15 - I'll Chase You Endlessly

433 33 7
                                    

Menajamkan pandangannya guna menembus tebal dan derasnya hujan. Akhirnya matanya menangkap sesuatu yang sekiranya sudah menggenang di pinggir jalan.

Terdapat handbag dilengkapi juga dengan tas biola yang telah ia kenal bukan main tergeletak di samping.. katakan lah seperti mayat yang menggenang.

Tanpa basa-basi, tanpa membuka payung, tanpa memerdulikan sweaternya yang akan basah terkena air hujan, ia langsung keluar dari mobil, bergegas menghampiri tubuh yang berbaring lemah di atas genangan.

"Hyung!" sahutnya selagi meraih tubuh yang lebih tua, ia peluknya dengan kuat. Hanbin dapat merasakan panas yang dahsyat di tubuhnya, juga getaran hebat yang dihasilkan akibat kedinginan. Tidak berhenti dimenggigil bak kesetanan saja, kini wajah dan bibirnya sudah terlihat begitu pucat.

Matanya yang ditutup itu tetap terlihat begitu sembab akibat menangis tiada hentinya sedari tadi.

Butuh sekitar 10 menit bagi Hanbin untuk ngebut menuju lokasi Zhang Hao. Untung saja subuh itu sepi akan kendaraan. Apalagi dengan kondisi hujan deras di tengah subuh buta, membuat mayoritas orang untuk menetap di rumah saja, tidur dan beristirahat. Mereka bahkan tidak sadar kalau subuh itu badai menghujani kediaman mereka masing-masing.

Hangat..

Merasa mendapat sentuhan dan pergerakan lain selain air hujan yang sedari tadi membasuhnya, matanya ia paksa untuk buka kembali. Ia melihat.. wajah mantan pujaan hati yang begitu ia cintai, tengah mendekapnya kuat, "B-bin-ah...?" panggilnya parau.

Ia yang dipanggil hanya dapat menganggukkan kepalanya berkali-kali, mengusap wajah yang lebih tua, membawanya kembali ke dalam pelukan, "Aku di sini hyung, aku di sini.."

Setelah memastikan yang mendekapnya ini bukan halusinasi, Zhang Hao kembali menangis tersedu-sedu, memanggil namanya terus-terusan, seakan sekali saja tidak cukup. Anggap saja sebagai luapan panggilan yang ia pendam selama sebulan ini.

"Tidurlah hyung, aku bersama mu sekarang, biarkan aku merawatmu.." tuturnya lembut selagi menggendong tubuh tidak berdaya itu untuk masuk ke dalam mobilnya. Tidak lupa dengan handbag dan tas biolanya, mereka akhirnya masuk ke dalam mobil dan lekas menuju ke rumah sakit terdekat.

Sakit Zhang Hao bukan sekedar demam biasa yang hanya panas dan pusing. Badannya tidak hanya "hangat" tapi sudah dalam fase "terbakar". Ditambah tubuhnya yang kedinginan akibat masuk angin di tengah hujan. Seseorang yang seharusnya istirahat ketika sakit, malah membasuh dirinya di tengah hujan, membiarkan tusukan nyeri dari angin dan hujan semakin memperburuk kondisi tubuhnya.

Ibarat mencobai singa yang telah berada pada titik puncak mereka untuk menikam mu kapan saja.

Sesampai Hanbin di rumah sakit, dengan Zhang Hao direngkuhannya, ia memohon keras ke resepsionis untuk merawat Zhang Hao. Ia begitu panik hingga kehilangan akalnya. Hanbin yang sedari tadi tenang akhirnya menunjukkan kepanikannya sekarang sebab ia tidak ingin Zhang Hao dibawa semakin cemas karena dirinya.

Tentu saja pihak rumah sakit menerimanya dan lekas membawa Zhang Hao ke ruang IGD.

"Anda siapanya?"

"Joneun Sung Hanbin, aku.. aku..." ia tidak bisa menjawab.

"Temannya?"

Membenarkan jawabannya, Hanbin hanya menganggukkan kepalanya lemah.

"Tunggu sebentar ya, nanti kami kabari setelah kondisi Zhang Hao-ssi telah dipastikan dan teratasi."

Menerima tawarannya, ia kembali mengangguk dan mendudukkan dirinya di kursi depan ruang IGD. Bahkan dengan baju yang basah ia tidak peduli, ia tidak merasa sakit. Karena yang ia khawatirkan sekarang adalah keadaan kakak tingkatnya yang sekarat.

My Other Half [BINHAO/HAOBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang