03

232 23 1
                                    

Draco keluar dari kelas terakhirnya bersama murid-murid Slytherin dan Gryffindor lainnya. Dia sangat terburu-buru sampai tidak sengaja menabrak orang di depannya.

"Sorry, Granger". Katanya, lalu kembali fokus ke langkahnya.

Ron membelalakkan matanya, "Is he say sorry to you???".

"Is that really Malfoy? Mungkin saja orang lain yang meminum Polyjuice kan". Ucap Harry sambil sedikit tertawa canggung.

Golden trio berjalan dengan penuh tanda tanya di kepala mereka. Seorang Malfoy meminta maaf? Jika saja Draco tidak jelas mengatakan nama belakang Hermione tadi, maka mereka akan mengira kalau Draco tidak melihat orang itu dan asal minta maaf saja. Tapi, jelas sekali Draco mengatakan nama belakang Hermione.

Hermione mengambil penuh kesadarannya, "Aku setuju dengan Harry".

Kembali pada Draco dengan langkah yang cepat karena dibantu oleh kakinya yang jenjang.

Sambil melangkah, dia melepaskan semua perban di tangannya, "Kau dulu kekanakan sekali, Drac". Dia berbicara pada dirinya sendiri. Lengannya sebenarnya tak sesakit itu, hanya saja dia butuh itu untuk meyakinkan ayahnya.

Dia yakin kalau sekarang Melisa ada di perpustakaan, duduk dalam kesepian yang disukainya.

Matanya menelusuri di mana Melisa duduk. Draco hapal, sangat hapal di mana gadisnya sering duduk. Dia hapal semua tempat yang Melisa suka di Hogwarts.

Mengambil tempat sedikit jauh dari Melisa, Draco berpura-pura mengambil buku lalu membacanya.

Di sana Melisa duduk dengan tenang sambil menulis di perkamen.

"Aku merindukanmu, Mel". Melisanya tampak cantik dengan cahaya matahari yang sebentar lagi hilang. Melisanya hidup di sini, dia ada di dunia ini.

Draco memicingkan matanya, memastikan kalau dia tidak salah liat. Darah menetes dari hidung Melisa, dari jauh Draco melihat wajah dan bibir yang pucat terukir jelas di wajahnya.

Dengan terburu-buru, Draco berdiri dan sedikit berlari menghampiri Melisa. Tak ada orang selain mereka di sini, mungkin karena sebentar lagi waktunya jam makan malam.

Draco menangkup pipi Melisa, "What's happen? Are you ok?". pertanyaan beruntun ditanyakan Draco dengan jempolnya sudah menyapu darah di permukaan hidung Melisa.

Melisa membelalakkan matanya, kaget karena respon Draco yang tidak biasa ini.

Melisa menahan pergelangan tangan Draco, berharap bisa menghentikan gerakan Draco, "I-im ok, Malfoy".

Draco menatap Melisa dalam. Dia tak pernah tau kalau Melisa pernah mengalami hal ini.

Draco mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan dengan telaten membersihkan hidung Melisa.

Melisa hanya diam saja, entah kenapa dia tidak bisa menolak perlakuan Draco yang ini. Melisa merasa nyaman dan aman.

Melisa menutup matanya merasakan sentuhan Draco, dia tersenyum lembut, "Thank you, kiddos. I owe you".

Draco menghentikan gerakannya, 'kiddos?' sudah lama sekali Draco tak mendengar itu dari Melisa.

"Ke madam Pomfrey saja ya? Orang yang melihatmu saat ini pasti akan mengira kau adalah seorang Vampire".

Melisa tertawa kecil, "Tidak perlu. Aku tidak apa-apa kok, ini sering terjadi kalau aku memaksakan otakku".

Draco kembali menatapnya lalu menghelah napasnya dengan pasrah, "Baiklah. Ayo ke great hall, makan malam akan segera dimulai".

Draco membereskan buku-buku yang ada di meja Melisa, "Kau kesulitan mempelajari Arithmancy?". Draco melihat perkamen Melisa.

Melisa dengan sapu tangan Draco di hidungnya menoleh, "Ahh ya, aku tidak suka mempelajari itu".

Benar, ini tahun Melisa mengikut ujian OWL. Di masa lalu, Draco tidak bisa membantu Melisa apa-apa, selain karena mereka belum dekat saat itu, Draco juga tidak akan mengerti pelajaran Melisa yang dua tahun lebih tua darinya.

"Aku bisa membantumu".

Melisa terkekeh, "Bagaimana bisa? Kau bahkan dua tahun di bawahku".

Dengan ingatannya tentang masa depan, Draco yakin sekali bisa membantu Melisa. Pelajaran ini sangat kecil baginya, sang penerima nilai E (Exceeds Expectations) di ujian OWL-nya.

"Jangan meragukanku, Icarius".

"Kau benar bisa?".

Draco membawa buku-buku Melisa dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menarik Melisa dengan lembut, lalu keluar dari perpustakaan.

Draco mengangguk, "Tentu".

Melisa menatap punggung Draco dari belakang, lalu turun ke tangannya yang digenggam oleh Draco. Semua orang yang melihat ini pasti akan mengira mereka adalah sepasang kekasih.

Sebenarnya dia sangat heran dengan semua perlakuan Draco padanya hari ini, tapi entah karena apa dia sangat merasa nyaman dengan cara Draco memperlakukannya.

Apa Melisa menyukai Draco? Bocah tengil itu?

Melisa menggelengkan kepalanya, sangat tidak mungkin Melisa menyukai Draco.

"Melisa?".

Mereka berdua menoleh bersamaan, ternyata itu Cedric.

Cedric melirik ke genggaman Draco dengan tatapan heran, "Apa ini?".

Draco mengeratkan genggamannya pada Melisa saat melihat Cedric. Sungguh perasaan yang aneh saat melihat orang yang kau tau sudah mati berdiri di depanmu sekarang. Draco sungguh kembali ke masa lalu.

Di masa lalu, Draco kesulitan mendekati Melisa setelah kematian Cedric. Melisa sangat merasa terpukul karena itu.

Menarik kesadarannya kembali, Draco melepaskan genggaman tangannya dengan Melisa. Dia berjalan maju lalu memberikan tumpukan buku Melisa pada Cedric.

"Perhatikan temanmu, Diggory". Lalu dia pergi.

Melisa dan Cedric saling memandang keheranan.

Cedric mengernyitkan dahinya saat melihat Melisa menutupi hidungnya dengan sapu tangan yang penuh dengan bercak darah.

"Apa ini? Kau mimisan?". Tanya Cedric, lalu menarik sapu tangan itu.

"Iyaa, sepertinya karena Arithmancy".

"Apa? Sangat tidak masuk akal, kau kan bisa Arithmancy".

"Ya, tapi aku sangat muak mempelajarinya".

Cedric merangkul bahu Melisa lalu mulai berjalan ke arah Great Hall, "Jangan memaksakan dirimu, atau Milan akan tau soal ini".

Melisa meninju pelan perut Cedric, "Don't you dare, Ced".

Cedric meringis kecil, lalu tertawa, "Baiklah, baiklah". Sambil mengacak rambut Melisa.


don't forget to tap the star, kiddosss - Ruby.

Meet Me In the Past [DLM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang