tag : fluff, kissing scene
"KAMU tuh emang hobinya nggigit-nggigit bibir orang gini ya?"
Renjun hanya tergelak keras hingga matanya menyipit mendengar nada protesan dari Jaemin. Pria yang masih setia memeluk pinggangnya erat kini membiarkan dirinya yang masih berada di pangkuan sang lelaki, menaruh beban badannya dengan tangan bertumpu di kedua pundak lebar Jaemin, kekasihnya. Mata keduanya bertemu, meski salah satunya masih mempertahankan raut kesalnya, sebab Jaemin itu beneran kesal! Renjun itu suka sekali iseng menggigit-gigit kecil bibirnya, seolah yang tengah di gigitnya adalah gummy kenyal sebab tak jarang membuat Jaemin mengaduh ketika kegemasan Renjun di bibirnya kian menjadi. Alasan Renjun selalu seperti, "bibir kamu gemes. Aku nggak tahan buat nggigitnya hehe." Atau "Bibir kamu enak. Kaya yupi." Atau "merah, gigit boleh ya?"
Oalah, cok!
Jadi paling berakhir seperti ini, Jaemin tergeletak pasrah. Membiarkan Renjun berbuat semaunya.
"Di luar hujan." Keluh Renjun setelah bosan dengan kegiatannya, benar-benar menjatuhkan berat badannya pada Jaemin dengan memeluk leher kokoh itu erat, dan dibalas dengan tepukan di punggungnya. Mereka tengah berpangkuan di atas sofa dengan selimut tebal membungkus tubuh keduanya. Suhu kota Semarang sudah sejak beberapa hari lalu jatuh tak main-main, hingga tak jarang membuat mereka menggigil. Padahal normalnya kota itu bak gerbang neraka, panasnya bukan main! Tapi musim hujan yang sudah mulai memperkenalkan diri membalikan keadaan. Dibanding mengeluh kepanasan, mereka kini mengeluh oleh suhu dingin yang rasanya tak karu-karuan.
"Ciuman enak nggak sih pas ujan-ujan gini?"
"Yeeeeuuu!" Renjun mencubit kencang lengan kekar Jaemin membuat Jaemin yang gantian tergelak hingga suaranya memenuhi sepenjuru ruang dan berbaur dengan kencangnya suara hujan di luar sana. "Akhir-akhir ini mana dapet undangan banyak banget aku tuhhh, orang-orang musim ujan ngapain pada nikah sih! Mending kaya gini, tiduran. Rebahan. Enak!"
"Justru karena musim ujan ganteng, makanya pada nikah." Jaemin mencubit pelan pipi tembam Renjun, membuat empunya mengaduh. "Otak kamu isinya laporan keuangan sih, jadi nggak tau kan."
"Lah apa hubungannya?" Renjun mengernyit.
"Kalau musim hujan kudu nikah. Biar pas tidur anget, ada yang nemenin sama ngelonin. Nggak sendirian kaya kamu hahaha!"
"Asem!"
Jaemin tergelak, lalu dengan sentuhan halusnya ia mengusap kepala Renjun sayang. Dengan kegemasan, dia mendekap tubuh kecil itu erat seakan tidak boleh lepas kemana-mana, menggoyangkannya ke kanan ke kiri seolah Renjun adalah boneka. "Kamu juga gemess gemess gemess. Kenapa sih gemesss bangetttt! Pengen aku peluk sampe bunyi, 'ngek!' saking gemeesssssnyaaaaaa!"
"Anjir, stop Jaemin. Pelukan lo kenceng banget kaya gorila anjirrrr! Lo tuh keturunan kingkong ya?!"
Belum sampai disitu, Jaemin yang sudah melepas dekapan super eratnya itu memilih untuk menangkup pipi Renjun yang entah mengapa akhir-akhir ini mulai lebih tembam hingga hidung dan bibirnya seperti termakan pipi kenyal itu. Jaemin menangkup Renjun dengan kedua tangannya hingga bibirnya mengerucut lucu. "Gemes banget, ini pacar siapaaa si?? Muwahhh!"
Ya, pada dasarnya mereka memang saling gemas ke satu sama lain. Dan mereka tidak ada yang bisa tertolong. Level bucin mereka sudah melampaui batas.
"Lwepwas nggak!" Ucap Renjun susah payah karena bibirnya yang masih mengerucut seperti ikan cucut. "Kamwuu tuh nywebelwin bangwet!" Jaemin tergelak, kemudian mengecup kilat seluruh wajah kekasihnya tak peduli Renjun memberontak tak karu-karuan, Jaemin semakin gemas dan semakin menjadi. Kecupan-kecupan itu tak cukup sekali, dua kali, tiga kali. Tak hanya di pipi, tapi juga bibir, hidung, mata, pelipis. Bahkan sesekali, hidung bangir kekasihnya dan pipinya ia gigit kecil hingga meninggalkan bekas gigi yang tertinggal untuk beberapa saat. Intinya, seluruh bagian wajah Renjun tak terselamatkan, hingga wajah itu lama kelamaan basah dan membuat Renjun murka. "Berhenti nggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never-ending story | Jaemren
FanfictionHanya berisi sekumpulan oneshot by @phantasmagorie_ on twitter