02.00

9 0 0
                                    

Happy Reading~~




Langit terlihat begitu biru dengan awan yang menjadi penghias. Udara sejuk masih menjadi hal terfavorit untuk seorang laki-laki yang sekarang sedang berdiri dekat jendela kamar sembari menarik napas dalam.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Namun, ia seperti tak ada semangat untuk pergi ke sekolah. Padahal gerbang akan ditutup tepat pukul setengah tujuh.

"Bang!"

Kepalanya menengok ke arah pintu yang sudah diketuk dengan keras oleh si cempreng yang ditakdirkan menjadi adiknya.

Kemudian ia mengambil tas hitam yang terdampar di meja belajarnya dan lantas membuka pintu kamar. Melihat sang adik yang sudah menyemburkan omelan yang memekakkan telinga.

"Lama banget. Nanti aku telat tau!"

Pemuda itu memutar bola matanya malas. Padahal sudah jelas gadis itu yang lama sekali dalam berdandan. Selalu saja ia yang disalahkan.

"Sekali lagi kamu bawel, abang nggak anterin, nih," ancamnya sembari menatap adiknya yang sudah dengan ekspresi menyebalkannya.

Gadis itu terdiam. Dan kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk sampai di bawah dan berpamitan kepada sang bunda.

"Non, Le, ayo sarapan dulu."

Lelaki yang dipanggil 'Non' atau yang lebih lengkapnya lagi adalah Vernon Mahavir Sanjaya itu tersenyum kecil. Ia dengan cepat menghampiri sang bunda dan memberikan kecupan kecil pada pipinya.

"Pagi, Bunda."

"Pagi, sayang," jawab bunda seraya mencolek hidung Vernon. "Ayo kita sarapan dulu, ya. Ini, kan, hari pertama kalian masuk sekolah."

"Heee, ini anak cantiknya bunda kenapa pagi-pagi udah cemberut?" ucap bunda seraya memberikan rangkulan untuk anak bungsunya.

"Bete sama aku, Bun. Padahal, kan, dia yang kebanyakan dandan," jawab Vernon dengan tangan kanan yang sudah mengambil sosis.

"Ish! Orang abang yang lama di kamar kok. Aku udah di bawah, ya, tadi."

"Hei, udah nggak usah berantem pagi-pagi. Duduk sini, makan dulu," lerai bunda sambil membawa anak gadisnya duduk di bangku.

"Bun, sarapan di sekolah aja boleh nggak? Lea takut telat, udah jam segini juga."

Bunda berpikir sebentar dengan permintaan anak bungsunya itu. "Makan dikit dulu aja, ya. Nanti, kan, kamu upacara. Takutnya kamu pusing, Le."

"Nggak akan kok bunda. Lea minum susu aja juga udah kuat. Nanti pas udah di sekolah Lea beneran makan kok bekalnya. Boleh, ya bunda?"

Bunda tersenyum kecil disertai dengan anggukan tanda setuju. "Ya sudah, bunda siapkan dulu bekalnya."

"Terima kasih, Bunda!" Gadis itu memberikan ciuman dipipi sang bunda seperti apa yang abangnya lakukan tadi.

"Takutan banget, sih. Kamu juga masuk jam 7 kok. Masih lama."

"Ya abang yang masuk setengah tujuh masa nggak takut telat?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang