Bel berdengung di hari Rabu.
Kaluna dan Adam saling bertatapan. Dengan segera mereka merapikan tas dan keluar dari kelas.
"KALUNA AMA ADAM ANJIR LO PIKET HARI INI!!"
Kaluna menghentikan langkahnya, "YAH BESOK AJA DEH GUE PIKET, GUE IN RUSH SAMA ADAM!"
"IYA BESOK AJA YA!!"
"Denda, dua puluh ribu seorang."
"Beres, nanti gue transfer." Kemudian, Adam langsung menyelinap keramaian menuju parkiran bersamaan dengan Kaluna. Begitu mereka masuk ke dalam mobil Adam, barulah mereka bisa menghela napas dengan lega.
"Anjir, panas banget—KAL NUNDUK!!"
"Apa anjir—AAWW SAKIT!" Kaluna yang sedang heran tiba-tiba rambutnya ditarik agar merunduk, bersembunyi di dalam mobil. Adam memberikan isyarat jika ada Kak Fania di luar, sedang menyelisir satu persatu siswa. Mencegah adanya anggota MPK yang bolos.
Begitu dirasa aman, Adam memberikan isyarat untuk kembali. "Prisil mana?"
"Prisil nyusul di Delta langsung."
"Yaudah kita cabut aja." Dengan segera, Adam menggunakan satu tangannya untuk menyetir. Matanya yang tajam itu sangat awas terhadap sekitar. Dia menyetir dengan lihai, menyusuri gang-gang sempit dan ramai, hingga sampailah mereka di SMA Delta.
SMA Delta itu sangat luas dan megah. Lapangannya terbentang lepas dengan pepohonan membingkai. Di sana sudah ada beberapa siswa-siswi yang berkumpul. Adam dengan antusias menyapa mereka, "Oi!"
Kemudian mereka melakukan tos, dan Adam memperkenalkan Kaluna.
"Kenalin, Kaluna. Temen sebangku gue, mau belajar basket juga dia."
"Pacar lo yang keberapa lagi Dam?"
"GAK!"
Lantas mereka tertawa. Kemudian mereka menyapanya, sangat ramah. "Salam kenal, Kaluna."
Setelah itu, section basket perempuan dan laki-laki di pisah. Kaluna bermain bersama timnya di sebelah utara lapangan. Membentuk tim dan bermain. Rasanya sangat sulit tapi menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan daripada dia harus mengikuti sidang di aula.
"Kal, tangkap!" teriak Mira dari sisi lapangan. Dengan tangkas, Kaluna melompat dan menangkap, kemudian membawa bola tersebut ke area musuh dan melakukan lay up. Namun bola itu malah gagal masuk dan memantul lagi. Beruntung Mira dengan tangkas mengambil bola itu dan melemparnya dari area three-point.
Bola itu masuk ke dalam ring. Mira memang luar biasa.
Mereka melakukan tos. Dan permainan dimulai lagi. Kaluna kali ini membawa bolanya dan siap melemparkan dari tempat three-point, sama seperti yang Mira lakukan. Tapi Mira berteriak, "Jangan, Kal!"
Kaluna nekat.
Dia menembak bola itu dengan sekuat tenaga. Naas, bola itu malah memantul dan mendarat di lapangan laki-laki dan mengenai kepala seorang cowok.
BUGH!!
"Aduh," reflek Kaluna. "Gimana ini?"
"Kan gue bilang jangan," ulang Mira. "Yaudah sana ambil bolanya."
"Ih malu...."
"Yaudah gue temenin."
Lantas Kaluna dan Mira mengambil bolanya kemudian meminta maaf kepada cowok yang jadi korban. Namanya Laksaka. Dia menjawab, "Chill" ketika Kaluna meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
kucing, kelana dan kaluna
Romance"Jangan pernah suka dengan orang, yang masa lalunya pun belum selesai." Bolosnya Kaluna di sidang MPK mengantarkannya pada pertemuan dengan Laksaka, si cowok pendiam pecinta kucing. Pertemuan mereka menumbuhkan bibit perasaan pada Laksaka, sehingga...