Na Jaemin as Kama Alfario Pranadipa
Huang Renjun as Faras Rasendriya Mahardika
tag : implisit sex scene, implied homopobhia
My mother said I'm too romantic
She said, "You're dancing in the movies"
I almost started to believe her
Then I saw you and I knew
SETIAP manusia di dunia ini pasti pernah merasakan setidaknya jatuh cinta walau hanya sekali dalam hidupnya. Merasakan bagaimana gelora membakar jiwa, menyerobot setengah dari logika, dan merenggut setidaknya kewarasan sampai-sampai laksana orang yang menggila dalam kobar suatu rasa yang abstrak.Kenapa mencinta bisa sebahagia ini? Faras sering bertanya-tanya dalam hati, apakah pantas ia merasakan bahagia membuncah hanya dengan satu sosok yang sanggup ia sebut namanya beratus-ratus kali dalam sehari. Apakah ia pantas merasakan euforia dalam segenggam rasa yang mampu meluluhlantakan warasnya dan membuatnya mabuk kepayang dalam balutan kasih sayang yang tak pernah berani ia mimpikan sebelumnya. Dirinya mencintai Kama sebegitu besarnya.
Faras sering menceritakan hari-hari bahagia yang dirinya mimpikan pada kekasihnya untuk kemudian mendapat tatap lembut memuja Kama yang menuju hanya pada dirinya, yang juga berhasil mengembangkan senyumnya. Seolah dia menguasai seluruh dunia dan alam semesta, Faras selalu merasa cukup hanya dengan Kama berada disampingnya. Ia merasa sanggup untuk berbuat segalanya meski hanya bermodal cinta yang mereka punya. Iya. Faras dan Kama. Mereka merasa amat cukup untuk memiliki satu sama lain.
Maybe it's 'cause I got a little bit older
Maybe it's all that I've been through
I'd like to think it's how you lean on my shoulder
And how I see myself with youFaras selalu bisa melihat dirinya dalam pantulan mata Kama yang gelap dan kelam yang juga mampu menenggelamkannya dalam kerisauan buncah rasa. Debar yang menyatu dalam gelungan rindu yang keduanya tengah saling limpahkan. Berpagut bersama lincah lidah berperang syahdu dalam dawai bernamakan asmara. Faras menumpukan kedua tangannya pada bahu sang kekasih yang memangkunya, melepas tautan dan mempertemukan dua pandang berkabut dengan juntaian saliva terputus pada dagu keduanya, dan sejurus kemudian bisa ia temukan kembali tatapan Kama kepada dirinya. Faras merasa teramat beruntung, menemukan Kama sebagai dunianya.
Ah, andai dunia berhenti sampai disini.
Kama terkekeh ketika Faras bersembunyi pada ceruk lehernya dengan wajah memerah hingga ke telinga. Faras memang selalu lemah ketika tatap dalam ia hadiahkan. Kama menepuk-nepuk pelan punggung tanpa busana Faras lembut untuk kemudian mengusap rambut pirang kekasihnya penuh kehati-hatian syarat akan kasih sayang. Kama selalu ingin Faras mengerti, bahwa dia juga jatuh dan Faras tidak sendirian dalam belenggu bernamakan cinta. Karena mereka saling membalas dan saling memiliki. Saling terikat dalam ikatan tak pasti. Saling berbagi risau dan gundah yang sama. Saling membagi suka, pedih, duka yang sama.
"I miss you so fucking bad, and it kills me inside. I'm suffocated."
Kama terkekeh diiringi kecupan-kecupan singkat pada kepala kekasihnya yang masih setia bersembunyi di perpotongan lehernya. Ah... betapa senangnya ketika mengetahui dia tidak tersiksa akan rasa rindu itu sendirian. Dan ah... betapa indahnya dan senangnya ketika rindunya terbalas. Ingin rasaya Kama menyuarakan kepada seluruh dunia, Faras adalah cintanya. Belahan hatinya.
"And half of my self was taken away, Faras." Kama bersuara dengan pelan seolah tidak ada yang boleh mendengar percakapan itu selain mereka berdua. "And you're the one who did it to me."
I don't say a word
But still, you take my breath and steal the things I know
There you go, saving me from out of the cold
KAMU SEDANG MEMBACA
Never-ending story | Jaemren
Fiksi PenggemarHanya berisi sekumpulan oneshot by @phantasmagorie_ on twitter