Bagian 27

13.9K 67 0
                                    


Alena merasa semakin tak nyaman dengan kehadiran wanita bernama Adaline di dalam ruangan, kontras akan interaksi awal yang cukup akrab. Tepatnya sebelum ia tahu bahwa wanita itu menyandang status sebagai kekasih Davae. Dan setelah fakta mengejutkan berhasil diterima, ia menjadi tambah tak tenang.

Mereka pun sudah bersama berada di dalam ruangan hampir satu jam. Pergantian waktu yang bagi Alena terbilang kama. Ia bahkan memiliki keinginan terpendam di dalam hati supaya wanita itu pergi sesegera mungkin tanpa menunggu sang atasan selesai rapat. Dan dua jam lagi durasi yang harus dilewatkan mereka berdua jika wanita itu tetap bertahan sampai Davae kembali ke ruangan kerja.

Pemikiran yang tidak seharusnya tercipta. Alena sadar jika kehendaknya tak baik. Ia tentu akan batal mewujudkan. Namun, di dalam hati, Alena masih terus berharap. Ingin egois kali ini karena kegelisahan serta kurang nyaman kian membesar. Harus dipikirkan juga bagaimana perasaannya. Menghindari hal-hal bisa merusak suasana hati. Akan berdampak pula pada kinerja yang tidak bisa dilakukan secara maksimal.

"Miss Alena...,"

"Iya, Miss Adaline. Ada apa? Anda memerlukan sesuatu?" balas Alena masih dengan nada sopan. Bahkan, suaranya lebih tegas dan formal. Senyum tak selebar tadi.

"Tidak, Miss Alena. Aku tidak senang membutuhkan apa-apa. Hmm, ada yang aku ingin tanyakan kepadamu. Semoga kau mau menjawab semuanya, ya. Hihi."

"Silakan, Miss Adaline. Tanyakan apa saja yang Anda mau ketahui dariku."

"Jadi, kau dan Davae sepakat akan bekerja sama selama enam bulan kedepan? Begitu bukan tadi? Aku sedikit pelupa. Aku tidak dapat mengingat semua yang kita berdua sudah bicarakan. Semoga kau bisa dimaklumi kekuranganku, ya."

"Tidak apa-apa, Miss Adaline. Aku mengerti." Alena berujar dengan sopan. Senyum dikembangkan lebih lebar, walau terkesan dipaksakan menarik kedua ujung bibir.

"Aku dan Mr. Davae memiliki kontrak kesepakatan. Di dalamnya, aku memang harus membantu Mr. Davae memenangkan proyek-proyek selama enam bulan."

"Jadi, apakah mau memberitahukan kepadaku jawaban yang aku minta? Apakah semua bisa? Tidak akan banyak yang aku tanyakan kepadamu, Miss Alena."

Alis Alena terangkat naik secara spontan. Begitu pula kerutan di keningnya kian bertambah. Tak memahami ucapan dari wanita tengah bersamanya itu. "Maaf."

"Maaf aku kurang mengerti perkataan Anda, Miss Adaline. Jawaban apa yang Anda inginkan untuk aku jawab dengan jujur?" tanya Alena dengan sungguh-sungguh.

"Aku benar tidak paham. Jika Anda bersedia, bisa dijelaskan lebih detail kepadaku lagi. Mungkin dengan begitu, aku akan dapat memahami semua maksud Anda."

Alena mengangguk segera. Memang reaksi cepat sedari tadi. "Iya, benar. Kontrakku dan Davae hanya berlaku enam bulan," sahutnya lirih. Volume suara juga tak terlalu besar akibat keraguan yang tidak kunjung bisa juga untuk dihilangkannya.

"Tapi, jika kinerjaku semakin baik. Mungkin akan diperpanjang. Hm, aku belum memutuskan akan bagaimana. Dan, masih lama juga sampai kontrak kerjaku habis. Empat bulan lagi," imbuh Alena.

"Memang ada apa dengan kontrak kerja di antara aku dan Mr. Davae, Miss Adaline?" konfirmasi Alena dalam nada yang tegas. Ekspresi menjadi lebih serius diperlihatkan ke kekasih sang atasan.

Ia Ingin memperjelas kembali maksud dari Adaline membahas soal masalah pekerjaannya. Jujur saja, kecurigaan dirinya semakin bertambah. Pikirannya pun masih mengarah pada hal yang negatif, walau berupaya menanamkan kesimpulan positif juga. Namun, belum membuahkan hasil.

"Sebenarnya aku sedikit curiga. Tapi, aku anggap hanya perasaanku saja. Tidak usah dianggap serius. Aku percaya kau dan Davae sebatas rekan kerja, tidak ada yang spesial."

Alena dapat memahami dengan sangat jelas ucapan kekasih sang atasan. Ia pun sudah menduga jika bahasan seperti ini pasti akan dikeluarkan. Dan kesiapannya menjawab tak ada hingga beberapa detik berlalu, selepas adaline menyelesaikan seluruh kalimat.

Alena semakin dilanda kebingungan. Rasa gundah terus menekannya. Tak bisa untuk tenang dalam memikirkan balasan seperti apa hendak diberikan. Memoles kata-kata sarat kebohongan agar nantinya terdengar meyakinkan dan tak timbul kecurigaan.

"Aku harap kau tidak tersinggung tentang perkataanku tadi. Aku tidak bermaksud curiga. Hanya saja aku merasa gelisah."

"Kita sama-sama seorang wanita, terkadang akan muncul perasaan tidak tenang serta cemburu jika pria yang kita cintai menjalin hubungan dekat dengan wanita lain, walau hanya sebagai rekan kerja dan mitra."

Alena menanggapi segera, kali ini. Kepala dianggukan mantap sembari menarikkan kedua ujung bibir. Membentuk senyuman yang dibuat tampak senatural mungkin. Ia juga membuang napas perlahan-lahan. Dan tetap menunjukkan sikap biasa saja guna menghindari kecurigaan dari kekasih sang atasan lebih banyak. Akan membahayakan.

"Kami hanya rekan kerja saja, Miss Adaline. Aku tidak ingin mempunyai hubungan apa pun dengan Mr. Davae." Alena menjawab mantap. Remasan di dada tambah kuat dan menimbulkan kesesakan dalam bernapas.

.......................................

Sexy Secretary & Her Boss [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang