Part 2

17 4 0
                                    

Part 2: Tekad.

Disebuah kamar terdapat dua perempuan cantik yang berbeda generasi tengah berada didepan meja rias.

"Sayang, kamu yakin?" Untuk kesekian kalinya wanita paruh baya itu bertanya sambil melihat penampilan putrinya ragu.

Gadis itu tersenyum, "iya Bunda, Asha yakin. Udah lima kali Bunda tanya itu ke Asha."

Gita menghembuskan nafasnya melihat wajah putrinya di cermin. Wajah putrinya sangat beda jauh dengan aslinya, putrinya sekarang berpenampilan cupu dengan rambut dikepang dua ditambah dengan memakai kacamata tebal bulat.

Mungkin jika hanya berpenampilan cupu, ia tidak terlalu masalah, tapi yang membuat Gita tidak habis pikir dengan jalan pikir putrinya itu, anaknya tersebut sekarang juga membuat kulit putih bersihnya itu menjadi coklat.

Bayangkan saja sekarang bagaimana penampilan putrinya. Benar-benar buruk.

Sedari tadi Gita sudah menyarankan agar tidak perlu memakai foundation untuk mengubah warna kulit putrinya, tapi anaknya itu tetap kekeh ingin mengubah seratus persen penampilannya dan keinginan putrinya itu sekarang terwujud.

Rambut dikepang dua berponi Dora,

Kacamata tebal dan bulat,

Seragam sekolah kebesaran,

Dan kulit coklat.

Sungguh yang terakhir Gita sangat keberatan dengan penampilan putrinya, menurutnya Asha tidak perlu sampai mengubah warna kulitnya, karena dengan berpenampilan cupu saja Asha sudah berhasil menutupi wajah cantiknya.

Tapi kembali lagi, ini semua keinginan putrinya, ia tidak bisa melarang, apalagi dirinya sudah berjanji untuk mendukung semua keputusan putrinya.

Apapun itu, selagi membuat Putri tersayangnya bahagia, Gita akan mendukungnya.

Melihat wajah sang Bunda yang khawatir, Asha langsung memeluk Bundanya. "Bunda, Asha baik-baik aja, Asha akan jaga diri Asha disekolah, Bunda nggak perlu khawatir."

Gita membalas pelukan putrinya, "sayang, Bunda takut penampilan kamu yang seperti ini malah membuat kamu berada dalam masalah, bagaimana nanti kalo ada yang nyakitin anak cantiknya Bunda? Bunda nggak mau itu sampai terjadi sayang."

"Bunda jangan khawatir, nggak akan ada yang nyakitin Asha, semua akan baik-baik saja bunda." ujar Asha menenangkan.

Mendengar itu, Gita hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan putrinya, karena jarang sekali putrinya ini meminta, namun sekalinya meminta Gita tidak pernah membayangkan putri kecilnya itu meminta hal seperti ini.

"Yasudah ayok makan dulu, baru nanti bunda antar Asha ke sekolah." Gita menggandeng tangan anaknya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga hingga sampai di meja makan.

*****

Disinilah Asha berada, didepan gerbang sekolah, Asha dapat melihat bangunan berlantai 3 dengan halaman luas yang sangat asri. Terlihat hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang, mungkin karena sekarang masih jam 06.15 wib, sedangkan jam masuk pukul 07.00 wib.

Asha sengaja datang pagi, selain karena dirinya murid baru yang tidak ingin terlambat, ia juga tidak ingin mencolok apabila tiba disaat sudah banyak murid yang datang.

Gugup, takut, senang, rasanya campur aduk, Asha tak pernah membayangkan akan berada di situasi seperti ini.

Menghembuskan nafasnya, Asha memberanikan diri melangkah memasuki gerbang, walau hanya ada beberapa murid yang datang, namun Asha masih bisa merasakan jika mereka sedang memperhatikan dirinya.

Asha terus melangkah tanpa menghiraukan tatapan dari mereka sambil mengepalkan tangannya untuk mengalihkan rasa gugup dan takutnya.

Asha bisa bernafas lega setelah sampai didepan pintu yang tertulis ruangan kepala sekolah. Untungnya bundanya memberitahukan letak ruangan kepala sekolah saat tadi di dalam mobil.

Meski gugup, Asha memberanikan diri mengetuk pintu didepannya, lalu membukanya setelah mendapatkan izin dari pemiliknya yang berada di dalam.

"P-permisi pak. Saya murid baru." ucap Asha gugup.

Laki-laki paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah tersebut tersenyum melihat Asha, "Duduklah, Nak!"

Asha duduk mengikuti perintah kepala sekolah, sambil menautkan jarinya Asha menunggu perkataan kepala sekolah selanjutnya.

"Bellanca Asha Casia, sebelumnya homeschooling, benar?"

Asha mengangguk, "iya, pak."

"Tidak perlu gugup, saya nggak gigit." ujar kepala sekolah bercanda yang dibalas senyum sopan oleh Asha.

"Kenalkan, saya Panji Wijaya kepala sekolah disini. Kamu ditempatkan di kelas Xl-ipa 1. Tenang saja nanti akan saya antarkan kesana." kata kepala sekolah ramah.

Asha mengangguk sambil tersenyum, "terimakasih pak."

Publish: 9 mei 2024.

TBC...

Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asha's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang