Hujan yang tak kunjung reda, jam terus berputar hingga kegelapan menyelimuti malam. Dengan sedikit basah, kedua manusia muda itu berlarian menuju sebuah mobil yang terpatri tepat didepan gerbang Kampus. Jihoon membiarkan jaket miliknya menutupi kepala Ningning, setidaknya kain tebal bisa itu menghalau terpaan air hujan yang terus menerus menghantam kepala.
Sedikit memakan waktu untuk meyakinkan Ningning agar mau mengikuti ajakan Jihoon untuk pulang bersama. Rupanya Ningning memang memiliki gengsi yang cukup tinggi meski hanya sekedar mengiyakan. Bukan karena apa, Jihoon bisa saja membiarkan Ningning sendirian didalam ruangan sesuai keinginan wanita itu. Tetapi cuaca diluar sangat tidak memungkinkan untuk pulang malam sendirian apalagi bagi seorang wanita, tentu Jihoon tidak mau hal buruk apapun terjadi. Dan kini Jihoon pun akhirnya berhasil membawa Ningning pulang bersamanya.
"Pak, tolong anterin ke rumah dia dulu" ucap Jihoon begitu berhasil duduk di kursi penumpang dengan Ningning yang berada disebelahnya.
"Baik" kemudian diangguki oleh sang sopir.
"Jaketnya basah kan?, lo taro dibawah aja. —Lo pake ini" Jihoon lalu meraih sebuah blanket, yang kebetulan selalu disiapkan di mobil orang tuanya, dan dia pun menyerahkannya pada Ningning. "Takut lo kedinginan"
Ningning mau tidak mau pun menerima blanket itu dari tangan Jihoon. Pakaiannya juga sedikit basah akibat cipratan air imbas berlarian tadi, alhasil tubuhnya kini mulai bereaksi merasakan dinginnya air hujan.
"Thank you" Ningning memeluk kain tebal itu dengan erat.
Suasana terasa canggung, Ningning bergerak mencari ponsel dari dalam tas kecil miliknya. Ia berniat untuk menghubungi orang tuanya lebih dulu setelah sebelumnya tidak sempat mengabari karena pulang telat dari biasanya. Jika tidak, Ningning sudah pasti akan ditanya sedemikian rupa saat tiba di rumah nanti. Ya walaupun kedua orang tuanya bukan tipikal strict parents, tetapi Ningning selalu memberi kabar apapun yang sedang dilakukannya diluar.
"Orang tua lo pasti khawatir" Jihoon seolah mengerti dengan situasi hati Ningning.
Yang diajak bicara masih tak bergeming, fokusnya saat ini hanya tertuju pada pesan text diponselnya. Tetapi setelah selesai, Ningning kemudian menoleh, "barusan udah gue kabarin"
"Kalo orang tua lo nanya pulang bareng siapa, lo bilang aja aman bareng gue"
Ningning menunjukkan ekspresi kaget plus binggungnya, "Harus banget gue bilang kayak gitu? Kita gak sedeket itu ya by the way"
"Lo tuh emang gak bisa gak judes barang semenit aja? Bawaannya sensi mulu"
"Gak bisa, udah bawaan dari sananya gini. Apalagi sama lo"
Jihoon menahan hati agar tidak mengeluarkan kalimat balasan lainnya, yang mungkin saja bisa membuat perdebatan mereka menjadi tak berujung. Ya, selain dirinya yang tak punya nyali untuk berurusan panjang dengan Ningning.
"Eh, lo urusin sendiri pertemuan besok, jangan ngerusuhin gue terus" tegas Ningning mengingatkan Jihoon. Dimana kini Ningning hanya ingin fokus pada tugas perkuliahaannya yang sudah mulai menuju semester akhir. "Pleasee.. gue pengen fokus nyelesaiin kuliah gue dengan baik dan benar"
"Semua orang juga pengen kali gak stress ngurusin ini itu. Lagian besok udah di handle sama si Gigi"
"Bagus lah, lo akhirnya nyuruh cewek lo kerja"
Jihoon mengerutkan dahinya bingung, sedetik kemudian wajahnya memerah seakan menahan ledakan tawanya. "Cewek gue?"
"Orang-orang juga tau lo pacaran sama dia, gak usah ngelak gitu"
"Setidaknya cari fakta sebelum ngomong. Hubungan gue sama Giselle gak kaya yang lo kira" Jihoon mengerlingkan kedua bola matanya, seakan menyindir ekspresi yang sering Ningning lakukan.
Ningning berdecih tak mau percaya.
Bukan berniat mengurusi hidup orang, hanya saja Ningning selalu merasa kesal tiap kali mendengar kabar burung tentang Jihoon dan Giselle, walaupun tidak tau kebenarannya.
"Lo pacaran bisa tapi ngurus BEM gak becus, tau gak lo?"
"Udah gue bilang ya gue gak pacaran sama Gigi" Jihoon mendengus sebal, karena terus terusan digosipkan dengan Giselle. "Yang lo bilang gak becus, tapi lo tahan-tahan aja selama ini sama gue??"
"Maksud lo gue ada perasaan gitu sama lo?" Ningning kemudian bergidik ngeri.
"Gue gak ngomong gitu ya, lo sendiri yang ngomong"
"Gak! Gue masih normal buat suka sama yang gak mau usaha kaya lo"
"Oke, mulai sekarang gue mau usaha bikin lo suka sama gue" Entah ada keberanian darimana Jihoon bisa mengatakan kalimat seperti itu. Dan tentu didalam hatinya kini tengah merasakan degup jantung yang luar biasa tidak main-main.
Sementara, Ningning cukup membutuhkan waktu untuk mencerna kata-kata yang diucapkan Jihoon barusan. Dan dipastikan tak salah dengar, Ningning kini menyudutkan tubuhnya agar sedikit menjauh dari sosok Jihoon yang berada disebelahnya.
"Jihoon! Sumpah lo aneh banget! Kalo diluar gak hujan gue udah keluar dari mobil lo sekarang juga" Wajahnya yang jutek pun kembali terpampang dengan ekspresi kesal.
"Lo yang aneh, kenapa pipi sampe merah kaya gitu? Salting ya lo?" Jihoon kemudian tertawa puas melihat bagaimana Ningning bergidik sembari memalingkan wajahnya keluar jendela.
Tak peduli dengan seseorang yang berada di kursi pengemudi, sang sopir tanpa mereka sadari ikut tersenyum mendengar obrolan dua manusia dibelakangnya.
"Gausah salah tingkah, gue cuma mau buktiin kalo gue juga bisa berguna dimata lo"
•
•
•Alohaa.. Teuhaa.. PaJi comeback finally! Lumayan ada kemajuan dipart ini hhahaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari-hari PaJi | Jihoon • Ningning
FanfictionPaJi cupu ketemu Ningning makin cupu. Kapalnya GiJi tapi berlayarnya sama Ningning.. By, rrb.