⊹ ₊˚chapter one✧₊˚⊹

36 6 2
                                    


Happy reading guys


Pagi itu, matahari bersinar terang, cahayanya masuk ke celah-celah jendela kamar, membuat seseorang yang sedang tertidur terganggu.

Perlahan mata Haikal terbuka, saat ia melirik jam, dia terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul 06.23.
Haikal segera bergegas ke kamar mandi dan memakai bajunya. Haikal lantas langsung turun ke bawah untuk memakai sepatunya.

Sesampai di ruangan bawah,dia bisa melihat kakak dan papanya sedang sarapan. Namun dia tidak mempedulikan kehadiran mereka diruang makan.

Setelah selesai memakai sepatunya dan hendak berjalan keluar, Mahen menghampirinya dan mengajaknya untuk sarapan bersama.

"Haikal, ayo sarapan bareng."

"Gak perlu. Gue bisa beli sarapan nanti di kantin sekolah," jawab Haikal dengan ketus.

"Lo lanjutin sarapan aja sama papa, gak usah sok peduli sama gue."

"Gue berangkat, bilangin sama papa."

Setelah itu ia pergi meninggalkan Mahen yang masih mematung di sana.

Mahen terdiam, ia terus menatap punggung adiknya yang sudah menjauh dengan tatapan nanar. Sebenci itu lo sama gue, kal? Apa salah gue?

______

"Selamat pagi beban dunia!!" teriak Haikal yang berada di ambang pintu kelas.

Teman temannya kompak melirik Haikal yang mulai melangkah memasuki kelas dengan santai.

Dia segera duduk di bangkunya yang berada disebelah sahabatnya.

"Selamat pagi Nana sayangku,"

"Bisa gak sih jangan panggil gue Nana, nama gue Naresh! Bukan Nana!" jawab seorang pemuda yang bernama Naresh.

"Lagian kenapa harus Nana sih, gak ada panggilan lain apa? Aresh kek atau apalah yang penting jangan Nana. Kayak nama cewek tau,"

"Oh, dan satu lagi, jangan panggil gue sayang. Najis banget gue dipanggil sayang sama orang modelan kayak lo."

"Tega sekali kamu mengatakan itu pada kanda, wahai adinda," ucap Haikal dengan wajah yang dramatis sambil memegang dadanya.

Naresh refleks memukul kepala Haikal dengan buku yang dia gunakan untuk menyalin tugas.

"Astagfirullah ini penyakit gila nya gak ilang ilang," ucap Naresh seraya terus memukul kepala Haikal dengan buku.

"Aduh, pelan pelan dong sayang." keluh Haikal.

Najis.

Ucapan yang dilontarkan Haikal, sukses membuat seluruh penghuni kelas menatap heran mereka berdua.

Naresh melotot mendengar ucapan Haikal. "Jaga omongan lo ege, ambigu banget sumpah," Naresh menggelengkan kepalanya heran kenapa dirinya bisa bersahabat dengan manusia seperti Haikal.

Sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian teman temannya, Naresh menatap mereka tajam.

"Kenapa lo pada liatin gue, mau gue congkel tuh mata?!"

XIEVER HAIKAL ABIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang