sudah siap" ujar Gecko.
"Datengnya sih udah gak buat kaget ya, tapi tolong dong, anginnya bisa di kecilin gak. Rambut saya rusak kalo begini terus" Kelu Flo
Gecko tidak menggubris ucapan Flo. Dia menyuruh Kuma membuat lingkaran untuk mereka bertiga berteleportasi. Lingkaran kuning dengan liukan mirip dedaunan akan membawa mereka ke tempat persembunyian.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventure of the fluwn's
ФэнтезиSemua berjalan biasa, sampai di umurnya ke delapan belas. Kumbang menggemaskan, berbicara layaknya manusia, dan beberapa fakta mulai bermunculan. Pikirannya semakin semrawut setelah tangannya mengeluarkan aroma harum yang semerbak. Apakah gadis ini...