Bagian 3
Manoban masih berkutat dengan laptopnya saat Jennie menyuguhkan secangkir kopi. Ia ragu mengungkapkan keinginan yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari.
Hatinya bergemuruh tak menentu. Akankah sang suami Manoban mengabulkan permintaannya? Atau ia malah akan menolak mentah-mentah? Jennie kembali ragu.
"Ada apa?" tanya Manoban memecah kegundahan Jennie yang sedari tadi hanya duduk tanpa kata
Jennie terkesiap. Tatapan sang suami masih asyik dengan layar di depannya. Ia tak segera menjawab. Masih mencoba menyusun kata-kata.
"Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Manoban bertanya lagi, seraya menoleh dan menatap lekat wajah istrinya.
Jennie membalas tatapan Manoban dengan lembut. Ketegangan tampak jelas dalam wajah itu.
"Aku bosan di rumah terus seharian" Jennie menggantung kata-katanya.
Lalu?"
"Aku ingin ada kegiatan tanpa mengganggu tugasku sebagai istri," ucap Jennie pasti.
"Sudah adakah kegiatan yang kau maksudkan itu?"
"Aku belum tahu. Keahlianku hanya mendesain pakaian."
"Lakukan itu saja. Kau bisa mengerjakannya dari rumah."
Benar kata Manoban, melakukan keahlian dari rumah merupakan satu-satunya cara mengusir kebosanan sekaligus menghasilkan karya. Selain itu, ia harus menyusun rencana untuk mulai melobi perusahaan-perusahaan yang mau diajak kerjasama.
"Ada yang bisa aku bantu untuk persiapannya?"
Jennie menggeleng. "Tidak, terima kasih."
Jennie sedikit mungkin menggunakan fasilitas yang dimiliki sang suami untuk kepentingan sendiri. Meski tak sulit bagi Manoban memberikan semua yang dimintanya, tapi ia berusaha melakukan semampu yang ia bisa.
Setelah tak ada lagi yang dibicarakan, Jennie mohon pamit untuk mempersiapkan makan malam mereka. Manoban hanya menanggapi dengan anggukan.
Seperti biasa, mereka menikmati makan malam dalam diam. Tak ada celoteh tentang kegiatan sepanjang pagi sampai petang. Jennie menghela napas panjang.
Manoban menuju ruang keluarga setelah makan malam usai. Ia membuka laptopnya kembali, dan menggali informasi mengenai apa yang hendak dicari. Sedangkan Jennie menuju dapur, membersihkan peralatan kotor. Selalu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Seumur Hidup (JENLISA)
Romance"Ayah ingin kau menikah dengan Manoban." Jennie terdiam. Hal itu sudah berkali-kali ayahnya sampaikan, tetapi gadis itu enggan menanggapi. "Kali ini Ayah serius, Nak. Ayah dan orang tuanya Manoban sudah menyetujui perjodohan kalian." "Maaf, Ayah, ak...