3

39 11 2
                                    

Dukung aku dengan cara, vote komen, dan follow. Itu sangat berarti bagi penulis, dukungan kalian membuat aku lebih semangat lagi lanjutin cerita ini.

Selamat membaca, semoga terhibur.

Pagi ini Adiba langsung berangkat sekolah tanpa sarapan, dia malas jika melihat Ilham, perdebatan semalam masih membuat moodnya kesal.

Adiba berjalan ke luar rumah menuju mobil miliknya, ini terlalu pagi untuk berangkat tapi gadis itu ingin segera keluar rumah agar moodnya kembali baik.

"Adiba sarapan dulu sayang," ucap Anisa di depan pintu, sedangkan gadis itu sudah membukakan pintu mobilnya

Adiba menoleh ke arah Anisa, lalu berkata "Pagi ini Adiba sarapan di sekolah aja bund."

Setelah itu Adiba menjalankan mobilnya, meninggalkan Anisa yang menatapnya di depan pintu.
Helayan napas beratpun keluar dari mulut Anisa, entahlah anak itu gampang sekali marah.

*****
Mobil Adiba melaju cepat membelah jalan kota Jakarta, keadaan pagi ini belum begitu ramai kendaraan yang berlalu lalang, karena jm baru menunjukkan pukul 6:25 sehingga Adiba bisa mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Di saat sedang asyik menikmati suasana pagi kota Jakarta, tiba-tiba handphone nya berdering,Adiba mengambil benda pipih itu di dalam tas nya, terpapang nama Aisya di layarnya.

"Hallo Syah ada apa? Tumben nelpon pagi-pagi," ucap Adiba

"Gw minta di jemput, mobil gw lagi di bengkel," jawab Aisyah di sebrang sana.

"Oke gw kerumah lo sekarang,"

"Thanks bestie." Sambungan teleponpun terputus.

Dia kembali memasukan handphone nya ke tas, dan meletakkannya di kursi samping.

Brukk

Seketika Adiba menghentikan mobilnya saat seorang wanita tengah berada di depan mobil, wanita itu tersungkur ke aspal. ringisan nya terdengar di Indra pendengeran Adiba, Tapi untungnya orang itu hanya refleks saja tidak sampai tertabrak oleh mobil Adiba.

"Astaga gw hampir aja nabrak orang." Kaget Adiba, Dia segera keluar mobil untuk mengecek keadaan wanita itu.

Ternyata korbannya adalah seorang ibu-ibu, sekitar berusia 48 tahunan.
Ibu itu ter bangun dari aspal sambil memegangi dahi yang terluka ringan.

"Astaghfirullah haladzim." Lirih ibu itu.
Adiba yang panik langsung memegang tangan nya, membantu ibu itu menepi ke pinggir jalan untuk duduk.

"Aduh Bu, maaf yah saya tidak sengaja,"ucapnya "saya anter ke rumah sakit aja yah Bu,"lanjut Adiba.

"Tidak apa-apa nak, ini juga salah ibu tidak hati-hati saat hendak menyebrang,"jawab ibu itu.

"Tapi ibu terluka," ucap Adiba.

"Enggak apa-apa nak, ini hanya luka ringan." Lirihnya lembut.

"Beneran gak papa?" Tanyanya memastikan.
Tapi untung saja korbannya tidak seperti yang lain, yang langsung marah-marah dan menyalahkan si pengemudi, walaupun sebenarnya si korban juga bersalah kare ceroboh saat menyebrang.

"Iya nak gak papa, lebih baik kamu berangkat sekolah aja nanti telat," ucapnya.

"Yasudah kalo begitu saya tinggal yah, sekali lagi saya minta maaf." Kemudian ia bangun dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan wanita itu, sedikit tidak enak hati karena tak bertanggung jawab, apalagi dia seorang diri, kalo saja Adiba tidak harus menjemput sahabatnya, mungkin dia akan memaksa membawa ibu itu ke klinik terdekat.

"ASTAGHFIRULLAH HALADZIM. umi jidat umi kenapa?" Ucap seorang gadis yang datang dari arah kiri, sambil membawa beberapa kantong plastik di tangannya.

