episode tiga

91 29 6
                                    

"Perasaan gue yang pesen es krim deh." Jingga menggerutu sedikit kesal melihat Keina yang begitu lahap memakan es krim rasa coklat vanilanya.

"Minta dikit!"

Dikit tapi tidak berhenti-berhenti.

Di sisi lain, Sava tengah menatap laptopnya dengan semangat seperti habis menang giveaway. "Ihh wifi-nya lancar banget!" cetusnya.

Keina mengibaskan rambut pendeknya. "Ya iyalah orang itu wifi VVIP."

"Hah? VVIP?" sahut Jingga.

"Wifi ruangan pribadi Abang gue HAHAHA!"

Suara tawa mereka langsung meledak.

"Pantesan lancar banget."

Keina ketawa jahat lagi sebelum akhirnya berhenti, cewek itu menyeruput sedotan milkshake favoritnya.

Malam ini mereka bertiga akhirnya kembali nongkrong di cafe milik kakaknya Keina setelah sekian lamanya. Akhirnya mereka bisa jalan bertiga lagi setelah kegiatan magang, mengurus laporan, dan persiapan sidang—yang ruwet itu melanda, menghambat mereka jadi tidak bisa bertemu. Karena jarak memisahkan, dan karena mereka tidak jadi satu.

Tapi hari ini mereka merasa puas, mereka bebas. Lebih tepatnya sebelum kegiatan dan tugas kelas 12 yang akan gantian melanda. Jadi dipuasin hari ini dulu.

"Btw, cafe Abang lo nggak pernah absen dari pemuda pemudi kasmaran, ya." Sambil mengunyah kentang goreng Jingga mengedarkan pandangan melihat-lihat isi cafe.

"Iyalah, kalo penuh bapak-bapak namanya pos ronda!" sahut Keina.

Sava menyengir. "Tempatnya anak muda, Jing."

Jingga mengangguk beberapa kali. "Sekelas Lava aja mainnya ke sini."

"Iya dong, cafe abang gue go internasional."

Jingga memutar bola mata malas.

"Lava? Anak busana bukan?" Sava jadi tertarik bertanya. Cewek itu mengerutkan alisnya.

"Iya, Va! Anaknya desainer terkenal itu loh, tuh lagi duduk sendirian." Jingga memberitahunya dengan perasaan yang menggebu-gebu, bersemangat.

Keina mengaduk-aduk milkshake miliknya yang tinggal setengah. "Kata Abang gue sih dia emang sering ke sini, punya kartu anggota malah."

"Serius?"

Jingga sedikit terkejut.

Kepala Sava sedikit menoleh melihat cewek cantik paling menonjol yang duduk di samping kiri dari tempat Sava duduk. "Berarti udah sering banget ya, sampai Kak Lingga hafal."

"Asal lo tau aja, Bang Lingga hafal semua yang bening-bening!"

"Eh apaan nih, nama gue disebut-sebut?"

Rupanya ucapan Keina mengundang sang pemilik cafe datang dengan tiba-tiba. Cowok berjaket santai tapi terlihat rapi itu mengambil duduk di antara Jingga dan Sava, berhadapan langsung dengan Keina. Cowok bernama Lingga itu melepas jaket hitamnya menyisakan baju lengan pendek memamerkan tatto gambar ular yang melilit lengan berototnya. Keren.

"Nah kan langsung muncul orangnya!"

"Keramat emang nyebut nama lo, Kak."

Lingga tertawa kecil. "Gue liat dari depan komuk kalian udah kelihatan banget ngomongin yang punya cafe."

"Hampir tiap hari sih, Bang."

"Gila!"

Di antara ketiga cewek itu yang paling pintar nistain Lingga ya cuman Keina seorang. Adek cewek satu-satunya yang paling Lingga sayang di muka bumi, walaupun cowok itu selalu kena bully.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang