"For insofar as respecting myself entails acknowledging the extent to which I am always in transition, always under construction, it will require patience. And insofar as I am limited, imperfect, liable to failure and to fragmentation and incoherence, insofar as the details of my life will include much that is not admirable or lovable or nice, self-respect will require deep and abiding acceptance of myself goes beyond toleration."
-Artikel Toward a Feminist Conception of Self-Respect karya Robert S. Dillon, 1992.
⋅˚₊‧ ୨୧ ‧₊˚ ⋅
Ratu menyukai resepsi pernikahan seperti ia menyukai garis-garis lurus yang membuat jurnalnya lebih rapi dan terisi. Hal-hal tersebut tidak ia anggap sebagai poin utama dalam kehidupan.
Baik resepsi pernikahan maupun garis yang ia buat adalah elemen pelengkap yang selalu terlihat elok. Padahal, bisa jadi tulisan dalam jurnalnya-dan sisa dari hubungan pernikahan itu sendiri-merupakan bagian dari tragedi untuk manusia. Ia menyukai resepsi sesederhana karena itu hanyalah sebuah pesta. Ia hanya perlu datang dan bersuka cita. Ia tidak perlu meyakinkan dirinya bahwa bahagia selama-lamanya terjadi kepada semua orang.
Menandainya sebagai seseorang yang tidak percaya cinta pun tidak sepenuhnya benar. Ratu hanya sadar bahwa hidup hadir dengan lebih banyak melankoli daripada rona merah. Lebih banyak sesak daripada lapang. Itu yang terjadi sepanjang usianya mencerna. Itu terjadi di sekitarnya; kepada kenalannya, orang-orang terdekatnya, bahkan dalam darahnya sendiri.
Ratuhayu Zaviera terbentuk dari 50% asap hantu dan 50% ampas kelelawar. Mamanya adalah hantu; sebuah raga terkubur dalam tanah dengan sejarah yang terus berbisik di tiap langkah yang diambilnya; merasukinya dengan banyak dewasa dan memberinya khawatir yang tak habis-habis. Ingin Ratu mencari wadah berlindung dari seluruh suara hantu yang membuatnya tidak pernah merasa cukup. Namun, sosok yang bisa membuatnya bernapas longgar kini sudah menjadi hantu itu.
Ia juga tidak bisa berlari ke satu sosok lagi, karena sosok itu adalah kelelawar tua yang hidup di banyak gua. Papanya ialah Si Penghuni Malam, pergi ketika langit gelap dan berdekam dalam kamar saat pagi menjelang. Bersembunyi dibalik urusan bisnis untuk setiap klub-klub malam yang didatanginya. Memberi uang sebagai bentuk kasih sayang, tidak pernah "bagaimana hari kamu?" atau "ayo berlibur sama-sama!". Sesuatu yang lebih asing dibanding arwah ibunya sendiri.
Singkatnya, ketika menceritakan pasal kondisi keluarganya ke meja nomor tujuh, Surya langsung mendiagnosa Ratu dengan kalimat "Oh, major parent issue". Dan ia tidak pernah menerima definisi yang lebih masuk akal daripada istilah tersebut.
Akan tetapi, pernikahan dua ras berbeda itu bahagia pada awalnya. Bila melihat foto pernikahan kedua orang tuanya, siapa pun pasti yakin bahwa mereka akan menciptakan keluarga bahagia. Laki-laki dengan banyak cara, perempuan dengan banyak cinta. Kenyataannya, sisa dari kisah kebahagiaan dua insan itu hanya tercatat dalam detak jantung anak perempuan pertama mereka-yang kerap mencari cara untuk menggagalkan cinta tulus masuk dalam detik harinya.
Oleh karena itu, Ratu melihat pernikahan sebagai perayaan satu hari satu malam. Euforia yang akan segera berakhir. Maka, ia menjadikan acara tersebut sebuah totalitas.
"Ugh, it's been 45 minutes already! Gue juga butuh kamar mandi, kali!" keluh Kasih, adik perempuan Ratu yang sama buru-burunya siang itu. Rambut panjangnya masih digulung oleh banyak rol dan tubuhnya terbalut handuk baju berwarna pink.
"Damn it, you're so annoying, Kasih! Pake kamar mandi di kamar Papa kan bisa?" teriak Ratu di tengah agenda mengeritingkan bulu matanya. Tabuh gendrang
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
RomanceDengan datangnya pertengahan tahun dan paruh pertama pertengahan usia dua manusia, Surya dan Ratu berjanji untuk membantu krisis besar satu sama lain; mendatangi 10 pernikahan yang membuat keduanya merasa menyedihkan, dengan pergi ke semua undangan...