M. Icarius

191 22 2
                                    

this is Melisa on Draco's point of view. there are a few flashback from Draco's POV. i hope everyone can understand this part. hope you enjoy it, love. -Ruby.

Melisa Icarius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melisa Icarius.

Hal yang terlintas pertama di kepalaku saat mendengar nama itu adalah cinta. Orang yang aku cintai.

Melisa adalah orang pertama yang memperkenalkan aku dengan 'cinta', dan bagaimana 'cinta' itu bekerja. Aku tak tau, sebelum aku mengenalnya.

Dicintai oleh dia adalah hal yang paling membagiakan sepanjang hidupku, rasa nyaman saat bersamanya sungguh indah.

Orang yang membuatku rela mengorbankan apapun demi kegembiraannya. Melisa pantas mendapatkan seluruh cintaku, karena dia mencintaiku dengan sepenuhnya.

Dia yang membuatku langsung jatuh cinta, bahkan di saat umurku terbilang masih muda. Aku melihat dia menghitung murid baru dengan wajah lelahnya. Setelah hitungan terakhirnya, aku memberanikan diri untuk menyapanya. Rasa gugup memenuhi diriku saat itu.

"Kau pasti seseorang dari Slytherin". Aku bertanya padanya dengan sedikit mendongak, karena dia lebih tinggi. Tak ada maksud tertentu, hanya akan lebih bagus jika dia seasrama denganku. Aku bertanya karena dia memakai jubah Hogwarts, tanpa logo asrama.

Kulihat dia memandangiku dari bawah hingga atas, itu membuatku sangat gugup.

"Kau bicara denganku, kiddos?" tanyanya.

Aku menatapnya nyalang, "Kiddos?? Hei, kau sangat tak sopan memanggilku seperti itu. Ayahku akan mendengar ini". Aku tau, dia pasti lebih tua dariku. Tapi bukan berarti dia bisa memanggilku seperti itu bukan.

Tak pernah kusangka, panggilan dari Melisa itu akan sangat menyenangkan. Aku suka cara dia memanggilku dengan suaranya yang lembut.

"Aku bukan seseorang dari Slytherin. Kau orang ke-seribu yang mengira aku dari asrama hijau itu". Katanya, dengan senyuman tetapi ada sedikit nada ketus di akhir kalimatnya.

Dia membuka kancing jubahnya untuk memperlihatkan dasi kuning kebanggaannya.

"See?".

Aku menghela napas, "Hah... Kau jadi tidak menarik". Bohong. Jelas aku berbohong. Dia cocok di warna itu. Dia... bersinar lebih terang daripada warna asramanya.

"Sesungguhnya aku tidak peduli, Kiddos". Lalu dia meninggalkanku.

Setidaknya beritahu namamu, gadis Hufflepuff.

Begitulah pertemuan pertamaku dengannya. Mulai saat itu, aku menjadi sering memperhatikannya dari jauh. Pernah ku dengar langsung kakau dia tak suka dengan pria yang nakal, tepat saat aku menjahili Potter hahaha.

Semesta seperti sengaja membuatku mendengar perkataannya, menyuruh aku untuk sadar kalau dia tak akan pernah jadi milikku.

Di tahun keempatku, aku memberanikan diriku untuk mengajaknya ke Yule Ball. Aku mungkin orang kesekian yang ingin berdansa dengannya di pesta itu.

Meet Me In the Past [DLM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang