15| Menolong

265 15 2
                                    

☡ Typo bertebaran ☡

***
Kini Ara sedang rebahan di kasur king sizenya sambil mengscrool tiktok, sesekali ia tertawa ketika melihat vidio lucu dan berjoget tidak jelas ketika ada lagu yang enak didengar. Lalu sebuah vidio orang yang sedang mukbang seblak pun muncul.

"Ih kok malah lewat fyp Ara sih? Ara kan jadi pengen, yaudah deh Ara mau beli seblak aja yang didepan komplek. Lagian juga masih jam 9." Ucap Ara lalu beranjak dari kasurnya dan melapisi baju tidurnya dengan hoodie, ia tidak perlu mengganti pakaiannya karena celana yang ia gunakan juga sudah celana panjang, lalu membawa uangnya, dan segera pergi keluar rumah untuk membeli seblak.

Ara keluar dengan berjalan kaki karena menurutnya tempat seblak itu dekat, selama perjalanan ia hanya bernyanyi tidak jelas. Saat asik-asiknya bernyanyi ia dikejutkan ketika melihat seseorang sedang terbaring lemas di dekat tempat sampah yang berjarak beberapa meter didepannya.

Karena tempat itu lumayan gelap, jadi Ara tidak tau dia itu laki-laki atau perempuan, yang jelas dia memakai helm. Karena penasaran ia pun berjalan mendekati orang itu, setelah mendekat Ara yakin kalau orang itu adalah laki-laki jika dilihat dari postur tubuhnya.

Ara pun mulai menendang kecil lengan lelaki itu, Ara tau itu tidak sopan namun Ara kan takut. Kalau itu orang jahat gimana? Karena tidak kunjung ada pergerakan, tangan Ara pun terulur untuk membuka helm yang lelaki itu kenakan mesti dengan takut-takut.

Betapa terkejutnya Ara ketika membuka helm lelaki itu dan melihat jelas wajah siapa yang ada dibaliknya. Banyak lebam diwajahnya, dan juga tidak sedikit darah keluar dari beberapa bagian di wajahnya. Dia Rangga.

"Apa jangan-jangan Rangga dipukulin sama orang? Kalau dari posisinya sih kayak emang udah dikeroyok terus ditinggalin gitu aja. Tapi kok Rangganya pake helm? Ara baru tau kalo orang yang abis dikeroyok itu dipakein helm. Tapi dari novel-novel yang Ara baca gak gitu kok!! Terus sekarang gimana? Ishh Rangganya pake pingsan segala sih. Kalau Ara bawa kerumah sendirian pasti berat banget nihhh, oh iya!! Panggil mang Asep aja kali ya?" Ucap Ara bermonolog sendiri lalu segera membuka ponselnya dan segera menelepon mang Asep (sopirnya) untuk membantunya membawa Rangga.

Tak lama kemudian mang Asep pun datang bersama seseorang yang bertugas membawa motor Rangga dengan menaiki mobil karena posisi Ara sudah lumayan jauh dari rumah lalu mereka pun segera menggotong Rangga ke dalam mobil dan segera membawanya ke rumah Ara.

Sebenarnya tadinya Rangga akan dibawa kerumah sakit tapi kata Ara Rangga cuman luka-luka doang tinggal diobatin. Jadi terpaksa mang Asep membawanya ke rumah Ara. Sesampainya dirumah, Ara meminta untuk membawa Rangga ke kamarnya biar lebih mudah diobati katanya, padahal kan ada kamar tamu, tapi yaudah lah terserah Ara aja.

Setelah dibawa ke kamar Ara mang Asep berpamitan untuk pergi dari sana menyisakan Ara dan Rangga yang belum sadar dari pingsannya. Lalu Ara pun membawa kotak obatnya dan segera mengobati luka-luka yang ada di wajahnya dengan serius.

"Untung Ara gak bawa Rangga kerumah sakit, kalau Ara bawa Rangga ke rs pasti nanti uang Ara buat beli seblak harus ludes buat bayar dia." Ucap Ara sedikit keras karena yakin kalau Rangga masih pingsan. Namun...

"Gue gak semiskin itu, ya!!" Ujar Rangga lalu membuka matanya yang sukses membuat Ara membolakan matanya terkejut.

Ara pun gelagapan dan memilih untuk berhenti mengobati Rangga padahal masih banyak luka yang belum diobati sama dia.

"Maap ya Rangga Ara udah lancang nyentuh-nyentuh wajah Rangga, meskipun pake kapas sih nyentuhnya" Ucap Ara lalu menyerahkan kotak obat itu ke Rangga.

"Gapapa kok!! Yaudah lanjutin aja." Ucap Rangga lalu mulai memejamkan matanya.

Mendengar ucapan Rangga Ara pun terheran karena katanya Rangga tuh sosok yang dingin banget apalagi sama seseorang yang belum kenal/akrab sama dia dan Ara pun salah satunya, dia juga belum akrab sama Rangga tapi kok? Yaudah lah jadi Ara melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

Setelah selesai Ara menyimpan kotak obatnya di nakas lalu segera melihat Rangga yang ternyata sudah tertidur pulas.

"Cepet banget tidurnya Rangga, kalau Ara sih pastinya harus ngehalu dulu baru bisa tidur hihihi." Ucap Ara dengan diakhiri tawa.

Karena sudah selesai Ara pun beranjak dari duduknya lalu segera pergi ke dapur untuk membawa makanan karena Ara masih lapar namun sudah tidak mood makan seblak.

Ara pun pergi ke dapur dan membawa makanan lalu segera pergi ke kamar untuk memakan makanannya. Sebenarnya Ara bisa makan di dapur tapi Ara tidak bisa meninggalkan Rangga sendirian di kamar. Bukan karna khawatir ya tapi Ara takut nanti Rangga tuh lancang menjelajahi kamarnya gitu.

Setelah sampai di kamar Ara pun segera duduk di meja belajarnya dan mulai memakan makanannya, saat asik makan tiba-tiba datanglah Mbak Sus yang baru selesai bermain dengan trio kunti.

"Makan apa ra? Bagi dong, laper nih abis main seharian." Pinta Mbak Sus dengan senyum manisnya tapi kelihatannya malah menyeramkan.

"Gak boleh, Ara udah laper banget jadi gak boleh ada yang minta makanan Ara." Ucap Ara sambil memeluk makanannya takut-takut Mbak Sus merebutnya.

"Pelit banget sih lo." Ucap Mbak Sus lalu berencana untuk ngesot ke kasur tapi terhenti karena melihat ada cogan yang lagi tidur di kasur Ara.

"Ara itu siapa anjir? Ganteng banget." Ucap Mbak Sus histeris lalu segera ngesot ke arah Rangga.

"Shuuuttt jangan berisik, itu temen Ara lagi sakit jangan diganggu." Ucap Ara sambil menatap Mbak Sus dengan tatapan peringatan.

"Dia juga gak bakalan denger suara gue juga kali, malahan dia bakalan ngerasa aneh sama lo karena ngomong sendiri." Ucap Mbak Sus menatap malas ke Ara.

"Oh iya ya, Rangga kan gak bisa lihat hantu kaya Ara." Ucap Ara sambil menepuk jidatnya.

TIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang