Bagian 2
Tak pernah terbayangkan dalam benak Jennie akan bersanding di pelaminan dengan lelaki yang tak ia cintai. Meski pertemuan dengan Manoban sudah ketiga kalinya terjadi, tetap saja, hanya kekaguman yang tumbuh dalam hati. Tak mudah untuk mencintai seseorang dalam waktu yang singkat.
Dengan semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri Manoban, Jennie ikhlas menerima lelaki itu menjadi suaminya. Ketampanan dan kemapanan, membuat ia memiliki keyakinan, Manoban bisa membahagiakannya.
Semoga cinta akan tumbuh seiring waktu di hati keduanya.
Pesta pernikahan digelar cukup meriah. Semua tamu undangan yang hadir tak henti memuji pasangan pengantin yang terlihat berbahagia. Terlihat binar itu di kedua nerta Manoban. Tampak ia begitu menikmati pesta.
Jennie terkadang bertanya dalam hati, apakah lelaki itu tulus menerima dirinya sebagai istri, atau hanya sekadar mengikuti keinginan orang tua, untuk menerima perjodohan itu.
Karena bagi Jennie sendiri, pernikahan itu sekali seumur hidup, ia akan menerima Manoban seutuhnya. Ia akan belajar mencintai dan menerima segala kekurangan suaminya. Lalu, bagaimana dengan Manoban?
Kini tugas Jennie menunaikan kewajiban sebagai seorang istri untuk berbakti pada suami. Ia berharap Manoban akan menjadi suami yang baik dan penuh perhatian terhadap istri dan juga setia.
Hari pertama tinggal dalam satu atap, bersama dalam satu ranjang membuat Jennie merasa canggung. Namun Manoban seolah tak merasakan itu. Ia tidur tepat di sisi ranjang yang lain, di samping istrinya.
Manoban memerintahkan untuk menyimpan semua keperluan Jennie dalam satu kamar yang sama. Manoban tak pernah memperlihatkan rasa tidak suka atau perlawanan akibat perjodohan itu. Ia seperti menikmati rumah tangga yang mulai dijalani.
Rumah yang cukup besar dengan gaya minimalis itu menjadi hadiah pernikahan dari Manoban untuk Jennie. Rupanya Manoban telah mempersiapkan semua kebutuhan untuk rumah tangga yang hendak dibinanya.
Rumah lengkap dengan isi telah siap untuk dihuni. Dengan taman yang ditumbuhi bunga mawar kesukaan sang istri. Jennie merasa tersanjung dengan hadiah-hadiah itu.
Ia tak menyangka akan diberikan keistimewaan oleh lelaki yang masih asing baginya. Meski sikap dingin membalut kebaikan yang diberikan Manoban, tapi Jennie merasakan ketulusan lelaki itu.
Benar kata sang ayah, Manoban adalah lelaki yang baik dan sopan tutur katanya. Jennie bahagia bisa menjadi istri pemilik bisnis hotel yang dihujani dengan segenap perhatian dalam diam yang diberikan suaminya.
Sebagai seorang istri, tugasnya melayani suami dua puluh empat jam. Meski untuk satu hal belum ia jalankan, melayani Manoban di atas ranjang. Jennie masih ragu. Malu untuk memulai terlebih dulu. Lagi pula, Manoban pun seperti memberi ruang untuk mereka bisa sama-sama saling menerima sepenuh hati.
Bagi Jennie, Manoban adalah sosok lelaki yang ia damba selama ini. Meski sikap dingin melengkapi semua yang ada pada dirinya, tapi ia menerima itu. Ia bahkan mulai terbiasa dengan sifat itu.
Setiap pagi, sebelum sang suami terbangun dari tidurnya, Jennie berusaha bangun terlebih dahulu. Ia membereskan rumah dan mempersiapkan semua keperluan Manoban ke kantor.
Setelah mempersiapkan semua keperluan suaminya, ia langsung pergi ke dapur. Secangkir kopi panas dan nasi goreng menjadi menu sarapan yang disiapkan Jennie untuk mereka berdua.
Mereka menikmati sarapan dalam diam. Selalu seperti itu di setiap paginya. Tak ada obrolan, seperti yang biasa dilakukan Jennie bersama sang ayah. Berbagi cerita tentang apa yang akan dilakukan sepanjang hari, membuat ia semangat menjalani rutinitas.
Kegiatan yang dilakukan Jennie setiap hari berkutat di seputar rumah. Menunggu dengan setia sang suami pulang, cukup membuatnya bosan. Setelah menikah, ia memutuskan untuk berhenti dari perkerjaan sebagai fashion desainer sebuah perusahaan ternama. Ia ingin fokus pada kehidupan rumah tangganya.
Namun tinggal sendiri di rumah sebesar itu ternyata tak seindah dibayangkan. Jennie mulai jenuh dengan kesehariannya. Ia harus bicara dengan Manoban, mencari kegiatan tanpa harus meninggalkan tugasnya sebagai seorang istri.
**
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Seumur Hidup (JENLISA)
Romance"Ayah ingin kau menikah dengan Manoban." Jennie terdiam. Hal itu sudah berkali-kali ayahnya sampaikan, tetapi gadis itu enggan menanggapi. "Kali ini Ayah serius, Nak. Ayah dan orang tuanya Manoban sudah menyetujui perjodohan kalian." "Maaf, Ayah, ak...