Part 3 - New Step

286 8 0
                                    

POV Mahesa

Hari-hari sudah kulewati, tapi rasa rindu ke Ayah tak bisa terobati.

Begitulah perasaanku selama beberapa hariku, mau bolos kelas tapi itu sudah jadi salah satu tanggung jawab untuk masa depanku.

Akhirnya aku bangun dari kasurku dan merapikannya, mandi, sarapan, lalu berangkat ke kampus. Aku berniat untuk bercerita ke kedua temanku karena hari ini hanya ada 1 jadwal kelas saja dan memang menurutku mereka bisa menyimpan cerita masa laluku.

***

*Selesai kelas

Mahesa : "Ga, Lim. Ke kantin yok? Gua laper. Sekalian gua mau cerita"

Ega & Halim : "Yok"

*Di kantin

Ega : "Kalian berdua mau pesen apa? Gua pengen mie ayam sama es teh"

Halim : "Samain aja"

Mahesa : "Gua juga, tapi gula di es tehnya kasih setengah sendok aja"

Ega : "Oke"

***

*Selesai makan

Ega : "Ahh kenyangnya~"

Halim : "Iya cuy, gua belum sarapan tadi. Oh iya, Sa, lu mau cerita apa emangnya?"

Mahesa : "Ayah gua 2 bulan yang lalu meninggal, bro.."

Ega & Halim : "Eh, sorry bro..."

Mahesa : "Gapapa, bro. Nah, beberapa hari yang lalu tuh kenapa gua keliatan murung ya karena gua lagi kangen banget sama Ayah gua, bro"

Halim : "Ya memang kalo udah kehilangan seseorang apalagi seorang Ayah tuh susah banget buat nerima kenyataan, tapi juga gak bisa berlarut sama kesedihan terus. Sebagai anak, kita cukup berdo'a buat orang tua aja sih ya"

Ega : "Betul tuh, Sa"

Memang benar, aku tak boleh berlarut dalam kesedihan terus.


Sekarang Ega ingin bertukar cerita hal konyol dia, aku dan Halim tertawa mendengarnya. Aku pun menjadi bersyukur kalau bisa punya kedua teman seperti ini. Karena tidak semua orang bisa punya teman yang bisa saling support. Sepertinya suatu saat, aku ingin men-traktir mereka berdua...

Halim : "Gua langsung pamit ya, Sa, Ga. Gua mau istirahat, mumpung hari ini gak ada client"

Mahesa : "Yaudahlah, gua pulang juga dah."

Ega : "Gua juga dah"

Mahesa : "Yaudah, bye bro!"

Aku langsung ke tempat parkir untuk ambil motor lalu langsung pulang.Di pagi hari yang cerah ini adalah waktu yang pas untuk makan cemilan, dan kebetulan aku melihat gerai martabak dan aku langsung menepi untuk membeli. Entah kenapa mulut ini rasanya ingin mengunyah.

Sepertinya aku emang harus berlangganan gym untuk olahraga.

***

Saat sudah di depan rumah, aku kaget karena ada mobil Mama di dalam rumah. Apa Mama sudah pulang? Terlihat aneh jika Mama pulang cepat.

Mahesa : "Mah, aku pulang"

Mama : "Selamat datang, Nak. Bawa apa tuh?"

Mahesa : "Martabak, Mah. Tau gitu aku beliin dua kalau tau Mama pulang cepet. By the way, Kok tumben pulang cepet, Mah?"

Mama : "Iya, Nak. Kerjaan di kantor sudah Mama kerjakan semua, jadi Mama bisa pulang cepet. Yaudah, Mama minta martabaknya. Lihat kamu bawa martabak, Mama jadi pengen"

Saat Aku dan Mama menikmati martabak, Mama langsung memulai obrolan

Mama : "Nak, Mama punya ide"

Mahesa : "Apa tuh?"

Mama : "Gimana kalau kita buka warung? Tapi warung nya yang modern gitu"

Mahesa : "Ha? Kok tiba-tiba Mama kepikiran buka warung?"

Mama : "Tadi Mama lihat tabungan Mama terus menurut Mama, ini bisa di pakai untuk bisnis sampingan. Jadi, nanti kamu yang jaga"

Mahesa : "Ya, bisa-bisa aja sih aku yang jaga. Tapi, Mama sudah ketemu tempatnya untuk buka warung nya?"

Mama : "Justru itu, Mama belum ketemu tempat yang pas buat buka warung"

Mahesa : "Hmm, biar aku coba tanya ke temen ku aja, Ma"

Mama : "Coba deh tanya"

.

.

.

Aku pun langsung mengeluarkan handphoneku lalu aku chat ke Halim.

Mahesa : "Eh, Lim. Lu ada kenalan yang punya ruko gitu gak? Tiba-tiba Mama ku "ngidam" mau buka warung nih wkwk"

Halim : "Ada deh kayanya, punya saudara Ayah gua. Gua kabarin ke saudara gua dulu ya? Kalo ada perkembangan bisa di jual, gua kabarin"

Mahesa : "Mantaplah, makasih ya, Lim"

***

Mama : "Sudah? Ada gak?"

Mahesa : "Ada, Mah. Punya saudara Ayah Halim punya ruko"

Mama : "Oh, baguslah"

Saat aku bersantai di kamar, aku mendapat notifikasi pesan dari Halim kalau di jual. Aku dan Mama langsung berangkat ke ruko tempat saudara Halim jual. Beruntungnya kita, ruko nya cukup luas dan cocok untuk buka warung. Mama langsung melakukan transaksi untuk beli ruko itu dan langsung pulang.

 Mama langsung melakukan transaksi untuk beli ruko itu dan langsung pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya akan ada habit baru dalam hidupku. Semoga datangnya tanggung jawab baru tidak akan murung lagi di setiap hari ku.

***

JANGAN LUPA VOTE YA :)

Warunk Boy and Beautiful IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang