02. Si Sulung Yang Gagal》

10.3K 1.4K 1.6K
                                    

Sebelum lanjut baca aku sarankan untuk putar lagu《Bunga Terakhir - Romeo》

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lanjut baca
aku sarankan untuk putar lagu
《Bunga Terakhir - Romeo》

Sebelum lanjut baca aku sarankan untuk putar lagu《Bunga Terakhir - Romeo》

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis dari
Sudut pandang Khalid.

Seumur hidup, aku tidak pernah merasakan sakit akan kehilangan yang sebesar dan sehebat ini.

Diambang batas kesadaranku setelah beberapa menit dihantam ombak Tsunami, aku tersadar akan satu hal yang membuatku menangis begitu hebat. Aku menoleh ke samping, di sana, tak jauh dari tempatku berbaring, Windu nampak tak sadarkan diri. Ku panggil namanya satu kali, dua kali, tiga kali, namun sekuat apapun aku berteriak dengan sisa tenaga yang ku punya, Windu tetap menutup matanya.

Berbaring di atas tanah basah dan puing-puing rumah, membuatku tersadar bahwa semua ini nyata. Aku terpisah dengan saudara-saudaraku. Aku tidak ingat jelas bagaimana kejadiannya karena hanya dalam hitungan detik saja, tubuhku langsung digulung ombak besar yang naik ke daratan malam itu.

Nadi, Dewangga, Apta, Esa, Dipa, Bapak dan Simbah, aku tidak tahu dimana mereka sekarang. Selamat atau malah sebaliknya? Aku hanya mampu berharap dan terus berdoa dalam hati, agar apa yang aku takutkan jangan sampai terjadi. Sebab beberapa detik setelah ku pandangi wajah adikku Windu, semua kembali menghitam, pandanganku gelap dan seketika aku tak sadarkan diri.

Windu, adikku yang tidak sekalipun pernah ku bentak bahkan tidak pernah ku pukul, wajahnya sudah membiru, bibirnya putih, badannya luka-luka. Winduku kedinginan. Aku sampai bermimpi sedang memeluknya. Ku peluk tubuh itu agar jangan sampai dia kedinginan seperti sekarang.

Windu, Mas minta maaf karena nggak bisa lindungi kamu, ya. Harusnya Mas saja yang kedinginan, bukan kamu.

Hanya itu yang mampu ku ucapkan dalam hati. Karena aku pun tidak tahu dan sampai tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Setelah kejadian menyeramkan itu, aku banyak berhalusunasi. Rasa bersalah ku lebih besar ketimbang rasa sakit.

Aku seorang kakak yang dari awal sudah gagal. Aku selalu mengecewakan orang-orang yang mempercayaiku. Dan aku menyesal akan hal itu.

Aku terbangun dalam keadaan seluruh badan sakit. Aku terbangun di ranjang rumah sakit. Ku pandangi satu persatu orang yang ada di sana.

MERAYAKAN KESEDIHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang