Mulai dari sini bukan sudut pandang Arisha.
Hope your enjoy
3
2
1
Seorang gadis tengah berbaring dengan pulasnya di atas ranjang kasur kamar hotel.
Matahari pagi sedikit mengintip dibalik tirai merah yang menutup jendelanya. Sedikit terusik, gadis itu membuka mata caramelnya perlahan.
Ia terduduk.
Berusaha mengedarkan pandangannya kearah sekelilingnya, mencoba menerka-nerka apa yang terjadi.
Tangannya memegang kepalanya. Ia masih merasa sedikit pusing.
Arisha menurunkan pandangannya, melihat tubuhnya yang masih terbalut sempurna dengan apa yang ia kenakan semalam.
Ada perasaan lega menyelimuti hatinya. 'Apa semalam hanya delusiku saja?'
Yah, meskipun ia sering membayangkan hal-hal aneh. Ia tak pernah benar-benar ingin melakukannya.
She's still virgin dan tak ada niat untuk menghilangkannya sejauh ini.
Gadis itu melihat kearah jam tangannya. Waktu saat ini menunjukkan 4.00 wib, yang artinya sekarang sudah jam 5 pagi di Bali.
"Baiknya sekarang mandi saja." ia berucap pada dirinya sendiri untuk menyegarkan badanya yang terasa lengket.
Sejujurnya perasaan mengganggu itu masih ada di sudut relungnya. 'Apa benar tak terjadi apa-apa tadi malam?'
.
.
.
Saat ini Arisha sudah berada di café hotel.
Pagi ini tak ada gedung-gedung, atau mobil-mobil yang beradu di jalanan.
Pemandangan laut luas menyapanya.
Hembusan angin pagi menyapa rambut panajngnya yang kini tengah terjuntai.
Rasanya gadis itu tak ingin segera kembali ke apartementnya yang dingin dan sepi.
"Pagi Arisha." Pak Dani menyapa Arisha terlebih dulu.
"Pa-pagi pak." Sapanya kembali dengan sedikit senyum. Ada sedikit canggung yang menghinggapinya. "Maaf semalam saya merepotkan." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Andani hanya menggeleng dengan sedikit tersenyum. "Tidak sama sekali."
"Semalam saya teledor. Tak seharusnya minum ditengah dinas seperti ini." Gadis itu masih merasa tak nyaman dengan kejadian memalukannya semalam.
Dua tegukan bisa membuatnya pingsan. Sungguh, ia mengutuk dirinya sendiri yang tak terbiasa dengan hal-hal seperti itu.
Seorang pria tertangkap netra coklatnya. Ia tak menghiraukan jawaban yang diberikan oleh bosnya atas perkataannya sebelumnya.
Setelah selesai bosnya bicara, Arisha mematahkan dengan pertanyaan lain."Apakah Pak Calvin juga menginap di sini?" Dani menolehkan arah pandangnya mengikuti Arisha.
"Pak Calvin." Panggil Arisha saat melihat Calvin menatap kearah mereka.
Lelaki itu berjalan mendekat kearah mereka.
Lelaki yang terlihat kaku itu datang tanpa tersenyum, hanya anggukan yang ia berikan sebagai sopan santun.
Akhirnya mereka bertiga makan bersama.
Sepertinya, Arisha sedikit menyesal memanggil lelaki itu untuk ikut makan bersama. Pasalnya ia melihat sedikit ketegangan diantara pria di depannya dan di sampingnya.
Mereka hanya membahas sedikit masalah pekerjaan. Setelahnya, tak ada yang bicara. Dan hanya gadis itu yang berusaha mencairkan suasana.
"Kalian ada penerbangan pukul berapa?" Akhirnya suara baritone dari Calvin terdengar memberikan pertanyaan selain perkejaan. "Jam 10. 00 pagi ini." Jawab Arisha padanya.
Setelahnya hanya ada obrolan ringan tanpa arti.
"Senang bertemu dengan anda Pak Calvin." Ucap Andani memotong percakapan mereka sesaat setelah menyelesaikan sarapannya. "Kami akan segera kembali sebelum terlambat ke bandara."
'Hn."
Lagi. Calvin hanya menganggukan kepala menanggapinya.
.
.
.
Setelah penerbangannya yang cukup melelahkan. Kini Arisha sudah berada di apartementnya kembali.
Ia diberi waktu untuk beristirahat seharian setelah dinasnya diluar kota beres.
Wangi lavender menguar dari rambut panjangnya yang kini tergerai.
1 jam waktu yang ia habiskan di dalam kamar mandinya.
Entah mengapa wanita itu betah berlama-lama di kamar mandinya yang dingin dan sunyi. Berlama-lama di bawah shower hanya untuk termenung dan terdiam.
Kini ia telah berpakaian santai. Ia mengenakan manset hitam lengan ¾ dengan baju luaran putih gading. Bawahannya hanya mengenakan jeans dan sepatu kets putih.
Ia mengambil sebuah buku dari kamarnya. Hanya sebuah buku komik ringan kesukaannya.
"Akhirnya aku punya waktu bebas." Ia melangkah menuruni apartementnya.
Kaki-kaki mungilnya berjalan di sepanjang trotoar. Melewati etalase-etalase toko yang tak sempat terlihat saat ia membawa mobilnya.
Sebuah tulisan terlihat dari jarak pandangnya.
'Lemonade Café.' Ucap suara kecilnya.
Yah, ia hanya ingin menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri hari ini.
Ting. Ting
Kembali suara lonceng terdengar saat ia membuka pintunya. Ia mengedarkan pandangan mencari sudut ternyaman untuk membaca.
Satu meja di ujung ruang kosong. Tempat biasa ia mengerjakan segala macam tugas kantornya yang tak pernah kelar-kelar.
Brukk..
"Duh.. duhh.. Sakit" Arisha terduduk di lantai. Ia menabrak seseorang karena terlalu fokus pada tujuannya.
"Oh.. Maaf." Suara baritone yang tak asing menyapanya.
'Pak Calvin.'
Banyak hal berkecamuk di kepalanya saat ini. Ia hampir melupakan uluran tangan di depannya.
Sejujurnya dia sedikit bingung, bukankah Pak Calvin masih berada di Bali pagi tadi. Dan bukankah ia bekerja di Bali bukan di Jakarta? Apa mereka di penerbangan yang sama tadi pagi?
"Terimakasih, Pak." Ucapnya pada atasan tidak langsungnya ini. "Sedang apa bapak di si.." upss.. Dia menutup mulutnya sendiri. Karena kaget dengan ucapannya sendiri yang terkesan tidak sopan.
Calvin hanya tersenyum. "Tidak masalah." Ia menarik Arisha berdiri. "Kita berada di penerbangan yang sama tadi."
Saat ia sibuk dengan pemikirannya lelaki itu ternyata sudah berdiri. Calvin berjalan kearah kasir, mata mereka bertemu untuk sesaat. "Mungkin ke depannya kita akan lebih sering bertemu."
Dia sedikit bingung dengan ucapan lelaki tersebut...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Review pls?
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMONADE (Manis-Manis Asem Squeeze)
RomanceArisha adalah wanita biasa yang selalu bermimpi Meski berusaha menjalani hari dengan biasa Cinta yang datang Tidak semudah itu meraih dirinya Mungkin tembok hatinya terlalu tinggi !? Ketakutan, cinta, harapan, ketidakpastian hal biasa bukan? Temu...