Prologue

22 2 1
                                    

Happy Reading~~




Percaya lah bahwa kalimat people come and go itu benar adanya. Sudah banyak kisah yang membuktikannya.

Kepergian seseorang tidak serta-merta selalu buruk. Ada kalanya kepergian orang itu bagaikan kita yang dapat menghirup udara bebas setelah menghadapi penyekapan sebelumnya.

"Ra, lo mau nggak orang yang pernah ada di hidup lo balik lagi?"

Sebuah pertanyaan yang selalu diajukan kepada Elnara Havva Barack, atau seringkali dipanggil Nara. Ia menghela napasnya sebentar.

"Nggak."

"Kenapa? Emang lo nggak kangen gitu?"

"Kepergian seseorang itu takdir," jawab Nara sembari membalikkan lembaran sebuah novel yang sedang digandrungi anak muda. "Buat apa gue berharap dia balik."

"Kalau dia pernah jadi orang yang berarti buat lo, gimana?"

Nara melirik ke arah temannya, lalu berkata, "Setiap orang yang datang ke hidup gue itu punya tujuan yang berarti. Jadi kalau akhirnya dia pergi, ya kenapa harus gue larang."

"Gue boleh egois nggak, sih, Ra?"

Nara menutup bukunya, lalu bangkit dari kasur dan menghampiri temannya yang sedang duduk di bawah. "Egois kenapa?"

"Gue nggak mau kehilangan seseorang. Gue mau orang yang ada sekarang, ya udah di sini aja."

Nara merasa paham dengan setiap kalimat itu. Karena nyatanya hal itu adalah keinginan setiap orang yang ada di hidupnya. Ia heran mengapa orang-orang selalu mengharapkan hal yang sudah jelas tak akan bisa dikabulkan.

"Lo nggak bisa hidup kayak gitu, Alice. Kehidupan lo nggak bakal berputar sama orang yang itu-itu aja. Lo bakal lebih banyak ketemu orang baru, dan ada saatnya mereka bakal pergi juga."

Alice, salah satu sahabat Nara yang sekarang sedang cemberut. "Kehilangan itu sakit banget."

"Lebih baik. Emang lo yakin kalau tetap sama dia bakal baik terus?"

Alice terdiam. Ia menatap langsung pada mata sahabatnya itu. "Mungkin...."

Nara berdecak sebal. Ia mencubit pipi Alice sedikit kencang. "Bodoh."

Alice meringis sakit sembari mengusap-usap bagian pipinya yang menjadi sasaran tangan Nara. "Sama dia sakit, tapi nggak sama dia jauh lebih sakit."

"Gila. Otak lo servis, deh, Lice. Sebel banget gue setiap kali ada orang yang ngomong gitu," cetus Nara merotasikan matanya.

"Emang lo nggak ngerasa gitu juga?"

"Ya, nggak, lah. Kalau udah tau pas sama dia sakit, gue nggak mau sama dia lagi. Tanpa dia hidup gue jauh lebih baik. Harusnya gitu," balas Nara yang gregetan sekali dengan ucapan Alice tadi.

Wajah Alice semakin menekuk setelah tidak dapat dukungan dari Nara.

"Lo habis lihat trend TikTok mana lagi sampe begini?" tanya Nara yang sangat tahu kebiasaan sahabatnya itu. Kalau habis main aplikasi itu, lalu tiba-tiba galau, pasti fyp gadis itu dipenuhi dengan cuitan-cuitan manusia yang bernasib sama.

Kita Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang