Bab 4. Mengejar Istri Yang Hilang

5 0 0
                                    

"Cass ...." Sophie ikut terperanjat sangat kaget sampai ia mematung. Cassidy yang semula mematung kaget saat kasir yang menodongkan senjata malah berteriak

"SOPHIE, LARI!" Celah itu dimanfaatkan oleh Sophie untuk berbalik melarikan diri. Cassidy yang kaget, ikut berteriak hendak menghalangi Sophie.

"Sophie, tunggu!" Kasir itu akan mengejar Cassidy tapi ia sudah keburu keluar mengejar Sophie yang akhirnya terpeleset.

"Aahkk!" Sophie memekik kesakitan. Cassidy dengan sigap menangkap Sophie tapi ikut terduduk meski tidak terlampau keras. Cassidy masih separuh memeluk Sophie. Dari pada marah, Cassidy malah bertanya keadaannya.

"Kamu baik-baik saja?"

"Ah, perutku! Ah, sakit." Sophie malah kesakitan karena kontraksi yang tiba-tiba akibat didorong.

"Oh Tuhan, kamu hamil! Kenapa kamu bisa hamil?" Cassidy masih dalam posisi duduk bertanya hal yang pertama muncul di kepalanya.

"Untuk apa kamu bertanya itu? Ah, perutku! Perutku kontraksi," keluh Sophie meringis kesakitan. Wajahnya sudah memerah. Cassidy makin panik karena dia tidak siap menghadapi semua ini. Ia tidak pernah menyangka jika istri yang meninggalkannya tanpa kabar sekarang malah hamil. Siapa ayah bayinya?

"Kita ke rumah sakit, ayo!"

"Ini semua karena kamu!" teriak Sophie balas memarahi Cassidy.

"Ahk, nanti saja kita bicarakan! Ayo, kita ke rumah sakit dulu. Bisa berjalan?" Sophie menggelengkan kepala. Cass terpaksa menggendong Sophie yang cukup berat karena sedang hamil besar.

"Sabar dulu, oke!"

"Jangan sampai aku melahirkan!" teriak Sophie memarahi Cass.

"Memangnya kamu mau melahirkan?"

"Diamlah, Cassie!" Cassidy menggeram kesal karena Sophie memanggilnya dengan sebutan Cassie seperti dulu. Cassidy tidak menjawab dan terus berusaha memasukkan Sophie ke dalam mobilnya. Cassidy meninggalkan Camper Van-nya begitu saja dan memilih sedan mustang yang digunakan Sophie untuk membawanya ke rumah sakit.

Cassidy mengantarkan Sophie yang baru saja ia temukan ke sebuah klinik berjarak beberapa kilometer. Tidak ada satu pun kalimat yang terucap dari keduanya selama perjalanan. Sophie terus membuang wajahnya ke samping sambil mengelus perutnya. Sesekali Cassidy dengan canggung melirik dengan sudut mata disertai rahang yang mengeras.

Cassidy bertanya-tanya dalam hatinya jika anak yang dikandung Sophie kemungkinan adalah hasil hubungannya dengan mantan kekasihnya yang bernama Collin. Kepala Cassidy jadi makin panas memikirkannya. Ia mengutuk di dalam hati agar Collin membusuk di penjara.

Setibanya di klinik tersebut, Cassidy segera memanggil perawat yang kemudian membantunya membawa Sophie masuk menggunakan kursi roda. Kontraksi yang dialami Sophie sudah jauh berkurang dan ia lebih tenang. Meskipun begitu Sophie tetap harus diperiksa oleh dokter. Cassidy diharuskan menunggu di luar.

"Oh Tuhan. Kenapa malah jadi seperti ini?" gumam Cassidy bersandar pada dinding di depan ruang periksa. Perlahan napas Cassidy semakin teratur. Matanya terus menatap pintu ruang periksa dengan pikiran yang melayang entah ke mana.

"Tuan, apa Anda keluarga pasien?" tegur seorang perawat mengenyakkan lamunan Cassidy seketika.

"Oh, uhm. Aku ... aku suaminya ...." Cassidy tertegun setelah kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Masihkah dirinya bisa disebut seorang suami setelah semua yang terjadi?

"Baiklah, silakan masuk ke dalam. Dokter ingin bicara denganmu."

Cassidy tertegun tak membantah dan mengikuti saja. Ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut. Sophie tampak berbaring dan seorang dokter tengah berbicara dengannya. Dokter itu menoleh lalu tersenyum pada Cass saat ia mendekat. Mata Sophie sempat bertubrukan dengan Cassidy tapi ia langsung membuang muka.

40 Hari Mengejar Cinta IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang