bab 2

8 4 0
                                    

Medan perang terus menelan korban, dan Astele dan teman-temannya terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekacauan. Mereka belajar untuk menjadi kuat dan beradaptasi dengan situasi yang sulit. Setiap hari adalah tantangan baru, tetapi mereka tidak pernah kehilangan harapan dan semangat.

Suatu hari, ketika Astele sedang mencari sumber makanan di sebuah bangunan yang hancur, dia mendengar suara langkah yang berat mendekat. Hatinya berdebar kencang, dan dia bersembunyi di balik tumpukan puing.

Tiba-tiba, seseorang muncul dari balik sudut, membawa senjata yang tergantung di bahunya. Pria itu mengenakan seragam yang serba kusam, wajahnya dipenuhi dengan bekas luka dan jejak perang. Dia melihat Astele dengan tatapan tajam.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya pria itu dengan suara serak.

Astele merasa ketakutan, tetapi dia mencoba menjaga ketenangannya. "Saya tidak bermaksud mengganggu. Saya hanya mencari makanan untuk keluarga saya."

Pria itu menghela nafas, matanya melihat ke arah Astele dengan campuran kecurigaan dan simpati. "Dalam keadaan seperti ini, kamu harus berhati-hati. Dunia ini bukan tempat yang aman untuk anak-anak. Apa kamu sendirian?"

Astele menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk percaya pada intuisinya. "Tidak, saya memiliki teman-teman. Kami saling melindungi dan berjuang bersama."

Pria itu merenung sejenak dan kemudian mengangguk. "Baiklah, kamu bisa datang bersama saya. Saya sedang mencoba membentuk kelompok kecil yang berusaha melawan kekuatan musuh."

Astele berdebar dengan kegembiraan dan rasa harapan baru. "Terima kasih, Pak. Saya ingin bergabung dengan kelompok Anda."

Pria itu tersenyum tipis, mengulurkan tangannya. "Namaku Kapten Mikhail. Kamu bisa memanggilku Mikhail. Mari, ayo bergabung dengan kelompokku."

Astele meraih tangan Mikhail dengan penuh kegembiraan. Dia merasa bahwa ini adalah kesempatan baru untuk melindungi dirinya dan teman-temannya, serta berjuang untuk tujuan yang lebih besar.

Ketika Astele kembali ke tempat persembunyian mereka, dia menceritakan tentang pertemuan dengan Mikhail kepada Remy, Mia, dan Aris. Mereka semua terkejut dan gembira dengan berita tersebut.

Remy mengangguk dengan antusias. "Ini bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk benar-benar berkontribusi dan melawan kejahatan. Kita akan berjuang bersama-sama."

Mia mengangguk setuju. "Saya yakin Mikhail akan menjadi pemimpin yang bijaksana. Kita harus bersatu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kita."

Aris dengan serius menambahkan, "Ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang menjaga impian kita tetap hidup. Kita harus tetap fokus dan gigih."

Dalam beberapa hari berikutnya, Astele dan teman-temannya bergabung dengan kelompok Mikhail. Mereka bertemu dengan anggota lain yang memiliki latar belakang dan kisah hidup yang berbeda, tetapi mereka semua memiliki tekad yang sama untuk melawan penindasan dan kejahatan.

Di bawah kepemimpinan Mikhail, kelompok tersebut menjalani pelatihan intensif. Mereka belajar tentang taktik perang, pertahanan diri, dan strategi untuk menghadapi musuh. Setiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan yang terbaik dan bekerja sama sebagai satu kesatuan yang kuat.

Dalam waktu singkat, Astele dan teman-temannya merasa semakin dekat dengan anggota kelompok lainnya. Mereka saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Di tengah medan perang yang kejam, persahabatan mereka menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.

Suatu malam, ketika kelompok sedang berkumpul di tenda mereka setelah latihan, Mikhail memberikan pengarahan yang serius. "Kita akan segera menghadapi ujian berat, anak-anak. Intelijen yang kami terima mengindikasikan bahwa musuh akan melancarkan serangan besar-besaran dalam beberapa hari mendatang. Kami harus siap."

Between Bullets And BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang