Prolog

20.1K 607 3
                                    

Suasana rumah Jordi berubah menjadi gemerlap oleh lampu-lampu juga suara bising musik berdentum setiap sudut.

Orang-orang tengah bersuka ria menikmati berbagai jenis minuman alkohol maupun non alokohol di sana. Lelaki dan perempuan berkumpul menikmati musik dj dengan goyangan yang menggairahkan.

Di sudut sana, Astral tengah bercengkrama dengan seorang wanita yang tengah duduk di pangkuannya. Bibirnya saling bertaut satu sama lain.

Pakaian wanita itu yang memang terbuka, memperlihatkan bagian tubuhnya yang menarik di beberapa bagian. Pasangan itu memang selalu terlihat mencolok di setiap pesta.

Astral melepaskan pagutannya, Geby menatap Astral penuh pemujaan. Napasnya masih naik turun, Astral memalingkan wajahnya saat Geby hendak menciumnya lagi.

"Enough."

Astral beranjak dari sofa dan meraih beberapa gelas bir dan meneguknya hingga tandas.

Mengerang pelan, Astral beranjak lagi keluar dari rumah Jordi. Melihat Astral keluar rumahnya, Jordi ikut beranjak menghampiri.

"Kemana, As? Pestanya belum selesai,"

"Bosen,"

"Terus mau kemana?"

"Balik,"

Jordi mengangkat alis tidak percaya. "Balik atau.."

Astral menatap Jordi dengan tatapan datar. "You know that, dude,"

Jordi mengangguk dengan alis terangkat satu. "I see. Jangan lupa pake pengaman,"

Astral mengacungkan jari tengahnya setelah mengenakan helm.

Jordi menatap Astral seiring datangnya Daniel yang menyusul dari dalam.

"Kayaknya si Astral berantem lagi deh,"

Mengangguk kecil, Jordi juga berpikiran yang sama. Mengingat Astral hanya datang untuk berciuman dengan Geby dan pulang begitu saja.

"Sialan emang tu orang, gedeg banget gue. Pengen tak hih," Daniel ikut berapi sebelum akhirnya kembali ke dalam rumah Jordi dan membahas beberapa hal.

Astral mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Untuk kesekian kalinya orang itu mengusik amarahnya.

Tapi Astral tidak pernah sekesal dan semarah ini, bahkan Geby dan alkohol tidak bisa meredam emosinya.

"BANGSAT!" rasanya Astral ingin melenyapkan orang itu saat ini juga, tapi dan lagi itu adalah impian termustahil baginya.

Sepuluh menit kemudian, Astral memilih pulang ke rumah miliknya dulu. Langkah jenjangnya mendekat ke arah pintu rumah yang terbuka.

Astral masuk ke dalam dengan kepala yang sedikit pening.

Merebahkan tubuhnya di sofa, Astral baru sadar jika rumah yang Astral tinggalkan satu tahun lalu masih terlihat sama; rapih dan bersih. Meskipun tidak ditempati.

Karena merasa perlu ke kamar mandi, Astral mengerang dan beranjak.

"Iya, Pi. Aku pulang ke rumah sekarang, aku cuman ambil keperluan Bibi aja. Kasian kalo harus bolak balik, lagi sakit,"

"Iya, bye, Pi."

Mendengar suara perempuan dari arah kamar asisten rumah tangganya, Astral berbalik ke arah kamar itu dan menatap punggung seorang gadis berpiyama motif strawberry.

Matanya menyipit dengan alis terangkat.

"Who?" Astral bergumam kecil. Dia tidak mabuk, kan? Apa ini semacam halusinasi? ia hanya meneguk beberapa gelas saja tadi.

Persetan.

Shena berbalik dengan menenteng tas berisi baju dan keperluan milik asisten pribadinya, dia merasa tidak tega karena Bi Nawang harus mengurus dua rumah sekaligus.

Astral bersiul saat Shena balik badan, bibirnya menyeringai saat tubuhnya bersandar di pintu dengan lengan melipat di dada.

"Wow, so pretty. Who are you?"

Shena diam ditempat, matanya beradu dengan mata milik Astral.

"Kamu siapa?"

Astral mendekat ke arah Shena, lalu mendekatkan wajahnya dengan gadis berpiyama itu. Tangannya tak luput menyentuh sisi pinggang gadis itu dan menariknya mendekat.

"Tell me your name first?"

Shena menatap mata biru keabuan itu, tubuhnya seolah dibuat membeku hingga tidak bisa melepaskan diri.

"Aku gak punya kewajiban buat ngasih tahu,"

"Tapi gue punya kuasa buat apapun yang gue mau. Termasuk… memiliki tubuh lo,"

Masih menyeringai kecil, Shena berontak dan lari keluar dari rumah itu.

Terbirit-birit, Shena mengunci kembali pintu gerbang rumahnya tanpa menoleh lagi ke arah rumah yang terhalang beberapa bangunan itu. Shena masuk ke dalam rumah dengan perasaan was-was.

Sedang di dalam rumah, Astral masih bertahan dengan seringaiannya. Dia mengendus tangan yang menyentuh tubuh Shena beberapa waktu lalu.

"I'll get you, baby."

To be continue..



ASTRALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang