Part 31

8K 401 0
                                        

Vote and komen juseyo..

Saat ini Galvin sedang melakukan kemoterapi
di ruang VVIP ditemani oleh seluruh anggota keluarga
yang selalu setia menemaninya.

Tidak ada satupun dari mereka yang pergi
meninggalkan Galvin. mereka selalu menjaga dan
merawat anak itu dengan sangat baik, demi kesembuhan
si kecil. berharap anak itu akan cepat sembuh dari kanker
nya.

Sejak melakukan kemoterapi, mereka semua
terlihat tegang dan tak kuasa melihat Galvin yang
terus merasakan mual dan pusing. ingin rasanya mereka
mengganti posisi anak itu sekarang juga.

Lihatlah, karena penyakit itu tubuh bungsu
Alvarendra menjadi sangat kurus dan perlahan
pipi gembul nya juga mulai hilang. serta rambutnya
kian rontok dengan seiring berjalannya waktu.

Setiap melihat Galvin hanya bisa terbaring
lemah di ranjang dengan wajah pucat, semua hati
mereka merasa tercubit. mereka masih tidak menyangka
kalau anak itu akan bisa terkena kanker leukemia. bahkan
memikirkan itu saja tidak pernah.

Adelard menatap Adrian seolah meminta
penjelasan terkait kondisi si bungsu sekarang.
Adrian tersenyum tipis, menepuk-nepuk pundak sang
kakak.

Adrian tau betapa cemasnya Adelard dan
juga keponakannya yang lain. dia juga merasakan
yang sama, cemas. tapi sebagai dokter dia harus tetap
professional. "Kau tenang saja, selagi Galvin masih memiliki
keinginan untuk hidup, dia pasti bisa melewati ini semua"

"Apalagi ada kalian yang selalu ada disisinya, bukan?"

"Kalau begitu aku keluar"

Adelard menghela nafasnya, menghampiri
si bungsu yang sedang dikelilingi oleh keempat
Abang nya. "Jangan berkata seperti itu. kau bukan
beban. kau adalah permata Alvarendra. berhenti bicara
omong kosong" ucap Kyler tak suka dengan ucapan Galvin
yang mengatakan kalau dirinya adalah beban.

"Tapi Galvin pasti udah nyusahin kalian hiks"

"Itu tidak benar, Ino. berhenti bicara seperti itu" ucap Kai.

Liam tersenyum mengelus rambut Galvin
dengan pelan dan lembut agar rambut adiknya
tidak kembali rontok. "Jangan menangis dan jangan
berkata apapun lagi. fokus saja pada kesembuhan mu.
jika kau sudah sembuh, abang janji akan membelikan mu
motor" perkataan Liam sukses membuat pasang mata mengarah padanya.

"Bang?" Ken menatap Liam tak percaya sekaligus terkejut.

Galvin melirik ke Kyler yang masih menatap
Liam dengan tatapan tak bisa diartikan. "Nggak
perlu kasih harapan palsu bang" ucap anak itu.

"Kapan abang memberikan harapan palsu pada
mu? abang berkata dengan serius. abang bukan tipe
orang yang tidak pernah memegang ucapannya" ucap
Liam dengan wajah serius. tak perduli jika si sulung atau
daddy nya tidak setuju, dia akan tetap membelikan si kecil
motor jika sampai anak itu sembuh.

Si kembar kompak melirik ke Kyler begitu
mendengar ada sindiran yang diucapkan oleh
abang keduanya. "Apakah ada perang ke tiga nanti?"
tanya Kai berbisik pelan pada sang kembaran.

Ken mengangkat bahunya tidak tau. "Entahlah"

Adelard hanya diam, tidak berniat ikut
campur dalam permasalahan motor. dia hanya
ingin bungsunya sembuh dulu. "Janji?" tanya Galvin
memastikan.

"Hm, abang janji"

Galvin tersenyum tipis. setidaknya alasan dirinya
ingin sembuh dan hidup bertambah satu lagi. yaitu
motor.

"Sekarang kau tidurlah"

"Tapi pusing abang"

"Abang pijat kepala mu dengan lembut"

Galvin Malvelino ( S1 & S2 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang