Trauma

42 1 0
                                    

someone say when u overthinking, you must write. so here i am with shaking hand.
aku gamau ngejudge diriku panic attack atau anxiety or depression tapi aku cuma mau cerita hal hal yang ku dapat kan sejak bertemu dengan dia. ya dia, seorang lelaki yang aku tak ku sangka ternyata sangat aku sayangi (dahulu). kenapa dahulu? karena sekarang dia hanyalah luka untuk diriku yang sekarang. dahulu aku pikir aku tidak akan sejatuh ini, karena sedari awal kami sudah berbeda dan awalnya hanya bermain main (?), setelah sekian lama berjalan dengan segala suka duka, tawa tangis, untuknya aku selalu berusaha, berusaha sabar, berusaha untuk mengerti, mencoba menjadi pribadi yang lebih baik dan pengertian? menjadi lebih mandiri dan independen. dia membuka mataku untuk melihat kedepan, ya walau ternyata dia juga yang mematahkan. katanya jangan pernah percaya sama orang lain kecuali sama Tuhan. bodohnya aku lupa, harusnya aku juga ga boleh percaya sama dia sesayang apapun itu. bayangkan saja saat effortku sudah tidak main main, bahkan rela memberi space kepada teman temanku agar mereka tidak selalu memikirkan hal yang tidak baik tentangmu, mencoba untuk membuatmu terlihat baik di mata mereka, namun ternyata kamu meninggalkan aku dengan sangat amat menyakitkan. aku memang pernah bilang, aku bisa ninggalin kamu jika kamu selingkuh. but? why? why you make it real? seriously? kamu bilang kamu di selingkuhin kan, kamu tau betapa sakitnya kan? but why u did it to me? am i wrong? tell me what i do, sehingga kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu?

setelah sekian lama berpisah denganmu rasa sakit, trauma dan cemasku masih disini. setelah berbagai macam hal yang aku lewati, mulai dari menyakiti diri sendiri sampai dengan mencoba untuk mengakhiri hidupku, tapi untungnya Tuhan masih sayang aku, aku masih sadar walau semua itu terasa begitu berat. masih terngiang di benakku dengan bangganya kamu mengupload sg berpegangan tangan dengannya di sprei putih. dan kamu tau efeknya? tanganku tremor, asal lambungku naik, aku cemas setiap kali menuju ke penginapan. walau itu sekedar hanya untuk mengantar barang. rasanya mual, pikiranku kacau, jantungku berdegub kencang, cuplikan itu terulang. aku masih ga nyangka kamu segitu bangga dan teganya? terlalu berimbas ke aku, keterlaluan sekali.

buat yang bilang apa yang kurasakan ini lebay, kalian ga tau apa yang kurasakan. sedikitpun tidak, kalian gatau rasanya memendam semuanya sendirian. ga ada teman ngomong, semua ku pendam sendiri. karena aku percaya dia tidak sejahat itu. dia hanya memperlihatkan luar yang jahat, tapi aku percaya dalamnya baik luar biasa. nyatanya? kepercayaanku di runtuhkan oleh ketidak setiaan. aku pun bingung perempuan itu dengan pedenya mencari sosial mediaku dan apa? dengan pedenya dia mempamerkan kemesraannya? menjadi selingkuhan adalah kebanggaan? entahlah, dunia memang sudah mulai gila. dan satu hal yang ku tau aku juga mulai gila.

setelah semua hal itu, aku mencari pelarian, aku senang menyakiti diri sendiri (tidak makan, tidak tidur, tidak istirahat), untungnya aku sudah lepas dari rasa ingin mengakhiri hidup, diganti dengan kerja sampe mampus. sebenernya di balik tindakan menyakiti diri sendiri itu ada alasannya, ketika aku merasa sakit, aku sadar bahwa masalahku harusnya tidak lebih sakit dari yang fisikku rasakan. perlahan, aku bisa tidur walau dengan obat.

aku menatap cermin, dan yang kulihat hanya perempuan jelek dengan jerawat di seluruh wajahnya. bener bener tidak terawat. "pantas saja di selingkuhin" batinku berkata tapi langsung ku sanggah "emang kalo jelek boleh untuk di selingkuhi?". aku menjalani hari dengan rasa rendah diri. setiap ada yang bertanya "mukamu kenapa?" cuma kujawab dengan senyum "gatau". capek, ga ada tenaga lagi untuk nanggepin mereka semua. aku sudah merasa cukup rendah diri dengan semua yang terjadi kepadaku sampai saat ini.

yang masih aku bingungkan sampai sekarang adalah kenapa bisa kamu melakukan hal yang begitu jahat kepadaku? apakah aku sejahat itu kepadamu? apa yang ku perbuat ke kamu sehingga aku harus menderita tremor, sesak, heartbeat meningkat, cemas, takut, mual, seperti ini? sampai detik ini aku masih begini, sedih, terkadang menetes air mataku tak tahan, kenapa harus kamu hancurkan mentalku serusak ini? tak sekali dua kali aku berhenti saat berkendara hanya untuk menangis atau bahkan kaki ini semakin kencang untuk menginjak gas melampiaskan amarah, rasa sakit itu masih terasa sampai saat ini. mungkin sekarang air mataku sudah tak terlalu sebanjir yang lalu tapi semua kegelisahannya masih terjadi, tanganku bergetar di stir mobil, asam lambungku naik, terasa mual, dadaku berdegub kencang, sesak itu masih ada sampai sekarang.

TraumaWhere stories live. Discover now