JDV | CHAPTER 0.1

183 12 9
                                    

1053 kata, oke?

Call me Mimoy, okay?

Fyi aku juga gak tau kenapa aku pengen di panggil pake sebutan Mimoy, but.. Menurut aku lucu aja gituu... Jadi jangan panggil aku pake sebutan 'thor' lagi, soalnya aku bukan Thor dari Avengers:)

Malming emang enak buat update, jadi kayaknya jadwal update aku setiap malming..

Aku mau minta tolong juga buat promosiin cerita ini dong, biar rame aja gituu.. Jadi, di mohon untuk kerja sama nya ya buat bikin cerita JDV ini rame..
______________________________________

Waktu menunjukkan pukul lima dini hari. Walau hanya sedikit, tetapi matahari mulai menampakkan dirinya untuk menyinari bumi.

Vania terbangun dari tidurnya. Setelah dirasa nyawanya sudah sepenuhnya terkumpul, baru lah Vania masuk ke dalam kamar mandi untuk memandikan diri nya.

Kemarin, Vania baru bisa tidur di jam tiga. Pikirannya selalu berkecamuk memikirkan nasib nya setelah di jual nanti.

Entahlah. Sepertinya Vania terpaksa harus putus sekolah karena masalah ini. Padahal umur Vania masih sangatlah muda, sayang sekali jika dirinya harus putus sekolah karena keterpaksaan ekonomi yang pasti nya tidak stabil nanti.

Tiga puluh menit berlalu, Vania keluar dari dalam kamar mandi yang berada di kamar nya. Mata nya terlihat sembab karena menangis semalaman. Badannya juga terlihat lemas karena terlalu lelah.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Vania lantas langsung memakai pakaiannya dengan sopan. Jika dilihat dengan seksama, Vania ini adalah anak yang sangat mengerti sopan atau tidak nya dalam cara berpakaian. Di luar sana, masih sangat banyak anak muda bahkan anak remaja yang terlalu menyepelekan pakaian. Mau itu sopan atau tidak sopan, mereka pasti tetap saja memakainya.

Jika kembali ke masa lalu, pakaian terbuka adalah pakaian paling menjijikan. Tak ada yang mau memakai pakain terbuka di zaman dulu. Semua orang di zaman dulu sangat mementingkan sopan santun.

Vania membuka pintu kamarnya, ia keluar dari dalam kamar dan langsung pergi ke dapur. Biasanya di jam ini Carlissa sudah ada di dapur.

"Ibu," panggilnya ketika melihat punggung Carlissa yang sedang memasak.

Carlissa menatap Vania "Sudah persiapkan semua barang mu, Vania?" tanya Carlissa yang tak ingin berbasa-basi. Vania mengangguk dengan senyuman manis. "Sudah. Ibu mau Vania bantu?"

Carlissa tak menjawab. Vania yang paham akan jawaban dari sang Ibu pun langsung pergi ke arah ruang tamu untuk membersihkan ruangan tersebut.

Dengan perlahan Vania mulai menyapu lantai tersebut, tak lupa juga dirinya membersihkan debu yang berada pada meja tepat di depan sofa.

Tok!

Tok!

Tok!

Tiga ketukan pada pintu terdengar di indra pendengaran Carlissa dan Vania. Dengan segera Vania langsung membuka pintu tersebut.

Terpampang dua orang laki-laki berbadan kekar yang sedang menatap Vania. "Siapa?" Carlissa berteriak membuat dua lelaki tersebut langsung mengalihkan pandangannya ke arah Carlissa.

"Ah ini rekannya pak Regan ya?" tanya Carlissa menatap dua lelaki tersebut. Yang di tanya pun lantas mengangguk "Ayo masuk dulu," ajak Carlissa ramah dengan senyuman.

Vania diam. Tak pernah dirinya melihat senyuman itu. Carlissa tak pernah menunjukkan senyuman seperti itu kepada dirinya.

Dua orang laki-laki tersebut masuk ke dalam rumah, mereka duduk di sofa yang baru saja Vania bersihkan tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jendra Dan Vania Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang