𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯-𝘱𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯
𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪
𝘒𝘦𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘢𝘯, 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢, 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱𝘢𝘯, 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘳𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢
"Lemonade"
Manis-manis Asem bikin squeeze hati kamu
'Arisha Pov'
Lagi, aku menjalani hari seperti biasa.
Menyeruput teh manis dengan roti panggang madu di atas piring putih bak orang kaya.
Terkadang aku merasa lucu dengan diri yang selalu bermimpi menjadi orang kaya, namun selalu berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.
Bau lemon peras dari jauh tercium, 'Sepertinya ada yang memesannya saat ini.'
Yah, aku tak sedang berada di rumah juga bukan di kantorku. Aku sedang berada di sebuah café tempat biasa memulai hari libur tanpa diganggu.
Ngomong-ngomong ini hari minggu dan aku sedang mengerjakan pekerjaan biasaku dengan laptop. Padahal hari libur tapi aku tetap mengerjakannya, by the way tak ada uang lembur untuk ini.
Pria yang tadi memesan lemonade juga sedang asik dengan laptopnya. 'Kenapa aku bisa tahu?'
Ia duduk tak jauh dariku, hanya berselang dua baris.
Café ini terkenal dengan lemonadenya yang segar, tapi bukan berarti aku juga menyukainya. Aku tak terlalu suka rasa asam, bikin gigi terasa ngilu.
Yah, hanya karena Café ini tak jauh dari tempatku tinggal jadi tentu aku lebih memilih datang kesini dibanding tempat lain.
"Aku minta sedikit tambahan lemon." Aku mendengarnya mengatakan itu kepada pelayan setelah ia memanggilnya.
'Ayo ca, kamu harus fokus.' Aku menepuk kedua pipi berharap menyegarkan pikiranku.
'Ia bukanlah urusanmu, pekerjaanmu masih banyak.'
Aku kembali mengalihkan perrhatianku pada laptop lamaku. Kembali membuat grafik-grafik laporan bulanan untuk diberikan pada atasanku besok.
Saat ini hanya suara ketikan yang terdengar memenuhi telingaku. Pandanganku benar-benar terpaku pada laptop hingga tak menyadari bahwa sudah 2 jam lebih berada di cafe ini.
"Haruskah aku mengganti minumanku atau menambah makananku ya?" aku bergumam pada diriku sendiri.
"Kak, maaf ini tambahan makanannya." Seorang pelayan mendekatiku.
"Mas, maaf saya belum memesan apapun lagi." Apakah pelayan-pelayan di sini bisa membaca pikiranku? Atau ini cara halus mereka agar aku memesan menu tambahan?
"Seorang pria tadi memesannya untuk anda."
"Pria?" sementara aku kebingungan dengan pernyataannya, ia meletakkan makanan itu di mejaku.
Aku hanya mengangkat bahuku dan menyantap makanan yang barusan disajikan itu. 'Bukankah tak boleh melewatkan makanan gratis?'
*******
Senin pagi yang membosankan seperti biasa, aku masih duduk di meja kerjaku menyelesaikan beberapa analisis data dari client perusahaan.
"Arisha." Aku menolehkan kepalaku melihat bosku yang masih terbilang muda tengah memanggilku.
"Iya pak Dani." Andani Dwi Wahyu mendekat pada meja kerjaku.
"Selesaikan ini, ada beberapa data yang harus di merger. Monthly reportmu masih ada yang harus diperbaiki."
'Oh, ayolah. Aku sudah letih harus mengulang beberapa data lagi.'
Pekerjaan yang selalu menumpuk namun cuan yang tetap setipis tisu dibagi tujuh. Andai bukan keharusan dan karena kebutuhan yang terus meningkat..
"Minggu depan kita ada acara keluar untuk menemui beberapa client." Aku mengangguk mendengarkan. "Baik pak."
Pak Dani berlalu pergi setelah mengatakannya padaku.
Pak Dani terbilang cukup tampan dan mapan dengan mata onyx hitamnya yang kian memikat banyak wanita.
Ya, tak sedikit yang menggilai lelaki itu. Usianya yang masih berumur 28 tahun telah memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan 'Nauri Convention'.
"Ca, Pak Dani kayaknya suka sama lo deh."
"Apaan sih Lin." Aku menggeleng mematahkan anggapannya. "Lo tuh, pura-pura ga sadar apa bego sih!?" Linda nampak kesal padaku.
"Kenapa cuma lo yang sering di ajak dinas? Lo ga ngerasa aneh gitu?" aku menaikkan sebelah alisku.
"Apa yang aneh dari itu ?" Yah, apanya yang aneh dari bawahan yang nemenin atasannya dinas.
"Ca, inget lo bukan sekertaris permanennya! Hanya merangkap jabatan karena sekertaris lamanya mundur kan?" Yah, bener sih 3 bulan lalu sekertarisnya mundur. Tapi kebanyakan tugas sekertaris lamanya dilimpahkan padaku.
"Ya terus, kenapa Lin?"
"Oh, my dear Arisha Mari Delaney. Staffnya itu bukan cuma lo, masih ada anak buah lain yang bisa di ajak dinas kan?"
Aku hanya diam tak menanggapi ucapannya. Karena memang benar Pak Dani belum mengumumkan apapun. Ia masih mencari-cari sosok pengganti untuk sekertaris lamanya. Sementara tugas-tugas yang harus segera diselesaikan dibagi ke beberapa orang bawahan lainnya.
"CAAA.." Aku menutup telingaku mendengar Linda berteriak melihat responku yang diam. Ia berlalu dari mejaku setelah berteriak dengan keras.
Aku hanya meliriknya sekilas, kembali kulihat angka-angka dan rumus excel pada laptopku.
Cinta itu bukanlah hal yang baru bagiku..
Mencintai dalam diam
Cinta sepihak yang menyakitkan
Atau cinta berbalas yang terkhianati
Seolah aku sudah merasakan berbagai rasa nano nanonya hidup. . .
Namun, aku akan terus melangkah berjalan pada apa itu happily ever after..
You should know, life always go on. So, do you want to know the next step of my story?
----------------------
Kira - kira ada yang suka sama cerita ini?
Jika mau lanjut tolong boom voment yaaa :))
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMONADE (Manis-Manis Asem Squeeze)
RomanceArisha adalah wanita biasa yang selalu bermimpi Meski berusaha menjalani hari dengan biasa Cinta yang datang Tidak semudah itu meraih dirinya Mungkin tembok hatinya terlalu tinggi !? Ketakutan, cinta, harapan, ketidakpastian hal biasa bukan? Temu...