Baru saja Adiba hendak menancap gas, namun terhenti saat ia mendengar suara gadis itu, lalu Adiba menoleh ke jendela mobilnya, terlihat seorang wanita yang lebih muda dari ibu itu, terduduk di sebelahnya.

"Umi tidak papa ko, ini cuma luka ringan di obatin pake Betadine juga langsung kering." Lirihnya.

"Maaf yah umi kelamaan nunggu Zahra, jadi kayak gini jadinya," oceh gadis itu.

"Tidak usah nyalahin diri sendiri, namanya juga musibah." Ucap ibu itu.

Adiba semakin merasa bersalah karena tidak pokus saat menyetir, tapi syukurlah ternyata ibu itu bersama gadis itu. Dia melirik jam di tangannya menunjukan pukul 6:35 ia keingat Aisyah yang minta di jemput, Adiba langsung menjalankan mobil dan meninggalkan tempat itu.

*****
Seorang remaja laki-laki tengah asik menggambar di taman belakang sekolah. Senyum manis terukir di bibirnya, tangannya begitu lincah menggoreskan pensil ke kertas. Entah apa yang tengah di gambar Gus Arkan, Tapi sepertinya cukup membuat moodnya bahagia.

"Entah kenapa aku malah menggambar wajahmu." ucapnya sembari memasukan kertas hasil gambarnya ke dalam tas.

Setelah itu Gus Arkan berjalan ke kelasnya. Tapi di tengah persimpangan jalan ia melihat Adiba dan Aisyah sedikit berdebat, entah apa yang di debatkan mereka.
Gus Arkan berhenti sejenak agar tidak berpapasan dengan Adiba. Ia risih jika di godain cewek seperti Adiba, gadis itu terlalu berani.

"Gw kesel tau sama lo." Sinis Aisyah.

"Ya maaf. Soalnya tadi di jalan ada kendala."lirih Adiba.

"Kita hampir aja telat gara-gara Lo." Ketusnya.

"Yaelah gak bersyukur banget. Baru juga hampir belum nyampe telat," ucap Adiba menoleh ke arah Aisyah "untung gw jemput Lo juga!"lanjutnya.

Setelah dua gadis itu lewat dan sudah masuk ke kelas, barulah Gus Arkan melanjutkan jalannya.

Ketika Gus Arkan sampai kelas tiba-tiba Adiba langsung berjalan ke arahnya.

"Arkan makasih Lo udah makan, makanan pemberian gw kemarin." Celetuk Adiba Sabil merangkul tangan kiri Gus Arkan.

" Itu berarti lo juga suka kan sama gw?" Pedenya tak tahu malu, benar-benar gadis pemberani.

Gus Arkan terkejut sama sikap. Adiba yang bar-bar ini, dengan refleks Gus Arkan menghempaskan tangan Adiba, dia menatap gadis itu dengan wajah terkejut serta cengo.

Tadi di luar Gus Arkan berhenti sejenak, agar tidak berpapasan dengan nya. Tapi sekarang Gus Arkan di pegang-pegang sama Adiba.
Entah selanjutnya apalagi yang akan terjadi pada hari-hari berikutnya.

Sungguh dirinya belum pernah di pegang sama wanita yang bukan mahram, ini pertamakali ia di perlakukan seperti itu oleh seorang gadis.

Para murid yang menyaksikan moada di kelas itu langsung heboh terutama cewek.

Berani banget anjir megang tangan calon pacar gw

Gak sopan Lo Diba tiba-tiba rangkul tangan orang

Dih gak tau malu

Cewek bar-bar vs cowok dingin

Ngemis banget sih

Enek gw liatnya

Gus Arkan langsung pergi ke tempat duduknya, tak merespon sikap Adiba yang membuatnya hampir jantungan. Nyesel juga kemarin ia makan di kelas, mungkin ada yang ngasih tau Adiba kalo Gus Arkan makan pemberiannya kemarin, tapi entah siapa orangnya?

Aisyah yang mendengar bisik-bisik mereka langsung berjalan ke arah Adiba, dan menarik tangan gadis itu, lalu membawa Adiba ke tempat duduknya

Lanjut.?

04/07/2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Adiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang