3. pernikahan bukan akhir

37.7K 2.2K 126
                                    

Lanjut..


***



" Ya Fatah Al Kahfi bin Hadi Al Kahfi uzawwijuka 'ala ma amarollohu min imsakin bima'rufin au tasriihim bi ihsanin, ya Fatah al Kahfi bin Hadi al Kahfi (jawab: na'am/labbaik) anakahtuka wa zawwaj-tuka makhthubataka Sabrina Sakhi Hamid binti Daud Hamid bi mahri mushaf alquran wa alatil 'ibadah haalan "

Dengan lantang jawaban dari kesanggupan pertanyaan ayah Sabrin pun dijawab oleh Fatah.

"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan" ucapan satu napas itu dengan lancar terucap dari mulut Fatah. Setelah kalimat sakti itu terucap dari bibirnya barulah ia bisa bernapas lega.

Terdengar ratusan saksi mengucapkan kata sah secara bersamaan.

Jika ditanya bagaimana perasaan Fatah saat ini, sudah pasti gugup dan senang bercampur menjadi satu. Ini adalah hal pertama dan harus jadi yang terakhir olehnya. Walau ini merupakan pernikahan karena perjodohan. Tetapi Fatah akan berusaha semaksimal mungkin mempertahankan perasaannya.

Setelah ijab kabul selesai, barulah Sabrin di bawa keluar dari kamar. Dibantu oleh Maminya dan Mama mertuanya. Kedua Mama sibuk memuji kecantikan Sabrin hari ini. Walau sejak tadi Sabrin hanya menunjukkan wajah tak sukanya. Setelah Sabrin dan Fatah dipertemukan, didudukanlah Sabrin disebelah Fatah.

Hari ini Sabrin begitu memukau ratusan mata yang menjadi saksi pernikahannya. Badannya yang tinggi semampai terbalut oleh kebaya putih. Walau kebaya itu bermodel sederhana namun tidak menutupi kecantikan dari Sabrin. Dan yang lebih membuatnya semakin menarik hati, hijab putih yang menutupi rambut hitamnya sangat pas dipakai.

Banyak dari saudara-saudara serta teman-teman terdekatnya yang tidak menyangka jika Sabrin mengenakan hijab begitu cantik.

Eheem...

Fatah menyodorkan tangannya didepan Sabrin. Walau dengan malas, Sabrin tetap mencium punggung tangan itu. Kemudian Fatah mencium kening Sabrin, membuat para tamu bersorak menggoda Fatah dan Sabrin.

"Cantik..." bisik Fatah ditelinga Sabrin. Tetapi Sabrin bukan menunjukkan kesenangan, dia terlihat kesal kepada Fatah yang menggodanya.

Satu demi satu para tamu memberikan selamat kepada Sabrin dan Fatah. Memang tidak ada pesta mewah yang di lakukan, namun seperti ini sudah cukup untuk Sabrin. Karena dia juga tidak ingin menikah dengan membuat pesta mewah.

"Selamat ya Rin" ucap Sendi.

"Makasih Sen" jawab Sabrin dengan mata yang ingin menangis.

"Kamu cantik banget loh pakai hijab begini. Diterusin ya, jangan dilepas lagi"

Sabrin hanya menggelengkan kepalanya. Dia memang belum siap memakai hijab yang memang kewajiban bagi wanita muslimah.

"Kapan lagi kamu mau nutup diri kamu? Jangan cuma nunggu sampai siap. Tapi kamu yang harus siapin hati kamu" Sendi terus memberikan ceramah kepada Sabrin. Lalu Sendi berbisik kepada Sabrin "Jangan nangis. Ada kak Darwan. Kamu mau dia liat kamu nangis begitu? Malu tau. Harusnya kamu bahagia"

Sabrin mengedarkan pandangannya ke arah ratusan tamu undangan. Dan pandangannya berhenti pada sosok pria yang tengah mengantri bersama sahabatnya untuk bersalaman. Mata pria itu tak henti menatap ke arah Sabrin dengan pandangan sulit diartikan.

"Dia masa lalu kamu Rin, dan di sebelahmu ini masa depanmu" Sabrin hanya diam saja mendengar ucapan Sendi.

Tiba waktunya rombongan kak Darwan menyalami Sabrin.

Al kahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang