Akhir akhir ini Jaemin selalu merasa diawasi ketika pulang setelah sekolah, awalnya Jaemin berfikir jika ia mungkin hanya berhalusinasi, tapi hal itu terus terjadi selama satu minggu, awalnya ia hanya merasa ada yang terus melihatnya dari kejauhan namun lama kelamaan Jaemin merasa jika langkahnya kini di ikuti oleh seseorang, entahlah Jaemin masih merasa bingung, apakah ia benar diawasi atau sebenarnya hanya kebetulan saja.
"Sampai bertemu besok Jaemin!!" Karina tersenyum manis ke arah Jaemin saat pemuda manis itu hendak melangkah pergi untuk pulang.
"Siap Rin, maaf telah merepotkanmu hari ini, aku bisa menjamin jika nilai kita yang paling bagus nanti." Jaemin berucap dengan semangat sampai matanya membulat, tak sadar saja jika ia sekarang terlihat seperti anak kucing bulat.
"Kkkkk...lucunyaaa, apakah mungkin anak kucing ini pulang dengan selamat heumm??" Karina menggoda Jaemin dengan menoel noel pipinya.
"Ishh!! Aku ini gentlemen, lagipula ini masih jam delapan, beda lagi jika tengah malam."
"Tapi penculik tak mengenal waktu untuk menangkap mangsanya xixixi, semoga besok aku masih bisa melihat wajah imut mu ini Jaeminaaaa."
"Hum!!!!" Jaemin yang kesal karna terus terusan di ejek oleh Karina memutuskan untuk melangkahkan kakinya pergi dari sana, tak lupa ia menghentak hentakkan kakinya tanda jika ia benar benar kesal.
Karina yang melihat Jaemin melangkah menjauh hanya tersenyum jahil
"Kucing bulat yang malang"
Karina kembali menatap Jaemin dengan pandangan yang sulit diartikan.-
-
-
Rumah Jaemin memang tidak bisa dikatakan dekat namun juga tidak bisa dikatakan jauh, Pemuda manis itu sekarang memilih opsi jalan kaki dibandingkan dengan mencari kendaraan umum, lumayan untuk refresing pikirnya. Namun Jaemin lupa akan satu hal.
'Tidakkkk!!! bisa bisanya aku lupa untuk tidak melewati jalan ini, Jaeminnn bodoh!!! huhuu...bagaimana ini!!!?'
Jaemin terus merutuki dirinya sendiri sepanjang jalan, ia lupa untuk tak melintasi gang sempit area perumahan yang sepi itu, tapi anehnya Jaemin tak berupaya untuk memutar langkahnya, ia malah terus berjalan.
'Ayo jaemin yang tampan mari bersikap tenang dan terus berjalan, satu belokan lagi kau sampai naaa!'
'tuk
'tuk
'tuk
Sepertinya tak semudah itu bagi Jaemin untuk tenang dengan keadaanya sekarang, suara derap langkah kaki yang cepat terdengar dari belakang berjalan kearahnya.
Jaemin tidak bisa fokus badannya gemetar, benar benar hari yang sial.
Derap langkah kaki itu semakin jelas terdengar dan Jaemin juga semakin mempercepat langkahnya bahkan kini ia mulai berlari.
Deg, deg, deg
Dada Jaemin berdebar dengan kencang, kenapa saat ia berlari derap langkah kaki dibelakangnya juga ikut berlari seolah mengejarnya.
Jaemin merasa jika ia lebih baik pingsan sekarang daripada harus mengalami hal mengerikan seperti ini.
Pintu coklat tua mulai terlihat, Jaemin segera membuka pintu rumahnya yang memang tidak ia kunci, Begitu Jaemin masuk ia langsung mengunci pintunya.
Jaemin masih shock dengan yang ia alami tadi, dadanya masih berdebar dengan kencang, wajahnya pucat, dan badannya terasa kaku. Jaemin masih setia berdiri dibelakang pintu rumahnya.
Ia menajamkan pendengarannya, berusaha mencari suara dari arah luar rumahnya.
Sunyi, walau begitu Jaemin tak bisa untuk tenang sedikitpun, ia harus segera menghubungi seseorang untuk menemaninya malam ini, Jaemin merutuki nasibnya karna ia sekarang hanya tinggal seorang diri tanpa orang tua.
Jaemin berjalan perlahan ke arah Jendela, ia ingin memastikan jika diluar sana tidak ada orang satupun.
Jaemin membuka sedikit tirai jendelanya, sangat sedikit karna ia sangat takut sekarang.
'BOOM'
"AAAAAAA!!!!" jaemin tidak bisa menahan jeritanya saat matanya melihat wajah seseorang dengan tudung hitam di dekat jendelanya.
Mata Jaemin bersitatap dengan wajah seseorang yang menyeringai serta matanya yang sedikit melotot kearahnya seolah menggambarkan keantusiasan.
Jaemin berlari dengan cepat ke arah kamarnya, ia tak peduli jika sudah tersandung beberapa kali, sesampainya dikamar Jaemin segera mengunci rapat pintu kamarnya, serta menggeser benda apapun yang bisa menahan pintunya, ia bahkan menggeser lemari pakaiannya untuk menutupi pintu.
Jaemin mulai terisak, ia benar benar takutt, disaat seperti ini pikirannya benar benar buntu, bahkan ia meninggalkan headphonenya di depan pintu depan tadi.
Badannya bergetar hebat, ia tak pernah mengalami hal menyeramkan seperti ini, jaemin terus terisak, sebisa mungkin ia menahan isakannya agar tidak menimbulkan bunyi sedikitpun.
Jaemin melihat kearah kamar mandinya, mungkin itu tempat yang aman untuknya saat ini, ia lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mengunci dirinya dari dalam.
Jaemin tak kuat menahan badannya lagi, ia merosot kebawah, nafasnya terlihat tidak beraturan, namun badannya masih bergetar, Jaemin merasa ada sesuatu yang aneh ia mencium bau amis yang pekat, ia berdiri dan berusaha mencari tau asal bau amis tersebut, Jaemin mendapatkan titik temunya, yaitu di tempat sampah pojok kamar mandi.
Jaemin merasa tak membuang apapun pagi tadi, dengan langkah perlahan Jaemin mendekat ke arah tempat sampat tersebut, dengan tangan yang bergetar ia mencoba membuka penutupnya.
'klek
Terlihat potongan kepala manusia didalam tempat sampah tersebut dengan wajah melotot.
"AAAAAAAA!!!!!!" jaemin berlari dengan kencang bahkan ia menggunakan tubuhnya untuk mendobrak pintu kamar mandi, ia bahkan mengacak acak semua benda yang ada di depan pintu kamarnya, yang ada dipikirannya sekarang adalah ia harus keluar dari rumah ini.
'ceklek'
'DEG'
"I got you xixixi"
Jaemin bersitatap dengan seseorang menyeramkan yang ada didepan jendelanya tadi.
'Bruk'
Jaemin pingsan dengan nafas yang tidak beraturan. Hari yang benar benar sial untuk pemuda manis tersebut.
"Saatnya bersenang senang.... Na"
Pemuda itu lalu mengangkat Jaemin ala karung beras, melangkah perlahan untuk pergi keluar, dan ia terus tersenyum bahagia seperti orang gila.
melirik sekilas perut Jaemin yang terbuka, pemuda tersebut lalu menjilatnya dengan penuh semangat.
"Sangat nikmat"
Tbc.
Wkwkwkwk serem sendiri pas bagian kepala orang sama yang dikejar