05.

10K 508 90
                                    

Lampu masih merah. Shena duduk di atas motor Astral dengan gemetar, dadanya berdegup kencang pun keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.

Kedua tangan Shena mengepal disisi pahanya. Wajahnya menahan tangis dibalik kaca helm fullface-nya.

Shena tidak tahu Astral akan membawanya kemana, dia hanya menyetujui hal apapun yang Astral ucapkan saat keluar dari toilet tadi.

Motornya kembali melaju setelah lampu kembali menjadi hijau. Astral sedikit menambah kecepatannya dan menyalip beberapa pengendara di jalanan, Shena meremas jaket Astral kuat-kuat, guna pencegahan dirinya agar tidak terpental ke aspal.

Astral mengendarai motornya seperti orang kesetanan.

Dibelakang, Jordi dan Daniel hanya menghela napas melihat tingkah Astral. Sepertinya cowok itu tengah berada di suasana hati yang tidak baik sekarang.

Berhenti di sebuah bar, Astral turun lebih dulu dari motornya. Dia menghadap Shena setelah membuka helmnya, sedangkan gadis itu memilih menunduk dengan jari bertaut satu sama lain.

"Kak... Mau pulang," gumam Shena yang masih duduk di atas motor Astral.

"Buka almet lo,"

"Kak..."

"Buka sendiri atau gue yang paksa?" Shena semakin mencebikkan bibirnya dan membuka almamater sekolahnya.

Selang beberapa detik, Astral membuka jaket yang dia pakai dan memakaikannya ke tubuh Shena. Lalu mengangkat gadis itu turun dari motor dan membuka helm nya.

"Jangan kemana-mana dan tetep di sisi gue. Paham?"

Mengangguk kecil, Shena berjalan kecil mengikuti Astral dari belakang. Tangannya menggenggam jemari telunjuk lelaki itu hingga berhasil masuk ke dalam tanpa gangguan.

Astral punya kartu vip.

Di luar, Jordi dan Daniel menyusul masuk ke dalam setelah turun dari motornya masing-masing. Mereka berjalan ke kursi pojok, tempat Astral juga Shena duduk sekarang.

Mendekatkan jarak tubuhnya dengan Jordi, Daniel berbisik. "Aman gak nih? Kayaknya dia lagi di situasi gak baik, takut gue,"

Jordi menoleh. "Pantau dulu, lo jangan minum banyak-banyak. Inget?"

"Aelahhh, ngapain ke sini kalo gak mabok,"

"El."

"Ck, oke. Tapi Jor, itu.. Si Geby, kan? Eh anying bener! Liat anjir ke arah pintu masuk,"

Jordi ikut menoleh, lalu ganti menoleh Astral yang sudah meneguk beberapa gelas bir sambil menunduk. Lagi?

"Udahlah, pantau aja. Kalo si Astral maen sama si Geby, buru-buru bawa si Shena balik,"

"Gak kuasa gue, anak polos dibawa ke tempat beginia-- EH SI ANYING MAEN NYOSOR!"

Shena yang hanya duduk diam, mulai menutup kedua telinganya karena mendengar suara tidak senonoh yang dikeluarkan oleh Geby dan Astral, matanya mulai berair lagi dengan kepala menunduk.

"Please.. Mau pulang. Papi.."

Geby semakin liar, dia naik ke atas pangkuan Astral dan meluapkan rasa kesal, marah, sedihnya karena perlakuan Astral tempo hari saat memberikannya kepada lelaki lain. Geby sangat-sangat marah saat itu.

Menggeram kecil, Astral menjambak rambut Geby dengan lenguhan. Tangannya tak segan meremas pinggang cewek itu hingga semakin menempel dan mendekat ke arahnya.

Melihat situasi ini, sontak Jordi berjalan hendak menarik tangan Shena dan membawanya keluar. Tapi urung, saat Astral menendang tulang kering kaki Jordi keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASTRALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang